RUN AWAY 1

786 58 3
                                    

Tidak berharap, tidak berharap, tidak berharap.

Ucapnya sambil menenangkan diri sendiri, merasa bahwa seharusnya ia tak usah berharap dengan dunia ini, World is too cruel for him.

Ia membuka website ltmpt bagian SBMPTN, nyatanya berapa bulan yang lalu ia tertolak SNMPTN dan membuat kedua orang tuanya marah, marah besar.

"Kenapa kamu tidak seperti sepupu-mu? masuk UI Kedokteran"
"Kamu pinter, sayang kenapa masuk psikologi?"
"Penyakit jiwa tuh gaada, adanya orang yang kurang beriman"
"Kamu pulangnya malem, pasti main terus. Gak serius belajarnya, jadi gak keterima."

Andai, andai orang tuanya tau. Seberapa keras ia berusaha untuk mendapatkan semua itu? He just wanna be appriciated.

Karena itu ia hanya berharap 1% dan sisanya pasrah terhadap hasil SBMPTN tersebut.

Ia sudah menyiapkan mental dan fisiknya apabila ia tertolak, ia sudah siap menjadi samsak bagi tangan kedua orang tuanya.

Ia sudah menyiapkan tempat dan alat serta bahannya untuk, bunuh diri. Ia sudah menyiapkannya.

Pukul menunjukan 12.20 kedua orang tuanya masih bekerja, dan akan pulang sekitar pukul 8 malam. Jadi ia memutuskan pergi ke coffe shop sambil menunggu waktu yang akan menunjukan pukul 15.00

Ia pergi dengan membawa laptopnya dan mengendarai mobil kecilnya, mobil yang diberikan oleh tantenya. Karena tak munafik, orang tuanya sangat pelit. Jadi terkadang tantenya memberikan sedikit rezeki tersebut kepadanya.

Ia duduk sambil memainkan ponselnya dan melihat timeline twitter yang dimana orang-orang juga khawatir akan hasil UTBK-nya, ditambah kasus kecurangan beberapa hari yang lalu membuat resah dan gelisah.

Ia memesan ice cream dengan rasa kesukaannya yogurt. Katanya sih rasanya asem. Sama seperti kehidupannya.

Run Away [jakewon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang