~06~

355 35 6
                                    

Flashback on.

"Kak, Hyunjin pergi sama kak Minho tadi..."

"Nggak usah khawatir, Minho pasti tau gimana caranya bertindak."

"Siapa yang ngekhawatirin kak Minho?"

"Maksudnya?"

"Gua ngekhawatirin lu, kak."

"Gua?"

"Dimana akal sehat lu, sih? Lu tau kita semua lagi harus ngumpet-ngumpet buat nyari aman, dan kita sampe ganti pintu kemarin."

"Tapi disaat kak Minho bawa Hyunjin keluar...lu ngapain, kak?!"

Setelah Changbin selesai berbincang dengan Felix, hati pemuda itu mulai terasa risih karena Minho yang tiba-tiba membawa Hyunjin ke lingkungan luar untuk menyelesaikan permasalahan mereka. Mereka semua tahu betul kalau Minho dan Hyunjin adalah sasaran geng Pride, tapi kenapa tidak ada yang menghentikan kedua bocah itu pergi?

Changbin hanya ingin menebus kesalahannya sebelum ini walaupun dirinya tidak merasa begitu bersalah. Jujur saja, Changbin memang sempat merasa tidak enak hati karena patahnya tangan Minho, dan ia pikir, tidak apa-apa untuk sedikit menurunkan sedikit keegoisannya di depan hadapan Felix, kan?

Tak pakai lama, Bangchan langsung buru-buru datang ke tempat kejadian untuk menyelamatkan Minho dan Hyunjin. Tapi sesampainya Bangchan disana, keadaan sudah tidak kondusif. Mata Bangchan menangkap sosok San yang sedang mengejar Minho dan Hyunjin menggunakan pistol dan saat Chan ingin menembak San....

DOR!

San sudah lebih dulu menembak Hyunjin tepat dikepalanya- dan membuat Hyunjin tewas saat itu juga.

Flashback off.

Pemakaman Hyunjin dilaksanakan dengan tenang. Tidak ada banyak orang disana, hanya ada beberapa teman kantor Bangchan dan teman-teman sekolah Hyunjin yang hadir. Changbin menolak menerima teman kuliahnya untuk datang berkunjung karena suasana yang ramai hanya akan membuat mereka-mereka yang ditinggalkan menjadi semakin sedih karena Hyunjin tidak ada bersama mereka.

Setelah pemakaman, mereka semua menjauh dari dunia mereka sendiri. Bangchan menolak untuk pergi kerja, Changbin mulai absen dari kelasnya, dan sisa dari mereka juga tidak masuk ke sekolah karena tidak ada Hyunjin diantara mereka. Keenam pemuda itu sama-sama tidak keluar dari kamarnya dan rumah mereka sunyi senyap. Tidak ada yang beraktivitas, bahkan tidak ada yang bisa memastikan mereka masih hidup atau tidak.

Kalau keadaan Minho, tidak perlu ditanyakan. Pemuda itu sama sekali tidak bergeming dari tempat tidurnya sejak pulang dari pemakaman Hyunjin. Perutnya kosong sejak hari itu dan pikirannya terus dipenuhi dengan Hyunjin, Hyunjin, dan Hyunjin.

Padahal mereka sangatlah dekat dulu, tapi kenapa semuanya menjadi berantakan? Minho ingin sekali menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Hyunjin- ralat, Minho sudah melakukan hal itu sedetik setelah kepala Hyunjin tergeletak dengan bersimbah darah di depan hadapannya hari itu.

Kalau dirinya tidak menuntut suatu penjelasan dan tidak mengajak Hyunjin untuk membicarakan hal ini baik-baik, mungkin adiknya masih ada disini sampai sekarang. Tapi, geng Pride juga tidak akan diam saja sebelum mereka mendapatkan apa yang sudah mereka incar sebelumnya. Jadi, mau cepat atau lambat, kejadian ini pasti akan terjadi.

Dan yang menjadi masalah adalah, kenapa mereka harus mengincar Hyunjin saat pemuda itu sedang bersama Minho? Hal itu akan membuat Minho menjadi semakin merasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan Hyunjin.

Minho memang sempat mengatakan kalau keadaan sudah membaik, semuanya akan kembali seperti semula pada Jisung- tapi nyatanya, keadaan sama sekali tidak membaik.

Disappointed (Hyunho) Short Story ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang