3

56.3K 1.2K 35
                                    

Happy Reading!

"Arghhh_ sakittt"

Rintihan dan teriakan Dinda terdengar diseluruh kamar. Abraham menatap istrinya penuh kekhawatiran. Tidak ada yang terjadi, lalu kenapa istrinya itu berteriak kesakitan sembari memeluk perutnya. Bahkan beberapa tabib yang ada belum berhasil menghilangkan rasa sakitnya. Begitupun para tetua yang juga kebingungan, karena harusnya rasa sakit itu tidak pernah ada kecuali saat ingin melahirkan.

"Pangeran_" Seorang pria berjanggut putih mendekat membuat Abraham menatap pria tua itu. "Maaf jika saya harus bertanya, tapi apa pangeran dan putri tidur bersama setiap malam?"

Abraham terdiam, ia sudah lama tidak masuk ke kamar ini dan menemui Dinda. Lebih tepatnya saat istri manusianya itu ingin dikembalikan ke dunia manusia.

"Sttt_akhh_tolonggg_sakitttt_hh"

Abraham menatap istrinya yang kembali berteriak. Beberapa tabib terlihat sibuk meracik obat dan sebagian menenangkan istrinya.

"Pangeran?" pria berjanggut putih kembali meminta jawaban.

"Kenapa?" tanya Abraham datar.

"Apa pangeran ingat pada apa yang saya katakan saat kita sepakat untuk membawa manusia ke sini?"

Abraham mengangguk. Tentu saja. Ia diminta untuk berhubungan intim setiap hari. Entah untuk apa mengingat Dinda sudah mengandung. Harusnya hubungan intim tidak diperlukan lagi.

"Lalu_ apa pangeran melakukannya?"

Abraham menggeleng lalu kembali dikagetkan oleh teriakan istrinya yang memekakan telinga.

"Arghhhh__"

Pria berjanggut putih mengangguk mengerti lalu bergerak untuk membisikan sesuatu pada Abraham.

"..." Kedua mata Abraham melotot sempurna lalu menatap ke arah istrinya yang terlihat mengenaskan di atas tempat tidur.

"Apa kau tidak lihat dia sedang kesakitan!" Bentak Abraham keras.

"Lakukan jika pangeran ingin putri tidak kesakitan lagi." ucap pria berjanggut putih itu lalu berjalan menjauh mengajak semua orang untuk pergi dari kamar.

"Tolonggg_akhh sakitt" Dinda berteriak sembari mengulurkan tangannya ke arah suaminya. Entah kenapa tapi Dinda yakin jika pria itu bisa membantunya.

Abraham diam sejenak kemudian bergegas berlari ke arah Dinda. Abraham naik ke atas tempat tidur lalu menyentuh perut besar istrinya yang terasa sangat keras.

"Hiks_" Dinda menggenggam lengan suaminya erat dengan wajah pucat karena menahan sakit.

"Maaf_" Ucap Abraham lalu menunduk untuk mencium bibir istrinya.

Cupp

"Em_ apa yang akh kau lakukan?" Teriak Dinda marah setelah berhasil mendorong Abraham yang mencium bibirnya.

"Aku sedang membantumu."  Ucap Abraham tegas membuat Dinda melotot marah. Bahkan disaat ia kesakitan seperti ini. Pria itu masih memikirkan hal menjijikan seperti itu.

"Menjauh_akh dariikuu arghh_sakitt." Teriak Dinda keras. Perutnya terasa semakin sakit, seolah ada banyak tangan yang meremasnya dari dalam.

Abraham berdecak lalu menarik lengan Dinda kasar.

"Arghh_ Jangan!!" Tolak Dinda berusaha memberontak. Namun semua tenaganya sudah habis terkuras menahan sakit.

"Diam!!" Bentak Abraham lalu melucuti semua kain yang Dinda kenakan.

PEGASUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang