DTE : PART 4

1.4K 152 2
                                    

HAPPY READING!
___________________

"Meskipun tatapan gua pada lo samar, tapi cinta gua pada lo itu jelas"

Digo Gwardion

***

Digo berdecak saat suara ketukan pintu mengganggu tidurnya. Dengan malas digo beranjak dari kasur dan membuka pintu.

"Maaf tuan muda mengganggu tidurnya, sekarang waktunya makan" ucap si maid.

Digo mengangguk. "Hm, sebentar lagi saya turun" ujarnya.

"Mohon ijin undur diri tuan" membungkuk hormat. Lalu pergi saat mendapat anggukan dari sang majikan.

Digo menutup pintunya. Ia berjalan ke kamar mandi. Membasuh muka. Lalu keluar dari kamar. Dapat digo lihat, banyaknya makanan yang tersaji dimeja makan.

Sret

Digo duduk. Lalu menatap semua bodygard yang berjajar rapih seperti patung. Digo menghela nafas. Ia tidak nyaman makan sambil diawasi.

"Kalian semua duduk" perintah digo yang membuat mereka semua kebingungan. Digo berdecak. "Makan bareng gua" lanjutnya.

Salah satu bodygard menunduk hormat. "Maaf tuan muda, tapi itu tidak sopan kami hanya bekerja disini" ucapnya.

Digo menatap dingin bodygard dengan name tag bobi. "Gua gak suka penolakan, makan atau lo tau akibatnya" ancam digo penuh penekanan disetiap kalimatnya.

Bobi menelan ludahnya sendiri. Ia berpikir, kenapa aura tuan mudanya makin mengerikan. Tidak mau terkena masalah. Bobi pun duduk dan diikuti bodygard lainnya.

Untung saja meja makan digo sangat panjang sehingga banyaknya kursi yang kosong. Membayangkan digo asli makan sendiri dimeja makan yang besar ini pasti tidak berselera. Apakah itu yang membuat digo asli lebih memilih tinggal di apartemen. Tak mau lama berpikir. Digo segera menyantap makanannya dengan tenang.

Gerak gerik digo terus diperhatikan sedari tadi oleh andrew yang berada dilantai atas. Ia cukup terkejut dengan sikap digo yang menurutnya sangat aneh. Biasanya jika digo makan dimansion dia akan mengusir bodygard-bodygard itu karena mengganggu katanya. Tapi lihat sekarang? Dia menyuruh semua bodygard makan bersamanya? Ada apa ini? Kenapa tuan mudanya berbeda? Pikir andrew.

Andrew menggeleng kepala. Ia segera memfoto digo yang tengah makan bersama semua bodygardnya itu. Ia akan mengirim ini kepada tuan besarnya, yang artinya adalah ayah digo.

Digo sadar andrew memerhatikannya sedari tadi. Terlihat dari ekor matanya. Digo tersenyum sinis saat melihat andrew memfotonya. Ah, sepertinya foto itu akan dikirim kepada ayah biadabnya.

.
.
.

Disinilah digo berada, disebuah club malam. Ia menatap orang-orang yang tengah berjoget ria. Meliuk-liukan badannya seperti seekor cacing, menurut digo.

"Hai baby, mau bermain denganku" celetuk seorang gad-ah ralat seorang wanita. Memang ada seorang gadis diclub malam? Digo tertawa dalam hati.

Merasa diabaikan. Wanita dengan pakaian kurang bahan itu duduk di pangkuan digo tanpa seijinnya. Digo hanya diam, malas sekali harus mengeluarkan emosinya. Lagian selagi jalang ini tidak berlebihan ia akan tetap tenang.

"Baby mau bermain denganku?" Tanya wanita itu sensual. Ia mengelus dada digo yang terbalut jaket. Dapat digo rasakan, tangan wanita itu semakin berkeliaran kemana-mana.

Digo berdecak. Dasar jalang kurang belaian, maki digo dalam hati. Tapi, digo tetap diam, sudah dibilang bukan? Digo malas mengeluarkan emosinya.

Digo menggeser tubuhnya. Yang sialnya wanita itu malah mendesah. "Ahh baby, kau nakal" desahnya. Digo mengernyit tak suka. Apa dia bilang? Dirinya nakal? Wah ngadi-ngadi nih jalang.

Digo The Extra ( Transmigrasi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang