roller-coaster

1.1K 135 7
                                    

"Lo mau kemana?"

"Hah? Napa nanya gue? Lo yang ngajak." Balas Mark berteriak. Takut suaranya tak terdengar karena terbawa angin. Sebab mereka kini sedang berkendara dengan motor.

"Gak, gue cuman mau denger pendapat lo." Balas Jeno, tak kalah berteriak.

"Pengalihan kan lo? Pasti belum mikirin mau kemana."

Jeno mengangguk mengiyakan.

"Gue mah kemana aja boleh, asal bareng lo."

Mark mengerutkan kening nya, menatap Jeno sinis. "Dasar bocah gila."

Kini motor Jeno berhenti tepat di depan taman bermain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini motor Jeno berhenti tepat di depan taman bermain. Ia memarkirkan motornya, tak lupa turun dan melepas helmnya. Setelah berdebat cukup lama, dengan motor Jeno yang berjalan tak tentu arah, akhirnya mereka berhenti di sini.

Sebenarnya Mark tipe yang malas melakukan kegiatan ketika sedang akhir pekan. Tapi karena kali ini Jeno memaksa, ia hanya ikut-ikutan.

Mark melihat sekelilingnya. Ini bukan pertama kali ia ke tempat ini, tapi semuanya masih terasa asing. Seingatnya, terakhir ia kemari itu saat ia masih kelas 5 SD.

"Heh! Lo napa bengong?"

Jeno mendekati Mark, lalu melepaskan pengait pada helm Mark, dan menggantungkan helm itu pada motornya. Dengan telaten ia merapikan rambut Mark yang berantakan, tanpa penolakan dari sang empu.

"Tumben kalem."

"Gue bacot salah, gue diem salah." Ucap Mark yang akhirnya buka suara.

"Engga, lo selalu bener kok. Ayo masuk!" Ucap Jeno. Lalu tanpa babibu langsung menggandeng tangan Mark.

 Lalu tanpa babibu langsung menggandeng tangan Mark

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo mau naik apa?"

"Gue ngikut aja."

"Yang bener lo? Nanti gue ajak naik roller-coaster ntar lo takut."

"Lo kali yang takut." Sungut Mark tak terima.

"Yaudah, kalau gitu kita naik roller-coaster. Kita liat siapa yang takut di sini."

Mark menelan liurnya sendiri dengan susah payah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark menelan liurnya sendiri dengan susah payah. Harusnya harga dirinya lebih di rendahin sedikit agar tidak merasakan naik wahana itu untuk kedua kalinya.

Terakhir ia naik roller-coaster dulu dengan kakaknya. Yang ia ingat, setelah ia menaikinya, ia sempat bengong dengan wajah bodohnya. Bundanya pun masih menyimpan fotonya di album foto.

"Kenapa? Takut?" Tanya Jeno.

Sudah terlanjur di sini. Sepertinya Mark tidak akan menurunkan ego nya.

"Ngapain takut, ini mah kecil doang."

Ucapan nya bersanding terbalik dengan wajahnya yang tampak tegang. Jeno yang sadar, tertawa kecil.

Tangan Mark mengepal erat, agar tidak terlalu kentara bahwa tangannya sedang bergetar hebat.

Keduanya sudah memakai sabuk pengamannya dengan aman. Semua bentuk keamanan, sudah terpasang di tubuh mereka dengan sempurna. Dalam hitungan detik, roller-coaster yang mereka tumpangi berjalan dengan cepat.

Angin menerpa tubuh keduanya dan juga penumpang lain. Jeno melirik pada Mark, tampak pria manis itu memejamkan matanya erat.

Satu tangan Jeno bergerak meraih tangan Mark. Menautkan jari-jari mereka. Entah darimana, sepertinya aliran listrik menyetrum tubuhnya. Perasaan asing yang Mark rasakan membuat bulu kuduknya merinding.

Matanya yang tertutup rapat, perlahan terbuka. Dengan perlahan menoleh ke arah Jeno yang kini tengah asik dengan dunianya sendiri. Pria itu terlihat tampan di mata Mark.

Sepertinya bukan hanya tubuh Mark yang menaiki roller-coaster, tapi hatinya juga.

Sepertinya bukan hanya tubuh Mark yang menaiki roller-coaster, tapi hatinya juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- 01072022

Gay | Nomark (discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang