Part 3

1.8K 40 0
                                    

*********

Diluar mobil,
hujan semakin deras. Chelsea
makin meringkuk di tempat duduknya. Ia
kemudian menyandarkan kepala di jok
mobil, menutup matanya perlahan. Sambil
menunggu, mungkin lebih baik ia tidur.

***********

"Brakkkkkk...!! !!" Bantingan pintu
mobil yang amat keras
membuat chelsea terpelonjak dari
tidurnya. Ia menoleh dan bagas sudah ada
disampingnya. Badan dan baju pemuda itu
basah kuyup. Kulitnya pucat nyaris mirip
vampire. Bibirnya hampir berwarna ungu.
Chelsea menatap bagas khawatir. "Bagas
loe.."
"Diam, gue lagi nggak mau bicara.."
bagas
berubah menjadi bagas yang biasanya
lagi. Dingin dan tertutup pada chelsea. Chelsea
menghela nafas berat. Sesuatu
yang buruk pasti terjadi pada bagas.
Chelsea hanya bisa pasrah. Dan berharap
semua akan baik - baik saja.

************

Bagas langsung meninggalkan chelsea
setelah sampai garasi. Chelsea juga tidak
ada niatan bertanya. Lebih baik diam
sekarang. Ia kemudian membawa boneka
stich bersarnya ke kamar. Boneka yang
mulai hari ini akan menjadi sahabatnya.

**********

Tengah malam buta chelsea keluar
dari
kamarnya. Perasaanya tak enak. Ia
berjalan ke kamar bagas. Tak peduli angin
malam membelai kulitnya yang hanya
tertutup baju tidur tipis. Suara gemeretuk dan
desahan aneh
terdengar dari kamar bagas dan makin
membuatnya khawatir. Chelsea memberanikan
diri memasuki
kamar bagas yang tak di kunci. Dia menutup
pintu pelan - pelan.
Mendekati gundukan selimut di tengah
ranjang. Gundukan itu agak terlihat
bergetar. Bagas tertidur pulas tapi tidak
terlihat
tenang. Tiba - tiba saja chelsea ingin
menyentuh pemuda itu. Tanganya
terangkat membelai rambut hitam bagas
dan turun ke wajah. Wajahnya memucat saat
tanganya sampai
di dahi bagas. Dahi itu sangat panas.
Badanya bergetar. Berarti bagas demam.
Ia ingat saat tadi bagas kembali dg badan
basah kuyup, pasti karna itu. Chelsea
melangkahkan kakinya keluar
kamar dan mengambil kompresan di
dapur. Ia kemudian kembali ke kamar
bagas. Dengan telaten chelsea merawat bagas.
Berulang ulang mengompres dahi bagas
hingga panasnya perlahan turun. Merasa bagas
sudah agak tenang dan tak
terlalu panas lagi. Chelsea mendudukan
diri di lantai dekat ranjang bagas. Menatap
pemuda yang sepenuhnya memiliki hati
chelsea. Matanya menerawang. Tak bisakah
bagas
melihat perhatiannya sekarang ?. Melihat
dan menyadari betapa chelsea sangat
peduli padanya. Sedikit saja bagas
menoleh padanya. Memikirkan semua itu
membuat chelsea
lelah. Ia perlahan menutup matanya. Dan
tertidur dengan tangan yang
menggenggam tangan bagas erat.

*********

Jam 02:13. Bagas bangun dari
tidurnya.
Saat ia bangun, sesuatu jatuh di
pangkuanya. Ia mengambilnya. "Kain
kompresan..?" tanya bagas heran.
Dia ingat, saat ingin tidur, ia sudah
terserang demam karna hujan - hujanan
mengejar cindai. Bagas mengernyit
bingung. Siapa yang merawatnya. Pergerakan
kecil di samping nya membuat
bagas menoleh. Chelsea disana. Gadis itu
meringkuk dan bersandar di ranjang.
Rambut panjangnya yang kecoklatan
tergerai indah. Bagas tersenyum hangat. Gadis
ini pasti
yang merawatnya. Tanganya menyentuh
pipi chelsea yang lembut. Chelsea
mengerang kecil seolah tidak mau tangan
itu lepas dari pipinya. Bagas terkekeh
menyadari betapa lucunya
gadis itu saat merajuk. Tiba -tiba saja ia
dilema. Ia mulai merasa nyaman dengan
gadis ini. Gadis ini selalu mengertinya, ada
disampingnya. Andai saja tidak ada cindai
dalam hidup bagas. Mungkin kini chelsea sudah
menjadi perempuan nomor satu
bagi bagas. Tapi bagas tak bisa melupakan
cindai, gadis itu yang membuat bagas
mengenal indahnya cinta. Semua
kenangan antara ia dan cindai seakan
memenuhi otak dan hatinya. Dan hubungan
mereka kini di ambang
kehancuran. Entah setan dari mana yang
merasuki
bagas, ia menunduk. Mendekatkan
wajahnya ke wajah chelsea. Menecup bibir
mungil chelsea singkat. Ia mengangkat
kepalanya. Dan tertawa
kecil. Merasa sekarang ia mulai gila.
Melakukan hal - hal yang tidak sesuai
dengan otaknya. Termasuk mencium
chelsea barusan. "Kruuuukkk..." "Krukkkk..."
Suara aneh itu terdengar dari dalam perut
bagas. Ia baru ingat, seharian ia belum
makan nasi sebulirpun. Ia mengutuk perutnya
sendiri. Ia tidak
akan bisa tidur lagi jika perutnya belum di
isi. Tengah malam seperti ini, siapa yang
mau membuatnkanya makanan. Satu -
satunya orang yg dekat dgna kini ya
chelsea. Bagas menimang - nimang. Bangunkan
atau tidak. Ia kasihan jika harus
membangunkan gadis ini secara paksa.
Pasti chelsea baru saja tidur karna tadi
harus merawatnya. Tapi mau bagaimana lagi.
Bagas kelaparan
sekarang. Pelan - palan bagas menggoncang
lengan
chelsea. Gadis itu bangun dan mengucek
matanya pelan. Kemudian terbelalak saat
menyadari di mana dia sekarang. Chelsea
makin terkejut saat bagas menatapnya. Ia
menyilangkan tangan di depan dada sebagai
tameng jika saat - saat bagas
berbuat macam - macam. "Kenapa gue ada di
sini..?" tanya chelsea
takut. ********** "Kenapa gue bisa ada di
sini..?" tanya
chelsea takut. Membuat bagas tersenyum
jail. "Loe lupa..?" sebelah alis bagas terangkat.
Mata chelsea membulat. Mendadak
mukanya berubah pucat."Gas..." Bagas hampir
saja tertawa ngakak. Tapi
dia menahanya. Alih - alih hiburan di
malam hari. "Hahahaha.." akhirnya, tawa
bagas tak
tertahankan juga."Kita nggak ngapa -
ngapain chelsea.. Kan gue tadi tidur,"
bagas menjelaskan, dan membuat chelsea
menghela nafas lega. Jail sekali orang ini. "Tapi
tunggu.." "Gue kan tidur, dan loe yang
ngompres
gue. Jangan - jangan loe lagi yang ngapa -
nhgapain gue.." tanya bagas menyelidik.
Muka chelsea memerah mendengar
pertanyaan bagas. Dia cuma megang -
megangrambut dan dahi bagas kan tadi.
"Ng..nggak kok," jawab chelsea gugup. "Hm..?"
bagas kembali menyelidiknya.
Membuat chelsea makin terpojok. "Sumpahhh.."
"Alah.. Gu.." "Krikkk.. Krikkk.." suara sialan itu
kembali
muncul, dan sekarang di waktu yang tidak
tepat. Dia menahan malu dengan muka
yang merah. Aduhh.. Tengsin, Chelsea tertawa
kecil mendengar teriakan
perut bagas."Jangan ngeledekin gue kalo
perut buncit loe aja minta di ledek.." "Gue ke
dapur dulu, dari pada loe mati
kelaparan nanti.." kata chelsea kemudian
melenggang keluar dari kamar bagas.
Sepeninggal chelsea, bagas baru
menyadari, bahwa tadi suasana antara ia
dan chelsea sangat hangat. Tidak ada
tatapan dan hinaan yang biasa ia
lontarkan pada chelsea. Bahkan, ia sempat
menggoda chelsea tadi. Sekarang kebingungan
bukan hanya
melanda otak bagas, tapi perasaan bagas
juga. Ia masih menyimpan cindai di
hatinya, tapi kenapa ia bisa sebahagia itu
dengan chelsea. Perasaanya bisa sehangat
itu saat ia bersama chelsea. Entahlah.. Merasa
bosan di kamar sendiri, bagas
melilitkan selimut ke tubuhnya agar tidak
kedinginan kemudian ia turun, dan
meyusul chelsea ke dapur. ********** Kulkas di
dapur bagas chelsea tutup dg
wajah berbinar. Bukan karna isi kulkas
yang membuat chelsea tertawa, tapi
perlakuan bagas tadi padanya. Ia sungguh
bahagia saat bagas menggodanya,
tertawa karnanya. Pemuda itu seakan berubah
100% dari bagas biasanya. Ia memegangi pipinya
yang merah karna
terus tersenyum dan dadanya yang
berdetak cepat. "Kayaknya gue harus jaga hati
gue kalo
nggak mau kena liver karna deket - deket
bagas.." chelsea bergumam sendiri. Dengan hati
riang dan berbunga, chelsea
mulai mengolah bahan makanan yang
telah ia amabil dari kulkas tadi. Siap membuat
makanan untuk sang
pangeran tercinta..... ************* Rumah
gelap dan sepi. Pantas, masih
tengah malam. Bagas menruni tangga dan
langsung berjalan ke arah dapur. Ia
kemudian memilih untuk dudud di kursi
meja makan dan bisa melihat langsung
bagaimana chelsea memasak. Gadis itu tampak
sangat cute dengan
balutan baju tidur putih dan apron biru
muda. Rambutnya di ikat tinggi membuat
leher jenjengnya begitu terekspos. Sedikit
rambut yang tak masuk ikatan,
membingkai wajahnya. *********Dari tempat
duduknya, bagas
tersenyum hangat menatap punggung
chelsea. Tak beberapa lama, gadis itu berjalan
menghampirinya. Menyerahkan smangkuk bubur
ayam dengan bau yang
menggiurkan, serta segelas susu coklat
yang hangat. Bagas mulai memakanya. Bubur
ayam itu
tampak sangat nikmat membelai lidah dan
mulut bagas, padahal masih panas. Tapi
sepertinya, ia tak peduli. Chelsea tersenyum
melihat betapa
lucunya bagas sekarang. Mirip sekali
dengan anan kecil yang sedang memakan
makanan kesukaanya. Merasakan bahwa sudah
tak ada lagi
suasana tegang diantara mereka seperti
kemarin. Chelsea tiba - tiba saja ingin tai
bagaimana hubungan bagas dan cindai.
Semoga bagas tidak marah. "Gas.." "Hm.."
"Gimana loe dan cindai..?" tanya chelsea
takut penuh antisipasi. Dan benar dugaan
chelsea, bagas merubah
air mukanya. Ia pun juga berhenti
memakan bubur yang chelsea buat.
Chelsea menggigit bibirnya takut. ********
Bgasa terkejut bukan main saat chelsea
mengangkat topik hububngan antara ia
dan cindai ke permukaan. Emosi hampir aja
menyelimuti perasaan bagas. Tapi ia
berusaha mengendalikanya , ia kemudian
menghela nafas berusaha
meluapkan emosinya. "Gue nggak bisa bujuk
dia,, dia minta
break," jawab bagas lemah dan berusaha
melunakkan wajahnya yang tadi tegang.
Chelsea tersenyum getir, ia harus
mengorbankan perasaanya kini. Ia
berusaha menjadi pendengar yang baik
bagi bagas walau hatinya sakit. "Loe cinta
banget ya sama cindai..?" Pandangan bagas
menerawang jauh.
"Banget.. Dia yang pertama kali bikin gue
percaya sama cinta.." Sudah cukup..! Chelsea
harus mengambil keputusan ini. Ia
harus berani. Keputusanya.. Melepaskan
bagas. Ia harus mengubur impian nya
untuk mendapatkan bagas yang kini
sudah mulai lunak padanya. Jelas bahwa
pemuda itu tak bahagia
bersamanya. Memang, istilah cinta tak
harus memiliki itu bullshit. Tapi jika dalam
keadaan seperti ini, lebih baik tidak
memiliki kan dari pada kita persakiti. Chelsea
kembali menghela nafas, berusaha
menguapkan perasaan sakit yang
menghimpit dadanya. "Kejar di bagas.. Bikin dia
percaya lagi
sama loe," Bagas terdiam mendengar ucapan
chelsea.
Ia mendongak dan menatap mata chelsea
dalam, seolah mencari kebohongan di
sana. Tapi tidak ia temukan, hanya ada
kepasrahan dan luka di sana. "Terus, gima
tentang hubungan loe sama
gue..?" "Persetan dengan perjodohan itu gas.
Kita
kan yang pengen bahagia, makanya.. Mulai
sekarang, kita bisa mencari kebahagiaan
kita masing - masing.." ucap chelsea
akhirnya dan ia tutup dengan senyum
yang mengembang. Bagas tersenyum. Harusnya
ia senang
sekarang. Apa yang ia mau akhirnya
terkabul. Tak ada yang menghalangi
hubunganya dengan cindai lagi kini. Tapi entah
kenapa bagas merasakan
perasaan tercubit di ulu hatinya. Seperti
tak rela jika chelsea memutuskan
menyerah. Sudahlah.. Bagas sudah punya
cindai.
Semoga perasaan kehilangan atas chelsea
ini.. Hanya sementara. "Gue.. Ke kamar dulu
gas," gadis itu tiba -
tiba saja pergi. ******** Chelsea bersandar
pada belakang daun
pintu kamarnya. Perasaanya hancur kini,
hancur sehancur hancurnya. Ia
membiarkan tubuhnya luruh ke lantai. Seperti
inikah kisah cinta seorang
chelsea..? Harus berkali - kali menahan
sakit dan akhirnya menyerah. Air mata tak
henti keluar dari matanya.
Seolah itu darah yang keluar dari hati
chelsea yang terluka.

Di hatiku terukir
namamu..
Namun selalu aku bertanya, adakah aku..
Dihatimu..? ********

Heart BreakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang