6

3.6K 821 37
                                    

Happy reading, moga suka. Jangan lupa vote dan komen ya.

Versi fullnya akan diupload ke Karyakarsa dan Playstore minggu ini, jadi yang mau koleksi boleh dah nabung2 wkwkwkwk

Seperti biasa, versi wattpad tetap lanjut.

Luv,
Carmen

__________________________________________

Keesokan paginya, Stephanie terbangun karena gedoran kuat di pintu kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan paginya, Stephanie terbangun karena gedoran kuat di pintu kamarnya. Ia buru-buru bangun dan membukanya dan mendapati kakaknya beserta sang dresser yang membawa selusin gaun. Jika sebelumnya Stephanie tidak merasa seperti seorang adik yang jelek, maka ia pasti merasa seperti itu sekarang. Semua gaun-gaun yang dibawa oleh Daniela hanya cocok untuk dikenakan oleh wanita-wanita bertubuh langsing dan tinggi seperti Angelina dan Daniela sendiri. Tidak ada satupun yang benar-benar cocok untuk Stephanie yang memiliki tubuh lebih berisi dengan dada yang lumayan penuh. Akhirnya mereka menjatuhkan pilihan pada sebuah gaun biru muda yang memiliki potongan yang begitu rendah sehingga Stephanie yakin orang-orang akan bisa melihat puncak payudaranya. Dan warna gaun itu sama sekali tidak membuat matanya tampak lebih indah, malah membuat mata Stephanie terlihat suram dan tak bercahaya. Daniela sudah nyaris menggantinya namun Angeline mencegahnya.

“Well, akhirnya ada yang cocok,” ucap Angeline puas. “Kau sangat beruntung karena tidak perlu membayar gaun ini, gaun-gaun itu ditinggalkan untuk Daniela dalam sebuah proyek sesi foto yang besar.”

“Oh… thanks.” Tapi menurut Stephanie, gaun ini sama sekali tidak cocok untuknya.

“Apa kau punya sesuatu yang cocok untuk dikenakan nanti malam? Keluarga Lorenzo akan tiba dan aku ingin memperkenalkanmu pada mereka. Mereka semua sangat stylish tapi aku sudah memberitahu mereka bahwa kau hanya PA dan mungkin sedikit serius jadi mereka sudah tahu siapa yang akan dihadapi nantinya.”

Stephanie menahan dorongan untuk meninju kakaknya dan memaksa diri untuk bergerak ke lemari pakaian dan menarik keluar sehelai gaun merah. Ia dulu membelinya untuk menghadiri pesta Natal perusahaan dan menerima banyak pujian saat ia mengenakannya. 

 "Hmm... tidak terlalu buruk, Sis." Bahkan Angeline tidak bisa memprotes, pikir Stephanie senang. "Tapi kau memang selalu menyukai gaya busana vintage dan kau cukup pandai memilih yang cocok. Orang-orang akan berpikir kau memang memiliki gaya busana yang tidak biasa. Boleh juga."

Stephanie mendengus pelan mendengar komentar kakaknya. Tetap saja, jika ia mengharapkan pujian dari Angeline, maka ia akan kecewa. 

"Teman-temanku sudah menunggu di lobi untuk sarapan, kau bisa mengurus dirimu sendiri, bukan? Oh ya, this room comes without breakfast, jadi kau harus membayar sendiri." Lalu keduanya berlalu begitu saja dari kamar Stephanie. 

Semakin dipikir, Stephanie semakin sakit hati. Kakaknya itu tega memesan kamar tanpa sarapan. Dan lebih tega lagi memberitahunya bahwa dia akan sarapan bersama teman-temannya sementara adiknya harus membayar sendiri. Atau setidaknya, Angeline bisa menawarkan agar mereka sarapan bersama. Sudah berapa lama mereka tak bertemu? Apakah Angeline tidak punya waktu untuk duduk sarapan bersama dan mengobrol selama setengah jam? 

Tak lama, pintu kamarnya kembali diketuk. Saat Stephanie membukanya, ia mendapati seorang waiter berdiri di depannya dengan troli makanan. 

"Complimentary breakfast, Signorina," ujar pria itu sambil tersenyum ramah lalu masuk untuk menyajikan sarapan di balkon kamar. "Selamat menikmati, Signorina. Saya permisi dulu."

Stephanie lalu duduk di balkon dan mulai menyesap kopi latte-nya ketika ia menyadari ada sebuah notes dengan namanya. Catatan itu berbunyi seperti ini : 'Maafkan sikapku kemarin malam, Stephanie. Aku tidak bermaksud bersikap memaksa. Dan aku sangat menikmati waktu yang kuhabiskan bersamamu. Kalau kau bersedia, kita bisa bertemu di tempat tadi malam setelah gala dinner. Aku akan menunggu di sana. Kuharap kau akan datang. -Alessandro-'

Ada sensasi yang nenggelitik dada Stephanie. Pria itu begitu manis sehingga Stephanie tidak ingin percaya bahwa dia tidak tulus. Ya, Stephanie tahu bahwa tidak mungkin juga pria itu mencari hubungan serius tapi Alessandro kelihatannya benar-benar baik. Dan dia membuat Stephanie merasa... well, he makes her feel good. Kehadiran pria itu membuat Stephanie sedikit terhibur dan ia rasa ia membutuhkannya. Dan Stephanie juga sangat menikmati waktu yang mereka habiskan bersama. Apa salahnya menghabiskan waktu lagi bersama pria itu, hanya sebentar saja, tidak apa-apa, bukan?

Sweet SurrenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang