Seorang gadis menatapi cafe, tempat dimana cafe itu menyimpan banyak beribu kenangan saat dirinya masih sekolah. Sasya, Sasya tersenyum tipis menatapi cafe itu, dengan helaan nafas Sasya berjalan memasuki cafe itu dengan langkah pelan.
"SASYA?! AAAA!"
Teriakan heboh itu berasal dari Loly, Loly berteriak heboh saat melihat kedatangan sahabat yang memiliki sifat sama sepertinya itu. Dengan segera Loly berjalan cepat menghampiri Sasya dan memeluk Sasya erat. "Sya, aku kangen banget loh sama kamu!" ucap Loly dengan nada sedih.
Sasya terkekeh lalu melepaskan pelukan Loly. "Aku juga kangen banget sama Loly!"
Setelah itu Sasya beralih kepada teman-temannya. Menatap mereka dengan tatapan heran. "Hai! Kalian ga kangen sama aku?" tanya Sasya. Namun semuanya tidak menyahut dan malah terus terdiam sembari menatapi pakaian gadis itu.
"SYA?! INI LO BENERAN? GILA, LO BERUBAH BANGET!" ucap Abel sembari memegangi kedua pundak Sasya dan menatap Sasya dari atas kepala sampai ujung kaki.
"Dan... nada bicara lo juga benar-benar berubah banget Sya! Gila si ini, lo benar-benar berubah." ucap Fafa sedikit tidak menyangka melihat banyak perubahan dari cara bicara dan pakaian Sasya.
Sasya hanya membalasnya dengan senyuman tipis.
"Semua orang itu bisa berubah Fafa. Udah duduk Sya," seru Arga.
Dan setelah itu Sasya pun duduk dikursi yang sudah disediakan untuknya. Namun ada satu orang lagi yang belum datang membuat mereka harus menunggu dan menunda makan lagi dan lagi untuk menunggu kedatangan tamu spesial mereka yang akan membayarkan semua makanan dan minuman yang mereka pesan.
"Nunggu siapa lagi Bel?" tanya Sasya kepada Abel.
"Ryan," jawab Abel membuat Sasya langsung memasang wajah datar dan terdiam.
Melihat perubahan wajah Sasya, Fafa dan Loly saling bertatapan paham, kemudian keduanya mengelus bahu Sasya. "Gue harap, lo udah lupain semuanya ya Sya?"
Sasya menatap Fafa lalu mengangguk. "Aku udah lupain semuanya Fa, udah ga penting." sahut Sasya membuat Loly tersenyum lebar.
"Bagus kamu Sya!"
Sedangkan disamping mereka. Teman-teman Ryan hanya terdiam, terdiam mendengar percakapan keempat perempuan itu.
Dan tak lama. Yang ditunggu-tunggu pun datang. Ryan, laki-laki dengan kemeja dan jas nya yang diletakan ditangannya itu berdiri gagah dan berkarisma dihadapan teman-temannya yang tidak menyangka dengan kehadirannya.
Ryan tersenyum lebar saat melihat teman-temannya yang sudah datang yang mengobrol disana. Ah, ternyata juga mereka membawa kekasih mereka. Sayang sekali Ryan tidak membawa kekasih, karena memang Ryan juga tidak punya kekasih sekarang.
Ryan lalu berjalan menghampiri teman-temannya. "Bro?"
Semuanya menengok ke arah Ryan. Sorakan senang terdengar sangat kencang dicafe itu. Membuat semuanya langsung menatap ke arah Ryan dan teman-temannya.
"We Ryan?! YO WASSAP BRO!" Arga memeluk Ryan erat, merasa sangat rindu kepada sahabatnya itu.
Setelah itu Arga melepaskan pelukannya dan gantian oleh teman-temannya yang juga memeluk Ryan.
"Ryan ganteng banget lo! Buset dah, berkarisma bro!" puji Haikal dengan kepala yang menggeleng.
Ryan hanya membalasnya dengan senyuman tipis kemudian mereka duduk kembali.
"Lo semua pada bawa pacar?" tanya Ryan.
"Iya dong!" sahut Jean sembari menatap ke arah Loly.
Senyuman Ryan luntur menatapi gadis dipojok sana yang menatapnya sendu. Namun, Ryan tersenyum kembali menyapa gadis itu lewat senyumannya, lama tidak bertemu.

KAMU SEDANG MEMBACA
RASYA [PROSES TERBIT]
Teen Fiction𝐒𝐄𝐐𝐔𝐄𝐋 𝐃𝐀𝐑𝐈 𝐃𝐎𝐒𝐄𝐍𝐊𝐔 𝐌𝐀𝐍𝐓𝐀𝐍𝐊𝐔 [ BUDAYAKAN FOLLOW DULU AKUN SEBELUM MEMBACA! ] ⚠️ Welcome to Toxic Relationship ⚠️ Tentang perjuangan dan penyesalan. Ryan Mahardika Putra. Laki-laki dengan kepribadian yang tidak bisa ditebak...