Hari pertama masuk sekolah

112 14 17
                                    

Terik matahari semakin terasa menusuk ubun-ubun kala teriakan cempreng kakak tingkat menggema melalui toa masjid di atas pentas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terik matahari semakin terasa menusuk ubun-ubun kala teriakan cempreng kakak tingkat menggema melalui toa masjid di atas pentas.

Para siswa dan siswi berseragam putih-biru lengkap dengan topi senada berbaris berjajar di lapangan sambil berteriak riuh entah suka tak suka intinya mereka harus berteriak riang seolah-olah tengah menonton konser oppa Nasar yang begitu dinantikan tanpa diiringi dentuman musik dangdut.

Hawa panas menguap hingga bau ketiak yang menyengat tak menyurutkan semangat para siswa dan siswi baru SMA Eureka untuk terus berdiri tanpa tahu sampai kapan mereka harus bertahan dalam acara orientasi sakral ini.

Sebagian besar tetap bertahan dengan wajah berpeluh menyaksikan siswa-siswi menyerah, tersungkur lemah di tengah barisan membuat panitia sibuk bolak-balik menggotong tubuh mereka ke UKS.

Serangan panas yang menyiksa memang bukan lawan yang bisa dianggap enteng.

Di tengah kerumunan riuh, seorang gadis pipi ranum bernama Arona dengan kucir kuda menjuntai di balik topi sekolah menengah pertamanya yang tak lusuh namun tak juga kelihatan baru menundukkan pandangan sejak tadi.

Menutup mata serta menautkan alis tebalnya seraya berkomat-kamit sebal menginginkan hari orientasi ini segera berakhir. Berdoa kepada tuhan agar ketua dosis-maksudnya ketua osis terhormat yang berada di atas pentas terkena serangan jantung atau tembakan petir nyasar, atau apa sajalah asal ia berhenti bersuara.

Namun, doa buruknya itu tak kunjung dikabulkan tuhan membuatnya semakin meringis sebal sembari menyeka peluh yang mengalir di pelipis menggunakan selembar tisu, membuktikan seberapa lelahnya ia berdiri sejak tiga jam yang lalu.

"Woi!" Teriak seorang keamanan osis berseragam khusus SMA Eureka dengan suara begitu lantang nan nyaring berjalan memecah barisan.

Mata nyalak dengan alis menukik tentu saja tampak tak senang, bibir tipisnya maju bak paruh elang nan runcing siap mematuk mangsa kapanpun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata nyalak dengan alis menukik tentu saja tampak tak senang, bibir tipisnya maju bak paruh elang nan runcing siap mematuk mangsa kapanpun.

Riuh jelas terjadi. Siswa dan siswi tampak berbisik juga mendelik membalikkan tubuh ke mana tungkai lelaki itu melangkah, ada juga yang hendak menjerit namun mulutnya sudah di bungkam duluan oleh teman-temannya berjamaah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Brighter than a star • EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang