Chapter 1: First Encounter
"Udah sini balikin kacamatanya."
"Ih, pinjem bentaran lagi dong Ra."
Azura menghembuskan nafas. Ruang kelas yang biasanya tenang, kini amat berisik tak karuan. orang-orang berlalu lalang, beranjak dari tempat duduk masing-masing dan mulai membentuk kelompok. Tak terkecuali dirinya. Saat ini, tengah berkumpul 6 manusia remaja yang masing-masing memiliki berat tak kurang dari 50kg di sebuah meja berukuran 1,2 x 0,5 m. Sikut mereka saling bersentuhan, dan Azura sudah tak tahan lagi.
Sketsa yang dari tadi tengah ia kerjakan tak kunjung selesai dan konsentrasinya selalu pecah, sama seperti kepalanya. Tentu saja tidak secara harafiah.
"Kalo gue pake kacamata bagus kali ya?" Tanya Eila pada Rangga.
"Jelek, kaya nenek gue pas lagi baca."
"Kurang ajar lo Rangga!" Eila melempar kotak pensil yang ada di dekatnya dan Rangga hanya tertawa jahil.
"Lo coba deh." Eila memberikan kacamata tersebut pada Rangga, dan dengan hati-hati dan perlahan—Rangga takut dimarahi Azura kalau sampai dia memegang lensa kacamata gadis itu—memakai kacamata tersebut.
"Mirip wibu." Ujar Eila pada Rangga.
"Memang." Jawab laki-laki itu lalu mengembalikan kacamata yang ia pakai pada Eila. Gadis itu masih ingin mencoba kacamata milik Azura, meskipun yang punya sudah menekuk wajahnya.
Azura merasa rambutnya sangat lepek, keringat mulai bercucuran akibat pendingin ruangan di kelas tak berfungsi dengan baik, sudah terlalu tua, sudah tidak sedingin dulu. Keadaan kelas yang berisik dan bau keringat, Ugh. Semuanya bercampur menjadi satu.
Sudah tak tahan, Ia akhirnya berdiri lalu melangkah kaki miliknya ke luar ruangan. Udara segar, itu yang dia butuhkan sekarang. Menstruasi yang satu jam lalu baru ia dapatkan juga mempengaruhi mood nya di pagi ini. Ingin marah terus tanpa alasan. Terlebih saat melihat wajah teman satu kelasnya—Tirta. Tangannya gatal ingin membekap mulut laki-laki itu agar berhenti bernyanyi dengan suara seperti lumba-lumba yang ia miliki.
"Eh ra, mau kemana?" Tanya Tyas lalu ikut mengejar Azura ke luar ruangan. Diikuti juga dengan Rangga. Sedangkan Azura, gadis itu terus berjalan hingga akhirnya duduk di salah satu bangku yang ada di samping gedung laboratorium kimia.
"Gue mau ngadem sebentar disini, ga kuat kalo lama-lama di kelas." Ujar Azura sambil mengipasi dirinya menggunakan sketchbook yang ia bawa. Rangga dan Tyas hanya mengangguk, lalu ikut duduk di samping dirinya. Sedangkan Eila lebih memilih untuk tetap berada di kelas karena merasa di luar lebih panas.
"Tapi kacamata lo masih di Eila." Ucap Rangga sambil menunjuk kelas mereka menggunakan dagunya. Azura melambaikan tangan di hadapan mereka.
"Biarin aja, kalo rusak nanti gue suruh dia ganti 10 ."
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You I Want
Romance"Gue duluan, Azura kan?" "Iya, lo Abyasa kan?" Azura dan Abyasa tak pernah menyangka, pertemuan singkat mereka pada saat itu menjadi titik awal kisah mereka yang panjang. Dua remaja yang saling penasaran, terus terlibat dalam peristiwa yang membuat...