2

3 1 0
                                    

Adeline tengah berada diruang tamu bersama Ayahnya dan seorang wanita. mulutnya membungkam menunggu sang ayah mengatakan sesuatu. ia terus memperhatikan wanita yang duduk disamping ayahnya. matanya seperti menyiratkan sebuah pertanyaan. Siapa dia?

"A-ayah mau n-nikah lagi" tegas tuan Bratama kepada putri sematawayangnya. Adel tidak merespon. ia terdiam beberapa waktu, mencerna kata demi kata yang ayahnya lontarkan. "Ah ya, Dia Donita. dia punya anak seumuran denganmu, tenang saja, anak itu sangat baik di akan menjadi kakak laki-laki seperti yang kamu inginkan sayang" lanjut ayahnya meyakinkan.

Adel mengangguk antusias. bagaimanapun ia harus menerima keputusan ayahnya. Demi kebahagiaan ayahnya, ia menyetujui pernikahan mereka. lagipula Adel juga senang dengan wanita ramah ini.

Beberapa waktu berlalu, Donita menjadi sering mampir ke rumah Adel pada sore hari setelah Donita dan Ayahnya pulang dari kantor. Adelpun tidak risih dengan sikap Donita yang semakin lama semakin menempel dengan Adel, Adel sangat suka Donita. ia seperti mendapatkan seseorang yang akhirnya mewujudkan impiannya selama ini.

Dan hari ini adalah hari bahagia untuk keluarga baru mereka. Ayah dan calon Ibunya akan menikah. namun, ada hal yang membuat Adel hingga sekarang merasa Aneh. pasalnya, saat ia menanyakan perihal Kakaknya, Donita hanya menjawab "Ada saatnya kau akan tahu siapa dia sayang". Bahkan sepenggal nama pun tidak Donita sebutkan karena seminggu sebelum Donita diperkenalkan kepada Adel, anak lelakinya meminta ia untuk tidak memberitahu perihal anaknya tersebut.

"Mah. anak mama mana? kok daritadi aku ngga liat ya?" mata Adeline melirik kesegala penjuru ruangan."maaf ya sayang. kayaknya dia ngga bisa ikut acara resepsi ini deh. soalnya tadi mamah dapet telfon dari dia kalau dia ngga bisa dateng. ada urusan sekolah katanya" Adeline hanya mengangguk kecewa.

Acara pernikahan keluarga Bratama berjalan dengan khidmat. momen penuh haru mereka lewatkan dengan kebahagiaan. tidak terkecuali Adeline. selama 17 tahun ia hidup, akhirnya ia bisa memanggil seseorang dengan sebutan Mama.

Berlangsung hingga malam hari membuat tubuh Adeline hampir remuk. ia memang bukan pengantin. tetapi, berada di acara seperti ini sejam saja sudah membuat Adel risih apalagi setengah hari.

Ia langsung pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan diri sebelum tidur. beruntung disetiap kamar memiliki kamar mandi didalamnya, sehingga Adel tidak perlu membuang tenaga lagi untuk naik turun tangga. Lantai dua hanya ada kamar nya dan kamar kosong yang akan ditempatkan oleh saudara barunya.

Ia merebahkan tubuhnya ke kasur sambil memegang ponsel untuk mengecek pesan masuk atau sekedar melihat postingan di Instagram. hingga akhirnya ia terlelap dengan posisi ponsel yang masih menyala berada didadanya.

☆☆☆

terdengar suara mobil masuk ke teras rumah. sebuah mobil yang membawa seorang lelaki ini merasa gugup karena ia akan bertemu dengan keluarga barunya. Ayah dan Seorang adik perempuan. ia menghembuskan nafasnya, mencoba menetralkan pernafasannya.

"om, eh pah"

"kamu udah datang. ayo masuk. kamu pasti capek. ini kopernya biar mang dede yang bawa" Tuan Bratama memberikan isyarat kepada dede, pembantu rumah untuk membawakan koper ke kamar lelaki tersebut lalu mengajak lelaki itu masuk ke rumah.

"engga usah pah, biar aku aja"

"ngga, kamu pasti capek. kamar kamu dilantai dua ya sebelah kamar Adel. ingat, jangan buat dia kaget pas pagi-pagi. oke?" kedua lelaki itu tertawa. tentu Tuan Bratama mengenal anak lelakinya. dan pastinya akan membuat Adel terkejut bukan main.

☆☆☆

Pagi ini Abel bangun sedikit terlambat, hingga membuat dirinya datang terakhir ke meja makan. lagipula ia berfikir bahwa selagi jihoon belum mengirimnya pesan ia masih bisa bersantai. Abel memang terbiasa Berangkat dan Pulang sekolah bersama Jihoon. maka dari itu ia tidak terlalu khawatir akan terlambat, karena jihoon sendiri adalah anak Osis. tidak mungkin Jihoon terlambat. Kecuali Khilaf.

"Pagi Sem-ua .. eh jiun, udah dateng. tumben pagi-pagi banget. kok ngga ngasih tau udah nyampe" Celoteh Abel sambil mengenakan sepatu dan berjalan terhuyung menghampiri mereka bertiga di meja makan.

"loh-" perkataan Donita terhenti saat putranya menatap matanya teduh. seperti hanya dia yang akan menjelaskan keadaan ini. "ehm, sini sayang duduk. mamah udah siapin nasi goreng kesukaan kamu" Adel mengikuti perkataan Donita, ia duduk dan melahap nasi goreng dihadapannya tanpa rasa curiga dengan jihoon yang terus saja mencuri-curi pandang padanya.

"Hoon, ayo brangkat nanti telat." Jihoon mengangguk dan mengikuti Adel keluar dari rumah setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya.

☆☆☆

TBC●

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kakak¦Park Jihoon(17+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang