Chapter 10. who is he?

86 38 25
                                    

Aku terdiam, menatap Luke dengan tanda tanya besar dikepala ku.

"Kumohon jangan membenci ku Sam" Pelukan nya semakin erat. Luke memeluk ku dengan sangat erat seperti tidak ingin aku pergi dari pelukan nya. Kemudian tiba-tiba suara pintu yang diketuk terdengar membuat Luke melepas dekapan nya.

"Apa maks-"

"Kalau begitu aku pergi dulu"

Belum sempat aku melanjutkan ucapanku, Luke segera memotong nya kemudian ia pergi meninggalkan ku dengan tanda tanya besar. Apa maksud dari perkataan Luke. Aku? Meninggalkan dunia ini?

Saat sedang sibuk berfikir seseorang diluar pintu yang seperti nya sedang mengobrol dengan Luke kembali mengetuk pintu, aku pun kemudian membuka pintu dan melihat hanya ada Sean disana, rupanya Luke sudah kembali kerumah nya. Pria ber-ras beast itu berdiri dengan telinga Beast nya yang turun. Ia sama sekali tidak menatap ku, Mata nya menatap kebawah.

'Benar-benar mirip anjing, tapi dia kan kucing? '

"Ada apa, Sean?"  Sean hanya terdiam kemudian dengan ragu-ragu matanya mulai menatap ke arah ku. Ia kemudian mulai mendorongku, menutup pintu dan mendekap diriku.

'Djavu'

"Hei! Sean! "

Bukan nya berhenti ia malah semakin mendekap ku hingga aku terjatuh dilantai. Suara nya kini terdengar seperti kucing yang mendengkur.

"Aku tidak bisa seperti ini selama perjalanan karena Riley si bodoh itu terus menganggu, jadi aku mohon Sam biarkan aku tidur disini"

Aku menghela nafas ku kasar karena lelah dan pusing akibat memikirkan hal yang Luke katakan kini malah Sean mulai dengan sifat manja nya yang tidak pernah lepas saat sedang berdua dengan ku.

"Terserah, tapi jangan bilang yang lain" Seketika wajah nya yang semerah tomat melihatku, telinga beast yang sedari tadi turun kini naik.

'Kalau saja ekor nya terlihat pasti sudah berdiri"

Akhirnya dengan terpaksa akupun menurutinya, tetapi aku harus  membersihkan diri terlebih dahulu kemudian merapihkan Bag inventory milik ku mengeluarkan barang dan makanan yang sudah tidak aku butuhkan.

Sean mengangguk, setelah membersihkan diri aku mulai merapihkan semua barang-barang ku, sedangkan Sean ia kekamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah semuanya selesai kami menuju ranjangku yang dingin akibat sudah lama tidak ditiduri. Walaupun Sean seorang pria yang sudah dewasa tapi aku tidak peduli karena umur asliku sekrang mungkin sudah 70 tahun, bagaimana mungkin aku berfikir bisa melakukan sesuatu dengan anak-anak seperti Sean.

Ditengah ranjang kami berbincang, tertawa dan menangis disaat itu juga akibat Sean yang mulai bercerita tentang masa lalu nya. Aku tahu aku sudah pernah mendengar nya tetapi beberapa hal belum pernah kudengar dan aku tidak bisa bertanya langsung padanya kecuali jika dia menceritakan dengan sendirinya seperti saat ini.

Saat kamu sudah mulai lelah, Sean mulai menidurkan wajah nya diperutku mengusapkan wajah nya yang manis diperut buncitku. Aku mengusap surai miliknya kemudian kami pun tertidur.

"Hei lihat aku menemukan ini!" Seorang anak dengan rambut silver berlari mengampiri teman-teman yang sedang berada didalam gudang. Anak itu membawa sebuah botol emas ditangan nya.

Salah satu anak menatap botol tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Hei! Kau mengambil itu dari mana!? Cepat kembalikan nanti ibu pengasuh tahu!"

"Tidak mau! Orang itu bilang minuman ini akan membuat kita bahagia!" Anak dengan rambut silver itu memeluk botol emas tersebut dengan erat.

"Riley kalau ibu pengasuh tahu bagaimana, aku tidak ingin ikut dihukum!"

"Ibu pengasuh sedang menidurkan si kecil jadi dia tidak tahu, Elly!"

"Terserah, jika ketahuan aku tidak ikut-ikutan" Gadis bernama Elly tersebut hanya menghela nafas nya kasar kemudian kembali duduk dengan memangku pipinya yang gembul sembari memperhatikan pemuda yang membawa botol minuman dengan raut wajah yang kesal.

"Kalau kau tidak mau biar aku saja, dengan meminum ini aku akan bahagia selalu" Pemuda bernama Riley kemudian mengambil gelas dari gudang, membuka penutup botol dan menuangkan air kedalam gelas, menampakan air emas yang sangat berkilau.

Semua anak yang ada digudang tersebut menatap takjub cairan emas itu, bagaimana bisa air berkilau layak nya emas.

"Hei Riley, kau serius ingin meminum itu? Kau kan tidak tahu itu apa" Seorang anak dengan kacamata bertengger dihidung nya mencoba menghentikan anak bernama Riley.

"T-tapi orang itu bilang kita akan bahagia jika meminum ini"

"Kau bodoh?"

"Aku tidak peduli aku akan meminum ini! " Riley kemudian mengangkat gelas berisi cairan emas tersebut dan ingin menenggak nya. Namun, saat gelas tersebut sudah menyentuh bibirnya seseorang merebut gelas itu dan meminumnya dalam sekali tegukan. Kemudian seketika anak tersebut terjatuh.

"Sam!" Semua anak berteriak, gadis bernama Samantha terjatuh tak sadarkan diri. Saat semua ingin menghampiri sang gadis tiba-tiba gadis bernama Sam membuka kelopak matanya.

Semua anak yang berada disana sedikit lega, termasuk Riley si pembawa minuman ia berfikir Sam terluka.

Namun rasa lega mereka sirna saat sang gadis bangkit dan mulai bersikap aneh. Samantha berjalan menghampiri serpihan gelas yang terjatuh mengambil nya kemudian menggoreskan serpihan kaca itu pada lengan miliknya.

Dengan cepat semua yang berada disana mencoba menyergap sang gadis agar tidak melakukan hal itu, tapi terlambat saat ingin mendekat mereka dihadang oleh sesuatu yang tak kasat mata hingga mereka tidak dapat menghampiri sang gadis sampai tangan Sam mulai mengeluarkan cairan kental kemerahan.

Mereka berteriak berharap orang dewasa mendengar teriakan mereka. Namun, seperti terhalang oleh sihir tidak ada yang mendengar suara teriakan mereka yang nyaring.

Sam kemudian mulai melumuri jari kecil nya dengan darah dan mulai menggambar sesuatu. Jarinya dengan lihai melukis diatas lantai yang berupa papan kayu dengan diiringi suara teriakan anak-anak. Ia melukis sebuah lingkaran sihir yang amat besar hingga dalam sekejap sebuah cahaya mulai bersinar dari lingkaran sihir tersebut.

'Itu!? ' aku terbangun disaat cahaya itu muncul membuat aku tersadar dari tidurku. Aku bingung mimpi apa yang barusan ku alami. Ku ambil gelas diatas nakas kemudian meminumnya untuk menjernihkan fikiran ku yang baru terbangun.

Aku memijat kening ku yang terasa pening, sepertinya mimpi yang ku alami adalah ingatan dari Samantha. Ingatan sebelum jiwa gadis itu pergi. Dengan samar aku melihatnya walau sekilas aku tahu disaat cahaya itu muncul ada seorang pria disana, wajah nya tidak asing. Aku seperti mengenal nya, bahkan seperti.. Merindukan nya, tapi siapa? Siapa dia?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Not A Romance FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang