Chapt 01: Ruang Dengan Cahaya Hijau

11 4 0
                                    

Kamis, 23 Juni 2022

Gelap. Napasku terasa sesak dan aku tak bisa melihat apa pun. Semuanya gelap dan pengap. Ini di mana? Siapa yang mematikan lampu?

"Kita akan bersama?"

"Aku akan terus mengunjungimu."

"Jangan tinggalkan aku, ya."

"Kalau rindu, selalu temui aku di sini."

"Ingat. Hanya kau yang tau keberadaanku."

Apa itu? Siapa yang terus berbisik dan membuatku pusing? Agh, jangan ribut! Kepalaku terasa akan pecah. Kenapa semuanya terus berisik dan menggangguku?

***

"Kau anak baru? Lewati pintu yang biru!"

"Ayo, cepatlah! Kalian tidak tahu hari sudah semakin pagi?"

Kubuka mata dan melihat sekitar yang tampak sangat aneh dan mengejutkan. Banyak orang yang masuk bergantian ke dalam ruangan yang tengah kupegang daun pintunya. Sangat ramai, terdapat dua ruangan dengan tanda biru dan merah yang cukup menyala. Aku tidak tahu mengapa aku menjaga pintu biru ini, kulihat orang besar di sampingku terus berteriak dan meminta semuanya lekas masuk ke dalam karena hari mulai beranjak pagi. Orang besar bertanduk ini juga memilah setiap orang baru dan lama untuk masuk ke ruangan yang berbeda.

Aku menunduk, mendapati tubuhku tengah memakai gaun biru pekat dengan rambut panjang yang menjuntai ke bawah. Saat kembali menoleh ke orang-orang yang berbondong memasuki ruangan ini, aku menyadari bahwa mereka semua bukanlah manusia seperti diriku. Spontan saja aku melepas daun pintu dan meraba wajah serta telingaku. Apa aku juga sama seperti mereka?

"Nona, kau harus keras pada mereka. Jangan terlalu berbaik hati agar mereka tidak terbakar matahari." Aku menoleh dengan cepat. Orang besar bertanduk ini mengatakannya dengan senyum dan kedipan mata.

"Y-ya?" Maksudnya bagaimana?

Entahlah, aku merasa bingung. Namun, tubuhku dengan lihai tetap kembali memegang daun pintu dan tersenyum, meminta orang-orang baru untuk memasuki ruangan ini. Hati dan pikiranku dibuat kacau dengan pemandangan aneh semua ini. Orang-orang yang memasuki ruangan yang kujaga tak berwujud manusia. Beberapa seperti hewan, ada juga yang bertelinga kerbau atau berkepala anjing, bahkan ada yang bertubuh hancur dan penuh darah. Apa ..., apa mereka semua adalah hantu?

"Tu-Tuan," panggilku pada Orang bertanduk di seberang pintu bertanda merah.

Orang besar bertanduk itu menoleh dan tersenyum, sembari masih berteriak meminta orang-orang untuk lekas memasuki ruangan. "Iya, Nona Kecil? Ada apa?" balasnya dengan amat sangat ramah.

"Maaf, tapi ...." Jujur saja aku sedikit ragu menanyakan hal ini padanya. Aku takut melihat ujung tanduk besarnya yang menyala merah kehitaman itu. "Apa kau tau mengapa aku berada di sini?"

Orang bertanduk itu tersenyum dan mengangkat alisnya, sepertinya terkejut dengan pertanyaanku. Dia tak menjawab dan justru kembali menatap ke depan, meneriaki orang baru yang kebingungan dengan dua pintu di hadapannya.

Orang baru yang kebingungan itu membuatku membelalakkan mata. Seperti mendapat pendaran cahaya bulan dalam pekatnya gelap malam, aku merasa sangat bahagia bisa melihat orang baru tersebut. Dia sama sepertiku, dia manusia normal dengan wujud yang masih menyerupai manusia pada umumnya.

"Hei, kemarilah!" panggilku. "Ruanganmu di sini." Aku tersenyum padanya yang masih terlihat ragu untuk memasuki ruangan ini.

Walau aku juga tak tahu apa yang ada dalam ruangan ini, tapi sepertinya tidak akan terlalu buruk. Entah bagaimana, tapi perasaanku tidak ada yang berbahaya dalam ruangan tersebut. Lagipula orang bertanduk tadi bahkan mengatakan jika aku tak boleh terlalu baik agar mereka tak terbakar matahari, artinya Tuan Bertanduk itu adalah penjaga pintu yang baik.

Semakin banyak yang datang dan silih berganti memasuki pintu-pintu ini. Hingga akhirnya orang bertanduk itu menoleh padaku dan berkata, "Nona, di sanalah bekas bangunanmu. Kau mungkin tidak ingin ke sana."

Orang bertanduk itu menunjuk ke luar dan entah apa yang sedang ia tunjuk. Aku tidak bisa mengatakan kita berada di sebuah ruangan, tetapi ada cahaya hijau keunguan yang tengah melingkar di hadapan kami. Karena tak mengerti dengan apa yang orang bertanduk ini katakan, aku hanya mengangguk dan mengiyakan. Tetapi ..., jika di sana ada sebuah bangunan, maka di luar sana juga pasti ada hal lain lagi.

"Tuan, aku mau ke belakang sebentar," ujarku tiba-tiba, dengan menatap tepat pada si orang besar bertanduk.

Orang bertanduk itu tertawa ringan. "Lalu bagaimana acara malam ini? Apa kau akan melewatinya begitu saja?"

Bukankah ini hampir pagi? Mengapa dia masih membicarakan malam hari. Ah, tidak ada pilihan lain. Aku pun tersenyum dan berkata jika aku hanya pergi sebentar dan akan lekas kembali. Tak kusangka orang bertanduk itu mengiyakan dan membiarkan aku pergi begitu saja.

"Jangan terlalu lama, hindari panas matahari dan lekaslah kembali." Orang bertanduk itu berujar dengan senyum tipisnya.

Aku tersenyum dan mengangguk. Dengan pelan berjalan meninggalkan pintu aneh ini, aku berharap akan menemukan sesuatu di luaran sana.

Setelah melewati cahaya hijau keunguan yang melingkar, aku berhasil keluar dari tempat itu. Entah mengapa mataku terpaku pada sebuah bangunan yang tampak bercahaya dengan warna yang sama seperti lingkaran di tempat tadi, hanya saja ini lebih pekat. Perlahan aku mendekat dan ingin melihat-lihat, namun sepertinya cahaya yang pekat itu adalah pagar yang tak bisa ditembus. Jariku seperti terbakar saat menyentuhnya, apakah itu sebabnya warna hijau keunguan di sana lebih pekat?

Ngiiiiiiinnggg!!!

Telingaku berdengung sangat nyaring, kepalaku ikut sakit karenanya. Aku menggeleng kuat dan memejamkan mata, aku tidak akan lengah dalam situasi aneh ini.

Dengan cepat aku membalik tubuh, melihat hamparan hutan yang terbentang di belakang lingkaran tempat si orang bertanduk menjaga pintu. Aneh. Jalan masuk ke dalam ruangan berpintu hijau merah tadi benar-benar hanya sebuah lingkaran besar. Portal raksasa dengan cahaya hijau keunguan itu tak memiliki sisi lain di luarnya. Itu benar-benar portal?

Tak mau memikirkan hal itu lebih lama, aku langsung berlari menuju ke belakang dan melewati hutan. Entah bagaimana jadinya nanti, namun aku merasa aku akan baik-baik saja jika menjauh dari portal mahluk-mahluk aneh itu.

Napasku terus memburu dibarengi kakiku yang terus melangkah dengan sangat cepat. Hutan ini tak berpenghuni dan aku terus menerobosnya begitu saja. Kuyakin ada jalan lain setelah hutan ini berakhir. Namun, sudah cukup lama aku berlari dan tetap tak menemukan jalan keluar. Apa hutan ini memiliki ujung?

"Kakiku tidak merasa lelah, tapi aku sudah berlari cukup lama," gumamku, mulai berhenti dan kebingungan.

Aku tidak merasa lelah sama sekali, padahal sudah berlari cukup jauh dari tempat aneh tadi. Bagaimana bisa?

Tiba-tiba saja sebuah bayangan hitam bergerak dengan sangat cepat dan melewatiku begitu saja. Aku hampir terjatuh oleh angin yang dibawanya, namun beruntung aku tetap berdiri dengan baik-baik saja. Tetapi ..., sesuatu mengalir dari wajahku, membuat pipi ini basah dan terasa sangat lembab.

Aku menyentuhnya perlahan dengan jari dan melihatnya. Mataku membelalak saat cairan hitam itu memenuhi tanganku. "Apa ini?" tanyaku entah pada siapa.

"Kau ..., mengapa bisa ada di sini?"

Suara itu mengejutkanku dan membuatku seketika mendongak menatapnya

*****

Based on my dream, 24 Juni 2022

I'm DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang