2

16.5K 560 7
                                    

Bab 2

Feeza menghempaskan tubuhnya di ruang tamu omnya, dia lelah sekaligus dongkol. Dia baru saja pulang dari Malang setelah selama seminggu ini dia mendaki Mahameru. Niat awal dia bersama kelompok pecinta alam yang selama ini menjadi tempat dia berteduh akan melanjutkan pendakian menuju salah satu gunung di jawa tengah tapi apa daya dia harus pulang terlebih dahulu karena diminta pulang oleh sang Umi.

Padahal dia sengaja meminta kakaknya menggantikan dirinya selama dia ikut pendakian agar tidak kena marah pihak kampusnya. Feeza kembali menghembuskan nafas dengan pelan, dia meneliti dekorasi rumah omnya dengan kagum. Meskipun sudah berkali-kali dia bermain ke tempat ini tapi dia tetap saja senang setiap kali melihat dekorasi rumah pamanya yang meskipun terlihat minimalis tapi tetap terlihat elegan.

"Kenapa sih? Baru dateng udah cemberut aja Za?" pertanyaan tantenya membuat Feeza mendongak dan menemukan tantenya sedang menatap lembut kearahnya, bukannya menjawab dia malah bergeser duduk tepat di samping tantenya yang meskipun sudah memiliki empat anak tetap terlihat muda dan cantik.

"Masa Umi nyuruh Feeza pulang padahal Feeza masih mau mendaki tan" jawab Feeza cemberut.

"Lagian kak Feeza hobi banget sih mendaki gunung, masa kulit kakak sama kulit Rangga lebih item kulit kakak?" ejekan dari suara sepupunya membuat Feeza melemparkan sebuah majalah yang kebetulan berada di atas meja menuju wajah sepupunya yang beberapa tahun lebih muda dari dirinya.

Rangga itu sepupu dia yang lain, adik dari Axel cowok yang baru saja mengejek dirinya. Memang sih kalau di bandingkan kulit saudaranya atau mungkin benar kulit Rangga kulit Feeza memang lebih kecoklatan karena seringnya beraktifitas di luar ruangan.

"Dasar sepupu kurang ajar." Feeza berdiri berniat mengejar Axel tapi baru juga beberapa langkah, Axel tersandung kakinya sendiri sehingga mengakibatkan dirinya terjatuh, membuat Feeza tersenyum puas dan segera menggelitiki Axel dengan puas. Tak berapa lama datang Alexa adik kembar Axel yang langsung bergabung dengan Feeza menggelitiku kakaknya.

Mila melihat hal itu hanya tersenyum maklum, sudah menjadi hal biasa jika mereka sudah berkumpul pasti akan seperti ini ujung-ujungnya pasti bertengkar. Tapi kalau keponakannya sedang mendaki selama beberapa hari anak-anaknya pasti sangat merindukan keponnakannya itu. Feeza memang sangat berbeda dengan Zeera yang lebih kalem dan pendiam.

Axel seperti jiplakan persis suaminya tapi mungkin sikap cerobohnya saja yang mengikuti dirinya, lihat saja baru berlari beberapa langkah tapi anak  pertamanya sudah terjatuh akibat tersandung kakinya sendiri. Mila merasakan tangan hangat memeluk pinggangnya, dia menoleh dan mendapati wajah tampan suaminya.

"Liatin apa hm?" Tanya Varo dengan menempelkan dagunya di pundak istrinya, dia mengikuti arah pandang istrinya, tepat di teras rumah, kedua anaknya sedang menggelitiki keponakannya yang cerewet itu. "Kapan Feeza dateng? Memangnya dia udah selese mendaki gunungnya?" varo tentu saja hafal dengan kelakuan keponakannya satu itu yang sangat jauh berbeda dengan saudara kembarnya.

"Kata Feeza dia diminta pulang sama kak Vani kak, memang ada acara apa sih? Kok tumben kak Vani minta Feeza pulang langsung?"

"Aku juga nggak tau, adekku nggak cerita ke aku soalnya." Jawab Varo, dia membimbing istrinya duduk di sofa saat melihat keponakannya sedang duduk di sofa dengan wajah kelelahan dan muka merah akibat terus tertawa dengan anak kembarnya tadi.

"Tambah item aja Za" Mila segera menyikut perut suaminya ketika Varo melontarkan perkataan itu. Sedangkan Feeza hanya bisa cemberut mendengar celetukkkan omnya.

"Ini bukan item tapi kulit yang sehat om, daripada si Axel tuh maennya masa di lab terus nggak bosen apa" gerutu Feeza, sedangkan yang lain tertawa tapi Axel hanya cemberut mendengar ucapan sepupunya itu.

Dua HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang