Chapter I : Childhood Memories - 子供時代の思い出 ( Kodomo jidai no omoide)
--------------
Aku tidak pernah melihatnya menangis, bahkan di hari itu. Hari yang naas baginya.
Dia berusaha terlihat senang di depan orang lain, memaksakan seulas senyum di wajahnya yang terlihat lesu. Binar yang biasa terpancar dari wajahnya, kini hilang, entah kemana.
Meskipun ia selalu tersenyum dan tertawa, punggungnya yang kecil itu terlihat amat rapuh.
Seolah berteriak dalam diam, menyerukan pada semua orang yang melihatnya.
Bahwa sebenarnya, ia sama sekali tidak baik-baik saja.
***
Seorang anak laki-laki berdiri di depan sebuah rumah bertingkat dua dengan cat biru. Rumah itu terlihat sederhana, dan sekilas tidak ada yang spesial bagi orang-orang untuk datang ke rumah itu.
Tapi rumah ini adalah bagian terpenting dari kehidupan seseorang.
Saat anak tersebut hendak mengetuk pintu rumah tersebut, dia mendengar suara berisik dari dalam-seperti langkah kaki yang terburu-buru dan dari suaranya, kemungkinan jumlahnya banyak. Anak laki-laki tersebut hendak mundur saat tiba-tiba pintu terbuka dan ia diterjang oleh dua anak kecil yang terlihat gembira, mereka semua jatuh terdorong ke teras karena anak tersebut tidak mampu menahan saat anak-anak kecil tersebut menerjangnya.
"Aduduh ..." keluh anak itu sambil meringis karena pantatnya jatuh lebih dulu ke lantai. Dia menatap dua anak kembar yang menerjangnya tadi, kini berdiri di sampingnya, mereka terlihat gembira dan kemudian mereka berdua teriak bersamaan.
"Kak Haru sudah pulang!!"
Anak laki-laki yang dipanggil Haru itu mau tidak mau tersenyum melihat kelakuan dua anak kecil di depannya itu. Dia mengulurkan tangan dan mengelus kepala keduanya secara bergantian.
"Ah, Haru, selamat datang."
Haru mendongak dan melihat seorang gadis berdiri di depannya sambil tersenyum. Gadis itu memiliki rambut coklat yang terlihat lebih muda dari warna rambutnya, dan sepasang mata berwarna biru yang terlihat berkilau karena sinar matahari. Dia mengulurkan tangan pada Haru, "Maaf ya, anak-anak ini selalu senang waktu mendengar kau akan pulang," katanya masih sambil tersenyum, "jadi aku menyuruh mereka menyambutmu. Aku tak tahu kalau mereka akan bereaksi seperti ini."
"Tak apa-apa, lagipula aku senang bermain bersama mereka," balas Haru, dia menyambut tangan gadis di hadapannya itu dan berdiri dengan perlahan, "ya kan, Yuka, Yukki?"
Kedua anak kembar itu-Yuka dan Yukki- mengangguk bersamaan. Tangan mereka yang mungil menggapai ujung celana Haru dan memeluk kaki pemuda itu. Mereka masih sangat kecil, mungkin usia mereka masih 4 tahun.
Gadis itu tersenyum kecil, "Syukurlah kalau kau tidak marah," dia menatap Haru sambil tertawa kecil, "dan aku senang melihatmu sudah pulang, Haru."
Haru tersenyum, "Aku pulang, Ayano."
"Selamat datang, Haru."
***
Rumah bercat biru itu mungkin memang tidak terlihat spesial, bahkan cenderung kecil untuk ukuran sebuah rumah. Namun kehangatan di dalamnya sama sekali tidak dapat tergantikan, bahkan dengan uang sekalipun.
Begitulah menurut Kanzaki Ayano, gadis berumur 16 tahun itu.
Ia tinggal di sana sejak 5 tahun yang lalu, setelah upacara pemakaman ibunya. Ia diasuh oleh seorang wanita bernama Yukari, pemilik rumah yang ia ubah menjadi panti asuhan itu, dan tinggal di sana hingga saat ini. Di rumah itu tidak hanya ada dia, melainkan semua anak yang ditinggal oleh orang tua mereka. Sebagian besar dari mereka sudah sebatang kara meskipun usia mereka jauh lebih muda daripada Ayano sendiri, tapi mereka selalu terlihat gembira, selalu bermain bersama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childhood Sonata
RomanceKanzaki Ayano, 15 tahun, dia tinggal di panti asuhan sejak ibunya meninggal 4 tahun yang lalu. Ia selalu terlihat ceria dan tersenyum. Meskipun begitu, tidak banyak orang yang menyadari kesedihannya. Ia selalu berusaha mandiri dan sangat menyayangi...