01.

3 0 0
                                    

Hangat sekali rasanya membayangkan sensasi berkumpul bersama keluarga besar. Mungkin hanya sekedar berbincang-bincang dan memasak dengan suara-suara yang menggema disatu ruangan.

Hal yang tidak pernah bisa dirasakan Hera. Sejak kecil ia tidak diperbolehkan untuk ikut ketika ibunya pergi untuk mengunjungi kampung halaman.

Hingga saat ini, ia nampaknya harus menentang semua perkataan. Karena sejak tahun lalu ibu tidak kunjung pulang setelah mengunjungi rumah itu.

Hera sudah tidak bisa menahan lagi, ia datang ke beberapa rumah sepupu dari ibunya. Berharap salah-satu dari mereka dapat memberi tahu tempat nenek kakeknya itu tinggal.

Namun nihil semuanya memilih untuk bungkam, enggan memberi tahu.

Perlu dijelaskan terlebih dahulu sebelumnya, Hera adalah remaja wanita berusia 17 tahun yang  dibesarkan seorang diri oleh seorang ibu yang sangat amat menyayanginya. Tanpa ia mengetahui tentang siapa dan berada dimana ayahnya. Ibu Hera mampu dan berhasil menjadi sosok ibu dan ayah diwaktu yang bersamaan.

Walaupun merasa cukup namun ia tak jauh akan bully-an. Banyak sekali orang yang mengejeknya hanya karena ia tidak punya ayah. Tidak banyak teman yang ia punya, hanya bimo dan Asti yang setia menemaninya dari bangku SMP.

skip.

Suara petir menggema disetiap ujung kamar. Memperlihatkan seorang wanita yang tengah mengambil energi dari balik tembok itu.

Hera menatap sekitar, tidak terlalu jelas wujud mereka. Namun aktivitasnya Masi bisa ia rasa.

Semua ini terjadi berulang, aktivitas memperbaiki rumah dan menyumpal setiap celah di dinding.

Hingga suatu ketika ada seseorang yang memegang erat pundak Hera dari belakang. Hera terpaku dan berusaha tidak  melirik kearah belakang.

Ada satu makhluk yang berusaha berkomunikasi dengannya. Ucapannya tidak jelas Terdengar, seperti tengah mengunyah sesuatu. Jari makhluk itu sangat panjang bahkan kukunya sukses membuat luka luka kecil di pundak Hera.

Hingga akhirnya dua kata  berhasil lolos dari mulut makhluk itu.

"Jangan mencari."

Hera terbangun dengan banjir keringat dipelipisnya, Terengah-engah menatap takut terhadap sekeliling. Mimpi itu terjadi berulang ditempat yang sama, dan lokasi mimpi itu berada di kamar ibu.

Tak lama setelah itu satu ketukan terdengar dari balik pintu kamarnya. Hera menatap jam dinding, tepat pukul 03:00.

"Masuk saja ka."

Setelah mendapat persetujuan, pintu terbuka dan memperlihatkan sosok pria yang mulai mendekat ke arah Hera.

"Jangan lupa berdoa." Ucap Dika lalu menutup kembali pintu kamar Hera.

Dika adalah anak angkat ibunya sebelum ia mempunyai Hera. Dika adalah anak yang baik dan taat dalam ilmu agama. Hanya saja ia lebih tertutup dengan Hera. tidak pernah bertanya dan mengajak Hera berbincang.

Yang selalu pria lakukan hanya memberitahu Hera untuk berdoa dan setiap pukul 03:00. Aktivitas itu Tidak pernah absen semenjak 1 tahun lalu, tepatnya setelah ibunya menghilang entah kemana.

karma rumah lamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang