Kedua mata Jaylin yang sembab menatap ujung sepatunya dengan kosong. Daritadi ia hanya bisa diam dengan isi kepala yang bergerumul. Bahkan ia seringkali ditegur oleh Hyelim karena ekspresinya tidak pernah bagus saat berlatih. Ya, Jaylin kembali berlatih menari hari ini dengan beberapa penari untuk penampilan mereka di sebuah acara musik dua hari lagi. Untung saja Seungcheol tidak ikut berlatih, pria itu sedang melakukan promosi--diundang beberapa acara ragam dan youtube ternama untuk interview atau sekadar menjadi tamu spesial. Jaylin tidak bisa membayangkan berlatih dengan Seungcheol saat hubungan mereka tidak baik-baik saja.
"Jay," Hyelim memanggilnya lembut, perempuan itu memegang bahu Jaylin dan meremasnya pelan sebelum turut duduk di sampingnya. "Kau baik-baik saja?"
Ingin sekali Jaylin berkata iya, tapi kondisinya selama latihan tidak memperlihatkan hal itu sehingga ia pun menggeleng lemah sambil menggelengkan kepala. "Aku... agak tidak enak badan, Kak. Maaf, ya."
"Kau harus jaga kesehatanmu, Jay. Dua hari lagi kita akan tampil."
"Iya, Kak." Ucap Jaylin memaksakan senyum. Hyelim pun ikut tersenyum, meski sangat kecil, ia juga mengacak kepala Jaylin pelan. Sebuah tindakan yang membuat dada Jaylin jadi sedikit lebih tenang. Meski galak, Hyelim sebenarnya sangat perhatian dan baik. Tidak hanya kali ini saja, dalam beberapa kesempatan, Hyelim memberikan Jaylin semangat saat mereka istirahat latihan.
"Semangat, ya!" Seru Hyelim sambil mengepalkan tangannya sebelum berdiri. Jaylin pun turut mengepalkan tangan, hampir tersenyum penuh saat mendongakkan kepala dan melihat Seungcheol bersidekap berjalan ke arahnya.
Napas Jaylin tersenggal. Tangannya langsung terjatuh di sisi tubuh. Ia merasa lemas luar biasa, belum siap bertemu dengan Seungcheol, belum siap mendapati tatapan tajam pria itu yang langsung menusuk ke ulu hatinya.
~~~
"Jay," Seungcheol memanggil namanya dengan lirih, tatapan mata tajamnya sudah melembut sejak mereka sampai di rooftop Gedung Hybe yang cukup dingin di malam itu.
Keduanya berdiri berhadapan tidak jauh dari pintu rooftop, dengan Jaylin yang menunduk. Sedangkan Seungcheol sedikit menekuk lututnya agar bisa mendapati dua mata Jaylin yang daritadi menghindarinya. Setelah melakukan 2 kali latihan bersama, Seungcheol langsung membawa Jaylin ke rooftop agar bisa berbincang lebih intens berdua. Ia ingin meminta maaf perihal sikapnya beberapa hari yang lalu, juga ingin membujuk Jaylin untuk menandatangani kontrak bersama Pledis sebagai solois.
"Jaylin, aku minta maaf soal kemarin, oke?" Dengan lembut Seungcheol berkata, badannya makin membungkuk agar bisa menemui mata Jaylin, bahkan ia sudah menyatukan dahi mereka sambil memegang bahu gadis itu dengan cukup kuat.
Jaylin tidak bisa berkutik. Ia mengerucutkan bibir, menahan tangis yang ingin tumpah. Ia tidak pernah merasa serapuh itu sebelumnya, tapi bau parfum Seungcheol sudah cukup menghipnotisnya hingga ia pun menghambur memeluk pria itu dengan erat disertai sedikit isak tangis yang membuat hati Seungcheol mencelus.
Perasaan Jaylin terlalu kalut, ia tidak bisa berpikir sama sekali dan hanya ingin dipeluk erat-erat oleh pria yang memang sudah melingkarkan kedua tangan pada pinggangnya tersebut. Seakan paham dengan apa yang dirasakannya, Seungcheol pun mendekap tubuh Jaylin, mengelus bagian belakang kepala gadis itu dengan lembut sambil menghirup bau parfum yang ia rindukan sejak kemarin. Selama beberapa saat ia diam, membiarkan Jaylin menangis di dadanya sampai sebuah suara mengisi keheningan yang sempat tercipta.
"Aku tidak tahu, Kak. Aku lelah..." Kata Jaylin dengan suara serak dan terbata-bata.
"Eung... aku minta maaf ya, soal kemarin. Aku kaget kau berkata seperti itu." Balas Seungcheol sambil menarik diri agar bisa menatap Jaylin yang wajahnya basah dan memerah. Gadis itu masih mengeluarkan air mata, tidak banyak tapi tetap membuat Seungcheol menghela napas gusar.Dengan penuh perhatian Seungcheol pun menangkup wajah Jaylin dan menghapus air mata yang tersisa di pipinya menggunakan ibu jari. "PR buruk itu bisa kita hentikan, kok. Aku sebenarnya tidak masalah, tapi aku takut kalau kau kenapa-kenapa."
Jaylin tidak menjawab, ia hanya menatap kedua mata Seungcheol yang juga menatapnya dengan intens. Pria itu tampak khawatir, tidak berhenti mengelus pipi Jaylin yang sembab terkena bekas air mata.
"Kalau orang-orang tahu kita punya hubungan, bagaimana, Kak?" Tiba-tiba Jaylin bertanya dengan suara yang serak dan juga lemah.
Seungcheol kaget, kedua alisnya terangkat. "Ya... tidak akan ada apa-apa. Pada akhirnya orang-orang akan tahu juga, kan?"
"Image-mu?"
"Bukan tentang aku, Jay. Tapi kau. Aku hanya takut orang-orang menyerangmu karena image-mu sudah dibuat jelek oleh Inha. Makanya aku belum mau memublikasikannya sekarang." Jelas Seungcheol berupaya menahan volume suaranya tidak membesar. Ia sedikit terbawa emosi untuk menjelaskan hal itu kepada Jaylin karena mengingat Inha yang membuat semuanya menjadi rumit.
"Kalau misalnya... tiba-tiba... mereka..." Jaylin tidak mampu meneruskan omongannya karena tenggorokannya yang tercekat. Ia merasa kedinginan pula akibat angin yang bertiup cukup kencang di atas rooftop.
"Kalau tiba-tiba semua orang tahu, maka aku akan berusaha melindungimu, Jaylin. Aku tidak akan diam dan kita akan tetap bersama mau bagaimana pun juga." Kata Seungcheol yang paham dengan omongan Jaylin tersebut. Pria itu tersenyum tipis, mengeratkan pelukannya pada Jaylin dan menyatukan dahi mereka sambil menatap dua mata Jaylin dengan lembut.
"Kau mau jadi pacarku, kan?" Tanya Seungcheol kemudian, membuat Jaylin terperangah.
"Sebenarnya aku ingin mengajakmu ke restoran untuk candle light dinner, tapi jadwalku tid--"
CUP.
Tanpa sungkan Jaylin menyambar bibir pria itu. Ia tahu Seungcheol akan menjelaskan tentang bagaimana ia lebih suka pernyataan yang romantis di restoran atas perasaannya, tentang kencan yang lebih manusiawi dibandingkan kencan di atas rooftop gedung Hybe yang dingin dan mencekam. Lama ia mencium pria itu, sampai ia menarik diri dan menganggukkan kepala. "Aku mau jadi pacarmu, Kak."
Seungcheol yang masih kaget dengan aksi Jaylin pun tersenyum seperti orang bodoh. Terbesit sebuah janji di kepalanya untuk membawa Jaylin kencan di tempat yang lebih baik begitu jadwalnya lowong. Gadis di hadapannya itu pantas dibikin bahagia. Apalagi setelah beberapa hal yang mereka lewati karena statusnya sebagai idol. Saat kesadarannya kembali, Seungcheol pun menangkupkan wajah Jaylin dan mencium bibir gadis itu dengan lembut. Sudah lama rasanya ia tidak mencium Jaylin, dan sekarang ia akan memuaskannya sebelum mereka berdua tidak punya waktu untuk melakukannya lagi.
Don't forget to like and comment yaa kalau suka ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Expectation [Complete]
FanfictionSeo Jaylin baru saja mengakhiri kontraknya sebagai salah satu anggota Girl Group bernama Lilac yang debut pada tahun 2017. Grup yang namanya tidak pernah terhembus di belantika musik Korea Selatan. Sejak itu, ia pun berusaha mencari cara untuk menja...