Bab 18

8.1K 1K 61
                                    

Hai hai hadir lagi. Maaf ya nge php in kalian dengan jarang update. Hehhe.

Maklumin kalo ada typo ya, soalnya belum di edit.

Ozora menguap, matanya masih sedikit terpejam. Masih dengan separuh kesadarannya dia memanggil. "Papa danteng. Papa Bas. Kalian di mana?"

Aurora yang mendengarnya menghela napas pasrah. "Cari siapa? Mereka sudah pulang."

Seketika mata bulat Ozora terbuka dan bisa menatap kamarnya dengan jelas. "Kok pulang, kok Ozo ndak diajak, katanya Papa danteng cama Papa Bas tidul di cini." ujar Ozora tidak terima.

Aurora pun menyentil dahinya pelan. "Yang bilang mau nginap siapa? Ayo sekarang mandi biar cantik dan wangi."

Ozora menggeleng, masih mencoba mendebat. "Tapi katanya meleka mau nemenin Ozo."

"Ayo mandi biar cantik, katanya suka jadi anak baik dan cantik. Mau ikut Mama ke toko bunga ndak? Kalo mau ayo mandi sekarang." ajak Aurora.

"Benelan?"

"Iya. "

Akhirnya Aurora membawa Ozora ke kamar mandi untuk memandikannya. Setelah berdandan dengan gaya khas imut dan cantiknya, Ozora mematut dirinya di depan cermin. "Mama, apakah Oxo cudah cangtip?"

Aurora mengangguk, "Anaknya Mama paling cantik." Ozora pun tertawa senang.

Setelah bersiap-siap akhirnya mereka berangkat menuju toko bunga milik Aurora.

Aurora tersenyum pada pegawainya yang menyambutnya. Ozora terawa senang melihat toko yang penuh dengan warna-warni. 

"Pagi Mbak Rora, pagi Ozo kecil."
Sapa pegawai yang bernama Silla.

"Pagi Silla."

"Pagi kakak cantip." Silla tersenyum malu mendengar sapaan Ozo yang menyebutnya cantik.

Ozora pun berlari menuju tempat bermain khusus yang disediakan oleh Aurora untuknya, agar dia tidak rewel. Di sana banyak boneka mulai dari boneka sapi, jerapah, domba, lumba-lumba sampai barbie serta perlengkapan makan dan masak-masak mainan.

Tak lama masuk seorang wanita paruh baya datang. Aurora menyambutnya dengan senyuman. "Selamat pagi, selamat datang. Silahkan pilih bungan yang Anda sukai."

"Loh kamu?" ujar wanita yang tak lain Leni, Mamanya Abimana.

Aurora tersenyum, "Tante. Mamanya Abimana kan?" Leni mengangguk dengan senang hati.

"Ini toko milikmu?"

"Iya Tante, oh ya mau bunga apa?" tanya Aurora.

"Bunga lili putih saja." Aurora mengangguk dan segera mengemas buket bunga lili.

"Mamaa! Ozo bocaaan." teriak Ozora menghampiri Aurora yang sedang membungkus bunga dan berbincang.

Ketika Ozora melihat wanita paruh baya tersebut dia langsung antusias dan tertawa. Mengingat wanita tersebut merupakan Ibu dari Papa danteng. "Omaa!" panggil Ozora.

Leni tersenyum dan mengelus rambutnya. "Ozora main apa kok bosen?" tanyanya.

"Main boneka Oma." balasnya. Aurora membiarkan saja mereka mengobrol.

Ozora celingak-celinguk mencari seseorang di belakang Leni. "Oma, Papa danteng di mana?"

"Papa gantengnya lagi kerja sayang. Jadi, tidak sama Oma." balas Leni.

"Yah, padahal Ozo pengen beltemu cama Papa danteng." ujarnya lesu dengan bahunya yang merosot ke bawah.

"Ozoraa." peringat Aurora, agar tidak merepotkan orang lain.

"Tidak apa-apa. Jangan sungkan namanya juga anak kecil." ujar Leni dengan senyumnya yang mengembang.

"Mau Oma telponin?" tawar Leni yang diangguki Ozora dengan antusias. "Mau Oma." Leni tertawa melihatnya.

Segera ia memencet tombol Video call.

Di sisi lain Abimana tengah rapat di kantornya dan hampir selesai. Seketika ruangan itu menjadi hening ketika terdengar ponsel yang berdering.

Anak buahnya pada saling tengok dengan keringat dingin, takut ponselnya berbunyi dan tentu saja akan mendapat hadiah berupa teguran paling baik.

Abimana mengambil ponselnya dan mengangkatnya. "Papa!" panggil suara kekanakan dengan senang. Ruanganpun menjadi semakin sunyi.

Mata Abimana pun melembut ketika melihat sang putri di ponselnya. "Aku ketemu Oma di toko bunganya Mama. Papa kapan main cama Ozo?"

"Nanti setelah pulang kerja ya, Papa main ke sana." Ozora mengangguk mantap.

Ozora yang memegang ponsel milik Leni pun membawanya berkeliling di toko yang penuh dengan bermacam bunga sembari berceloteh riang. "Papa itu Kak Cilla, itu Kak Dewi, nah itu Mama, itu Oma"

"Mama!" panggil Ozora. Aurora menoleh. "Ambilin bunga matahali itu Mama." Aurora pun mengambilnya.

"Mama, ini Papa." ucapnya. Aurora pun melihat layar ponsel yang menampilkan Abimana dengan kemeja navy yang bersandar di kursi kebesarannya sembari tersenyum. Aurora balas tersenyum.

Menerima bunga yang dimintanya, Ozora membawa bunga matahari tersebut menuju arah Oma yang duduk di kursi. "Papa, ini bunga matahali buat Papa. Nanti Papa ke cini ya."

"Iya sayang, makasih. Nanti Papa ke sana."

"Papa jangan lupa bawa coklat jangan sampe mama tahu." bisiknya yang masih bisa didengar Aurora. Abimana  tertawa.

"Kalau bisik-bisik itu pelan. Itu namanya teriak Mama dengar ya Ozo. Ndak boleh makan coklat." ujar Aurora.

Ozora mengabaikan Mamanya, namun tidak jadi segera dia membalas. "Mama diem dech. Ini lahasia Ozo cama Papa."

Leni tertawa mendengarnya. Aurora hanya geleng-geleng kepala. Bagaimana bisa menjadi rahasia ketika semua orang mendengarnya. Bukankah itu pengumuman bukan rahasia?

Tawa Abimana pun pecah sampai Aurora mendengar tawa itu.
"Iya ini rahasia kita." ucap Abimana disela tawanya.

"Ya udah Papa matikan ya, lanjut kerja habis ini Papa main ke rumah Ozo."

"Ote Papa. Bye bye. Kiss jauh dulu muaach." ujar Ozo dengan memonyongkan bibirnya memenuhi layar ponsel. Hati Abimana yang beku menghangat.

"Bye bye. Salam buat Mama ya." ujar Abimana.

Sebelum sempat mematikan ponselnya. Abimana mendengar Ozora yang berteriak. "Mama dapat calam dari Papa katanya muaach." ujar Ozora dengan menambahinya sendiri.

Aurora hanya geleng-geleng.

Kembali ke Abimana. Ruangan itu penuh dengan suasana yang akward. Wajahnya kembali berubah dingin.

Para anak buahnya penasaran namun tidak berani menanyakannya. Mereka sangat terkejut sampai tercengang ketika mendengar tawa bosnya yang enak di dengar.

"Lanjutkan." ujar Abimana segera semua kembali menjadi normal lagi.

Hehe akhirnya. Sampai jumpa di part selanjutnya.

Are You My Papa? [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang