1. ANAK SULUNG

477 72 152
                                    

Sakina memandang tas travel yang terbuka di atas tempat tidurnya. Kemudian beralih pada tumpukan pakaian di sebelah benda tersebut. Dia sedang memikirkan cara agar semua pakaian yang dia butuhkan muat di dalamnya.

"Mbak Kina," panggil seseorang dari ambang pintu kamar tempat Sakina berada.

Perempuan yang hari itu menggelung rambut lurus panjangnya tersebut menoleh. "Eh, Nia. Masuk," titahnya pada gadis 19 tahun berpenampilan kasual yang baru saja memanggilnya.

Gadis bernama Nia tersebut melangkah ke kamar Sakina, lalu mengenyakkan diri di atas kasur kapuk yang rajin dijemur kakaknya seraya mengambil boneka penyu dari atas tumpukan bantal.

"Lisa mana?" tanya Sakina seraya mengambil tumpukan pakaian dan memasukkannya ke dalam tas.

"Masih beli rujak," jawab Nia sambil memeluk boneka penyu.

Sakina mengangkat pandang pada wajah bulat adiknya. "Rujak yang Mbak pesan dari jam sepuluh tadi?" tanyanya yang dijawab Nia dengan anggukan. "Ini sudah jam sebelas, lho. Emang dia beli rujak ke mana? Honolulu?"

"Tadi Lisa kirim WA. Katanya antre panjang, Mbak. Ya 'kan Mbak Kina tahu, warung rujak Mbok Tin itu paling enak se-Ngadiluwih," jawab Nia menyebut nama penjual rujak langganan mereka.

"Kita tinggalnya di Ngreco. Bukan Ngadiluwih," koreksi Sakina.

"Tapi masuk Kecamatan Ngadiluwih, tho?"

"Embuh wis. Sak karepmu¹. Baru saja Sakina menutup mulut, terdengar bunyi sepeda motor bebek berhenti di teras rumah mereka. "Nah. Itu Si Lisa," ujar Nia.

"Assalamu'alaikum!" seru sebuah suara melengking dari bagian depan rumah. Sakina dan Nia kompak berseru menjawab salam tersebut. Tak lama kemudian, muncul sesosok gadis berambut sebahu dengan postur dan wajah yang mirip dengan Nia.

"Lama banget beli rujaknya," protes Sakina saat Lisa menyerahkan kantong keresek berwarna hitam kepada kakaknya.

"Antre, Mbak. Ini untung-untungan masih dapet," jawab Lisa. "Perasaan aku udah ngomong Nia, deh." Lisa menoleh pada Nia yang masih bersila di atas tempat tidur Sakina.

"Aku baru bilang Mbak Kina," ujar Nia sebelum memamerkan geliginya. Lisa seketika mencebik kesal.

"Habis berapa?" tanya Sakina pada Lisa.

"Selawe². Tadi 'kan uang Mbak lima puluh, ya. Bentar aku ambil kembaliannya," jawab Lisa seraya merogoh saku hoodie warna abu-abu yang dia kenakan.

"Udah, nggak usah," cegah Sakina. "Bagi dua sama Nia aja buat jajan pentol."

"Nggak apa-apa, Mbak?" tanya Lisa yang segera diangguki oleh Sakina. Adiknya yang bertubuh tinggi tersebut langsung bersorak sambil mengucapkan terima kasih.

"Makan, yuk. Ajak Ibu juga. Mbak beli buat semua," ajak Sakina. Kedua adiknya langsung setuju dan mengikuti Sakina keluar kamar.

Nia memanggil ibunya yang sedang membersihkan warung makan kecilnya di teras rumah mereka. Bersama-sama, mereka berkumpul di ruang tengah dengan bungkus kertas minyak terbuka di atas piring masing-masing. Sambil menonton acara televisi siang hari, mereka menyantap rujak hasil traktiran Sakina.

Namun, jangan bayangkan acara santap siang yang penuh ketenangan. Karena Sakina beberapa kali harus menegur kedua adik kembar tak identiknya yang berebut toples kerupuk.

"Nduk,³" panggil Bu Salamah, ibu Sakina.

"Dalem, Bu,⁴" jawab Sakina tanpa menghentikan kegiatan makannya.

"Jadinya nanti jam berapa ke stasiun?"

"Insyaallah sore. Jam empat, mungkin."

Bu Salamah menurunkan piring makannya sebelum kembali berbicara kepada putri sulungnya, "Kamu yakin mau ambil pekerjaan itu?"

KULACINO [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang