Happy Reading!!
—
Janira saat ini sedang menunduk menghindari teriknya panas matahari yang pagi ini begitu menyengat. Ia juga sebisa mungkin untuk tidak memandang ke depan, dimana murid-murid lainnya sedang melakukan upacara seperti biasa.
Ia malu.
Seharusnya ia berada dibarisan yang sama dengan murid lainnya. Jika dirinya tidak terlambat ia pasti tidak ada dibarisan murid yang terkena hukuman seperti ini!
Bukannya apa, tetapi Janira berada di barisan paling depan yang langsung berdahapan dengan seluruh murid lainnya dan yang terburuknya adalah dirinya perempuan satu-satunya yang dihukum diantara 5 orang lainnya.
Ah, dan yang buruk dari yang terburuknya adalah lelaki yang tadi hampir menabraknya juga ikut dalam barisan murid terlambat dan berada tepat di belakangnya sambil sesekali bersiul.
Lelaki itu santai saja bahkan tadi saat berpapasan dengannya, ia hanya melirik tanpa mengucap apapun.
Demi Tuhan! Percuma wajah gantengnya dititipin sama manusia kaya gitu!! Batin Janira menjerit kesal.
"Lama banget buset dah." Ujar lelaki yang berada disampingnya. Bagaimana tidak lama, saat ini kepala sekolah mereka sedang memberikan pidato sekaligus ucapan selamat dan rasa syukur atas kemenangan lomba dari perwakilan murid SMA mereka.
"Eh lo," Janira merasa bahunya ditepuk oleh seseorang dibelakangnya.
"Kenapa?" Janira berucap lirih. Dalam hati membatin kesal, jika mereka mengobrol akan sangat bahaya karena posisi mereka yang terlihat jelas dari arah manapun.
"Lo capek kan?"
Tunggu- jika Janira tidak salah dengar, suara ini merupakan suara lelaki pagi tadi!
Apa-apaan dia nanya begitu?
"Lo cowok yang nabrak gue tadi kan?" Janira sedikit menoleh
"Emang gue nabrak lo?"
Janira mendesis sebal, "lo hampir nabrak gue tadi bodoh."
Setelah berucap seperti itu, gadis itu mendengar decakan dari arah belakangnya.
"Wah, berani banget lo ngatain gue begitu? Lagian gue ga nyampe nabrak lo kan? Tadi itu cuman hampir."
"Ck. Gue berani soalnya lo emang bodoh. Kenapa ga terima? Makanya kalo gabisa bawa motor gausah sosoan bawa! Lo hampir bikin nyawa gue hilang."
Walaupun Janira berucap dengan nada pelan, namun tiap ucapan yang dia tekan disetiap katanya membuat Varen— lelaki itu berang bukan main. Lelaki itu paling tidak suka diremehkan! Apalagi yang melakukannya adalah seorang perempuan.
"Sialan." Varen mendesis.
Janira mendengus geli mendengarnya. "Lo juga gaada rasa bersalahnya banget ya gue liat-liat? Kok ada sih manusia macam lo begini di sekolah? Baru nemu gue."
Sekali lagi, perempuan itu berhasil memicu amarah Varen. Lelaki itu memejamkan mata untuk setidaknya dapat menetralisir perasaan ingin membungkam mulut Janira agar tidak semakin menyulut amarahnya.
Memang Varen sadar bahwa tindakannya tadi pada Janira adalah kesalahan. Namun dengan bodohnya, ia tidak langsung meminta maaf pada gadis itu dan langsung meninggalkannya. Ia sadar, ia salah.
Namun moodnya yang pagi tadi sudah hancur karena suatu masalah yang terjadi sebelum ia berangkat ke sekolah, membuatnya tidak bisa berpikir seperti itu.
Varen menghela nafas, "oke, sorry."
"Kalo ga ikhlas gausah." Janira berucap ketus.
"Ssttt."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lover
FanfictionVaren Aldebaran tidak percaya dia jatuh cinta pada gadis yang selalu 'menarik urat' jika berbicara dengannya. Ya gadis itu, Janira Savanna. start: rabu, 15 Juni 2022 © 2022, flowarh_ Cover from pinterest