Part 5 (End)

2K 43 0
                                    

*********

Thingking about all our younger
year..
There is only you and me..
We were young and wild and free..
Now nothing can take you away from
me..
We've been down that road before.. But that
over now..
You keep me cooming back from more..

********** Dengan pelan, chelsea memutar
knop
pintu ruangan besar berwarna coklat tua.
Dengan pelan pula ia memasuki ruangan
itu dan berjalan mendekati sesorang yang
tengah tertidur bersender di kursi
kebesaran Pradipta Corp. Ia makin memelankan
langkahnya, berusaha tidak
membuat suara gesekan lantai dan high
heelnya mengganggu seseorang yang
tengah tertidur disana. Bagas. Ia mendekat.
Memperpendek jarak antara
ia dan pemuda pemilik hatinya itu. Mereka
berdua telah berhasil melewati
semua semuanya. Perjuangan 3 tahun tak
bertatap muka sama sekali. Mereka di
tenggelamkan kesibukan masing - masing.
Chelsea dengan program study
kedokteranya, dan bagas dengan kuliah dan
penerusan bisnis sang papa. Mereka melewati
hari - hari itu dengan
sangat berat. Sangat tersiksa. Begitu
banyaknya rindu yang mereka tampung
sampai mereka tak tahu, harus dialirkan
kemana. Tapi sejak setahun lalu.. Mereka
bertemu, tepat di bandara, tepat 3 tahun hari
dimana chelsea pergi. Saat itu, seakan
tak melihat orang lain di sekitarnya.
Mereka berpelukan. Sangat erat. Seperti
tak mau terpisah untuk yang kedua
kalinya. Chelsea mengangkat tanganya,
kemudian
menenggelamkan dalam helaian rambut
bagas yang berantakan tetapi halus.
Mengusap - usap pelan rambut itu. Bagas
menggerang kecil dalam tidurnya,
menikmati setiap sentuhan chelsea yang
sangat ia suka. Chelsea memilih untuk
mentudahi acara
elus - elusan itu. Kalau diteruskan, bagas
tak mau berhenti. Pemuda itu menjadi
sangat manja pedanya. "Kenapa berhenti
sih..?" bagas memprotes
sambil membuka matanya pelan. Chelsea
mendecak, kemudian.. "Tukk.." dia
mengetukkan jari telunjuknya keras ke
dahi bagas membuat pemuda itu berdecak
kesal. "Kamu jangan tidur terus dong..
Pekerjaan
kamu banyak bagas.." celoteh chelsea dan
bagas hanya mengangguk - angguk saja.
Chelsea mengangkat kotak makan biru
yang ia bawa. Chelsea memang biasa
membawakan makanan ke kantor bagas
saat jam makan siang seperti saat ini. Bagas
menegakkan tubuhnya saat melihat
chelsea mulai membuka kotak makan yang
dia bawa untuknya. Aroma harum
menguar dari sana. Chelsea memang
pandai memasak. Dalam kotak itu, tertata
makanan
kesukaan bagas. Daging asap yang di gulai
dan berkuah sangat kental, dengan nasi
goreng udang yang harum. Bagas
langsung melahap makanan itu. Chelsea
tersenyum melihat bagas yang
tengah lahap memakan makanan nya. Ia
menjauh dari meja bagas. Menuju jendela
besar ruangan bagas yang loss. Ia
langsung bisa melihat halaman kantor
bagian bawah. Maklum, ruangan bagas terletak
di lantai 16. *tinggiamat* Disela acara makan
siangnya. Diam - diam
bagas melirik chelsea yang berdiri tak jauh
darinya. Dia tak bisa berhenti kagum pada
gadis itu. Dia sempat putus asa dulu. Rasa
rindu yang ia tahan hanya untuk chelsea
hampir mambuatnya gila. Sekarang, ia tak
akan melepaskan gadis itu walau hanya
sejengkal darinya. "Chelsea..?" panggil bagas.
Chelsea
menoleh. "Kamu ngapain disitu..?" tanya bagas
lagi.
Chelsea hanya menjawab dengan
senyuman kecil. "Ada apa emang..? Kamu kan
lagi makan.." "Kesini dong, duduk di depan
aku.." bagas
melirik kursi di depanya. Suara bagas yang
terdengar manja ditelinga chelsea
membuat chelsea tertawa. Tapi kemudian ia
berjalan mendekat ke
maja bagas dan duduk di kursi depan kursi
bagas. "Kamu aneh tau nggak, biasanya orang
itu
kalo lagi makan nggak mau diliatin orang
lain tau.." Bagas menelan makanan yang baru
saja ia
kunyah. "Kalo yang ngeliatin kamu, aku
malah seneng kok..." jawab bagas
tersenyum kecil, dan kemudian menahan
tawa saat pipi chelsea berubah menjadi
merah. "Gimana kerja kamu di rumah sakit om
ku,? Apa ada dokter yang genitin kamu..?"
suara bagas berubah menjadi menyelidik
di akhir kalimat. Chelsea memutar bola
matanya jengah.
Sejak ia pulang dari inggris, ia langsung
bekerja di perusahaan elit milik om bagas.
Dan hampir setiap hari, bagas
menanyakan pertanyaan itu. "Bagas, bagas..
Kamu terlalu over, aku
pasti deket lah sama semua dokter di
rumah sakit.." jawab chelsea malas. Bagas
memberhentikan acara makanya.
Mengusap bibirnya dengan tissu.
Kemudian bangun dan berjalan memutar
tubuhnya dan berdiri di belakang kursi
yang chelsea duduki. Chelsea menahan
nafasnya saat aroma
maskulin tubuh bagas melingkup di
dekatnya. Bagas menundukkan kepalanya,
meraih
helaian rambut hitam kecoklatan milik
chelsea. Menempelkan rambut itu tepat di
hidungnya. Menghirup kuat aroma buah
yang menguar dari sana. Tubuh chelsea
mematung seketika. Bagas
benar - benar pintar membuatnya mati
kutu. Apa saja yang dilakukan bagas selalu
terasa baru bagi chelsea. "Kamu nggak tau kan
betapa lembut dan
harumnya ini..?" bagas meraih lebih
banyak rambut chelsea. Membuat
sebagian rambut yang menutupi leher
bagian kiri terbuka. "Aku nggak mau ada orang
lain yang
menyentuh dan mencium satu helaipin
rambut kamu chels.." bulu roma lengan
chelsea berdiri. Bagas yang melihat itu
langsung menghentikan 'seranganya'. Dan
kemudian kembali duduk ke kursinya. Chelsea
menatap bagas kesal kemudian
merapikan bajunya. "Dasar genit.." umpat
chelsea sedangkan bagas hanya tertawa
kemudian melanjutkan acara makan
siangnya. Chelsea menghela nafas sambil
berusaha
menetralkan detak jantung nya yang tadi
mendadak tak beraturan karna ulah
bagas. Tapi kemudian ia teringat, selain
membawakan bagas makan siang seperti
biasa, chelsea juga ada maksud lain. Ia
mendapat tawaran Program
Pengabdian daerah batas. Dia akan
mengabdikan dirinya menjadi dokter di
suatu wilayah di daerah papua selama 3
tahun. Ia menerima penawaran itu. Tadi malam,
ia sudah membicarakan
keputusannya ini pada keluarganya dan
keluarga bagas. Mereka sebenarnya
mereka menolak, tetapi tak ada yang bisa
menghalangi niat chelsea. Sebenarnya hanya
satu yang bisa
menahan chelsea. Yaitu jika bagas serius
padanya, menikahinya mungkin. Iya..
Chelsea mengakui bahwa ia munafik. Tapi
bagas pernah berkata bahwa ia ingin
menikah di usia 26 tahun. Dan sekarang usia
mereka baru 23 tahun. Berarti masin
ada waktu 3 tahun chelsea tak ada
kesibukan lain selain bekerja. Chelsea menghela
nafas. Ia harus berani.
"Gas.." "Hm.." "Aku mau izin dinas.."
"Dimana..?" tanya bagas di sela makanya. "Di
papua.." "Selama..?" "Ti.. Tiga tahun.."
"Brakkk.." bagas membanting cendoknya
ke meja. Ia menatap chelsea dengan
pandangan yang tidak bisa diartikan. "Apa..?
Coba ulangi..?" "Gas.. Ak.." "Kamu mau mainin
perasaan aku, hah..!?"
mata bagas menggelap, menahan emosi.
Apa yang dikatakan gadisnya ini..? "Gas..,
cuma 3 tahun gas.." "3 tahunn..? Kamu nggak
puas nyiksa aku
selama 3 tahun kamu kuliah di inggris..?
Kamu bener - bener mau bikin aku gila..?
Chels.." dengan frustasi bagas meremas
rambutnya. "Apa yang harus aku lakuin agar
kamu
mau stay..?" bagas bangun dan menatap
kosong ke arah luar jendela. Chelsea
mendekati bagas dan berdiri tepat di
samping bagas. "Cukup kamu serius sama
hubungan kita gas.." Bagas menaikan alisnya
heran, bukanya ia
serius pada gadis ini. "Bukanya aku serius
sama kamu..?" "Tapi kamu bilang kamu mau
nikah di usia
26 tahun..? Ups.." chelsea menutup
mulutnya. Ia merutuki dirinya dengan
ucapan cerobohnya. Bagas sebentar lagi
pasti akan menggodanya. Bagas tersenyum kecil
melirik gadis di
samping nya kini. Ia mengaku, setelah chelsea
pulang dari
Inggris, ia sangat possesive terhadap
gadis ini. Selain rasa cinta yang rasanya
semakin gencar menghajarnya, juga fisik
chelsea yang makin cantik. Dia tidak munafik,
dia juga sangat lelaki
normal yang senang jika mempunyai
kekasih dengan wajah yang menawan. Dan ia
juga sadar, sekarang sidah jaman
maju, dimana lelaki brengsek dan lelaki
bertanggung jawab tak bisa di bedakan. Ia
takut, seseorang yang brengsek akan
merebut chelsea darinya. Dan masalah tadi,
chelsea meminta izin
padanya untuk dinas di papua selama tiga
tahun..? Sungguh, satu haripun bagas tak
akan mengizinkanya. Di papua..? Dengan
wilayah tanpa sinyal dan listrik..?
Bagaimana ia berkomunikasi dengan chelsea jika
ia rindu..? Dan 3 tahun..?
Bagas sudah nyaris memasukkan dirinya
sendiri ke RSJ saat chelsea
meninggalkannya kuliah kemarin. Sekarang
gadis itu mau meninggalkanya. .? Ia pasti akan
berujung dengan bunuh diri karena itu. Gadis
itu hanya bisa di tahan dengan
hubungan yang serius. Ah.. Iya, cindai
satu minggu lagi menikah dengan
pacarnya. Nah, pasti karna itu chelsea
'ngebet nikah'. Ngomong - ngomonh soal
hubungannya
dengan cindai, mereka menjadi sahabat
kini. Sama seperti cindai dengan chelsea.
Mereka juga dekat. Dia memang pernah berkata
dulu bahwa
ia ingin menikah di usia 26 tahun. Tapi
sepertinya ia terlalu takut jika chelsea ia
gantung terlalu lama. Perasaan wanita
sangat mudah tergoyah kan..? Bagas menarik
pinggang chelsea yang
berdiri di sampingnya. Membuat gadis itu
kini ada dalam rangkuman lengan
kokohnya. Dan ia pastikan untuk
selamanya takkan terlepas. "Sini liat.." chelsea
mengikuti arah yang
bagas tunjuk. Di luar kaca jendela sana,
sebuah balon berukuran besar terbang
naik secara pelan. Hingga sepenuhnya
naik tepat di hadapan chelsea. Chelsea menutup
mulutnya kagum saat ia
bisa melihat balon udara itu secara utuh.
Bagian keranjang nya bertuliskan 'WOULD',
sedangkan ada beberapa orang yang
berada di dalam keranjang mengangkat
kertas karton hingga membentuk tulisan 'YOU'
dan balon diatasnya yang besar dan
berwarna biru bertuliskan 'MARRY ME ?'.
Chelsea masih menutup mulutnya kagum.
Air mata hampir lolos dari pusaran
matanya. "Would you marry me..?" bagas
berbisik
tepat di telinga chelsea membuat gadis itu
terjengit. Ia menatap mata bagas penuh
kebahagiaan. Sedangkan bagas balas
menatapnya hangat. "Would you marry with me
Chelsea
Mikeila..?" ulang bagas karna chelsea tak
meresponnya tadi. Chelsea ternyum bahagia.
Air mata yang ia
tahan tadi akhirnya jatuh membelah
pipinya. "I would Bagas Pradipta." chelsea
menjawab lamaran bagas tadi membuat
sorak sorai terdengar dari luar jendela. Senyum
kebahagiaan merekah di wajah
tampan bagas. Dengan segara, ia
merengkuh tubuh mungil di hadapanya
ini. Bagas memeluk dan mengangkat
tubuh chelsea. Membuat chelsea harus dan
dengan senag hati melingakarkan tanganya di
leher bagas karna kakinya tak
menyentuh lantai. "Wuaaaa...!!!?"
"Selamatttt...! !!" Suara - suara itu membuat
bagas
melepaskan pelukan bahagianya. Ia
menatap keluar, di dalam keranjang balon
udara tadi, ada mama, mama chelsea,
papa, papa chelsea, troy,, dan ya
ampun..!!! Cindai juga di sana. "Kamu nggak
tidur gara - gara nyiapin
ini..?" tebak chelsea di tengah hiruk
piruknya suasana di antara mereka. Bagas
menoleh. "Iya.. Mama bilang sama
aku tentang rencana kamu itu, kamu
tahu..? Tengah malam aku nyiapin ini agar
kamu batalin keputusan kamu. Dan
sekarang terbukti kan..?" bagas
tersenyum menggoda. Chelsea tersenyum.
"Makasihh.." chelsea
menarik tali kunci penutup tirai kaca saat
bagas mendekatkan wajah bagas ke
wajahnya. Tirai sempurna menutup, apa
yang sedang dilakukan dua orang yang
tenah di mabuk cinta. Bukan hanya bibir
sekarang yang bertemu, tapi juga hati.
Dan samapai kapanpun tak akan
terpisahkan lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heart BreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang