wake up, you need to be loved.

1.2K 187 1
                                    

 

     Lebih dari itu semua, Rodion sebenarnya sudah mengetahui kondisi menyedihkan yang terjadi pada keluarga anak angkatnya. Ia memutuskan berkunjung untuk melihat langsung kabar Alexei. Ia begitu khawatir terlebih fakta bahwa Alexei tengah mengandung membuat hatinya meradang.

   "Alexei!"

   Jaemin— Alexei terhuyung tak siap menerima pelukan erat jenderal tempat ia dilatih dulu. Ada Ben di sana, tengah menatapnya penuh kasih sayang dengan senyum terluka. Tangis jaemin kembali mengisi ketegangan lorong rumah sakit.

   "Nak, apa ada perkembangan dari suami dan anak-anak mu?" tanya Ben.

    Jaemin menggeleng pelan. "Lev sudah siuman, ia tak mau bicara bahkan denganku sekalipun... Papa, hiks"

    "ах... мой сын," lirih rod.

   Ben memilih beranjak pergi, namun baru beberapa langkah niatnya terhalang oleh kedatangan serombongan orang. Ben bisa merasakan aura tidak mengenakkan dari salah satu orang dari mereka. Selebih dari itu hanya raut penasaran dari yang lain. Itu pasti untuknya dan Rodion.

   "Kau..."

   "Ohayo, nakamoto-san." Senyum simpul yang berbahaya. Yuta tahu jelas.

   "Siapa kau? Kenapa kau disini dengan menantu dan anakku?" tanya
Jaehyun. Terlihat tatapan mengintrogasi dari pria Jung tersebut.

   "Малыш, да?" cemeeh Ben. Konyol sekali ekspresi mereka,pikir Ben.
    (Trans : anak, yah?)

    Bagaimanapun juga Ben hanya tahu satu pandang arah cerita. Tapi pria blonde klimis itu tertawa pelan sambil menggaruk pelipis dengan telunjuknya. "Aku... Keluarganya juga, mungkin?"

   "Ben!"

   Ben berbalik pada jenderal rod, keduanya saling melempar tatapan. Yang satu bertanya dan yang satu hanya memberikan ekspresi jelek yang tengil. "Suka!" umpat rod.

   Ben terkekeh melihat jenderal nomor tiga paling berbahaya di kalangan prajurit elit rahasia rusia ternyata suka cemberut. Tatapan hangat pria Rusia itu berubah menggelap saat bersibobrok dengan tatapan tak suka dari dua orang pria Jung dan Na.

   "Kau... Tentara brengsek yang menculik anakku? Memaksanya menjadi boneka negaramu? Sampah!" Ujar yuta pelan penuh tekanan.

   Jaehyun terdiam mendengarnya. Ia baru tahu fakta lain setelah mengobrol panjang dengan sahabatnya tadi. Ben sendiri tak ambil pusing.

   "Menculik? Lebih tepatnya mengadopsi mungkin. Anakmu yang kau buang itu sudah dianggap gelandangan, yatim piatu, kelaparan, sekarat dan melarat. Daripada penculik bukankah jauh lebih pantas kalau kami disebut malaikat? Kami menolong mereka dan memberi makan juga tempat tidur. Kau memberi apa memangnya?"

   Dusta kalau yuta tak sakit hati mendengar pernyataan langsung dari Ben. Singkat, padat, dan bangsat. Ia tak pernah berniat membuang sang anak. Dia gila selama belasan tahun mencari anaknya. Mendengar ucapan Ben membuat hatinya serasa di tusuk perlahan dengan tombak.

    "Jaga bicaramu. Aku tak pernah berniat membuang anakku. Kau orang asing —

    "Tapi orang asing ini yang membuat anak-anak itu gagal mati diumur 7 tahun. Sayang sekali, lebih bagus bila potensi mereka digunakan sebaik mungkin. Lihat sekarang, orang asing ini membuat anak kalian mendapat masa depan dan nama. Sedang orang tua kandung mereka membuat luka dan trauma. Aku cukup terkejut kalian punya keberanian mencoba merangkul mereka sekarang." Ben dengan diam menatap rendah orang-orang yang ikut menjenguk. Puas melihat pipi para submisif basah dengan air mata.

   Itu belum seberapa sakit dari yang dirasakan kedua anakku, batin Ben.

   "Ben? Kau tak mau memelukku?" Tatapan merendahkan Ben berubah sendu mendengar lirihan jaemin.

   "Kesayanganku, Kemarilah." Ben berjalan mendekati jaemin yang sedikit jauh dari mereka. Memeluk anak didik kesayangannya dengan lembut.

   Sejujurnya Jeno sudah sering berada di ambang kematian seperti ini, jadi Ben tidak terlalu pusing akan hal itu. Tapi fakta-fakta menyedihkan akan keponakan kembar nya membuat hati dan pikiran Ben meradang.

   "Kapan perkiraan Jeno akan siuman?" tanya rod dengan bahasa rusianya yang kental.

   "Ada tiga peluru yang harus dikeluarkan dari dadanya. Kupikir itu akan menghabiskan seminggu penuh."

   "Ahh," angguk rod paham.

  Pandangan matanya bergeser pada beberapa orang yang berkumpul agak jauh dari mereka. Rod sedikit penasaran apa yang Ben dan orang-orang itu bicarakan sampai beberapa dari mereka menangis tersedu begitu. Tapi peduli apa dirinya, rod memilih diam tak peduli.

  Ben melirik rod yang tak acuh pada sekitar. Dalam hati membayangkan akan setajam apa ucapan rod bila tahu kalau tuan Na dan Jung adalah orang tua kandung dari Jeno dan Jaemin.

   "Aku ingin masuk," ucap jaemin tiba-tiba.

   "Ini ruang ICU —

   " Bayiku bergerak pa, Jeno pasti siuman. Anakku hanya akan bergerak karena ayahnya," sela jaemin.

   Rod hanya mengendikkan bahu dan membuka pintu. Ikut masuk untuk melihat anak didiknya yang kini menjabat setara diatasnya. Benar saja, pria itu telah membuka matanya.

   "Wow, hubunganmu dan anak bungsumu begitu erat yah Alex," komentar Ben.

   Jaemin memeluk hangat perut Jeno. Sedangkan rod menekan tombol untuk memanggil dokter. "Kau bangun..."

   Jari-jari kekar yang pucat dengan beberapa bekas luka milik Jeno berusaha bergerak mengusap wajah sosok tercintanya. Dalam mimpi, wajah manisnya itu selalu memerah akan air mata. Mengatakan rindu dan rindu, Jeno bisa apa dengan pemandangannya sekarang. Dadanya masih terasa ngilu, tapi lebih sakit untuk melihat kondisi mengenaskan sang istri yang memeluk perutnya erat.

   Jeno merasa bersalah hingga titik tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri. Jaemin terlihat jelas tak mengurus diri karena frustasi dan kesedihan akan dirinya dan anak-anak—

   Tunggu!

   "A....anak-anakku, Na..."

    Tangisan jaemin kembali pecah. Istri Lee Jeno itu meringkuk dan menangis kencang di perut Jeno. Demi apapun, detik itu jantung Jeno serasa di tebas oleh rasa sesal.

   Anak-anaknya....

   Tetesan air mata mengalir dari mata sipit jenderal elit utama itu. Sial! Tubuhnya tidak bisa digerakkan. Sial! Sial! Sial!

   Sedangkan Ben dan rod hanya bisa menunduk, tak sanggup melihat kedua anak didik mereka menangisi kesialan yang terjadi.

   Begitu pula mereka yang hanya berani mengintip dari pintu.

  Hhhhh, menyedihkan sekali yah kenyataan yang menyambut Jeno siuman.











TBC.

P.s; huwaaaaa maaf kalo pendekkkk.

P.s.s; maaf juga kalo mell lama apdetnya😭😭😭😭😭😭 rl mell sedang disibukkan dengan persiapan mental untuk pkkmb🥲🥲🥲

P.s.s.s; janji deh besok-besok bakal sering double atau triple update, huhuhuhuuuu maaf sekali semuaaaa😭😭😭

P.s.s.s.s; maaf banget kalo pendek, niat hati mau sekalian panjang saja karena mell kurang suka yang setengah-setengah karena itu tidak perfect dan mell gak seneng.

P.s.s.s.s.s; tapi setelah dipikir-pikir mell nekat ngepublish ini. Jaga-jaga biar kalian tahu mell masih idup dan tengah berjuang ditengah peradaban🥲🥲

P.s.s.s.s.s.s; huhuhuhuhuuuu luv yuuuu

  
   

[✓] Thantophobia || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang