I (Perkenalan 1)

1.8K 164 6
                                    

Hasbian melangkah tergesa. Wajahnya memerah lelah, napasnya memburu, lengkap dengan keringat di dahi yang membuat rambutnya kini lepek. Ia baru saja selesai dengan kegiatan ukm padusnya kala salah satu sahabatnya memberitahu sesuatu yang menghebohkan. Sebuah Soulmark pada pergelangan tangan salah satu sahabatnya kini muncul.

Tanda soulmate atau kerap disebut dengan soulmark, akan muncul saat seseorang berusia 20 tahun. Kemunculannya tidak selalu tepat saat seseorang berulang tahun saat itu juga. Ada yang setelah beberapa hari, minggu, bahkan bulan, pula tak jarang hingga beberapa tahun kemudian. Kemunculannya pun tak langsung berbentuk simbol yang sempurna, soulmark ini akan muncul samar berdampingan dengan soulmark milik pribadi. Dan akan menjadi semakin jelas kala pasangan soulmate berinteraksi. Soulmark akan terbubuh sempurna pada pergelangan tangan kala jiwa mereka menyatu.

Dan kini tanda milik salah satu sahabatnya muncul tepat setelah beberapa hari dari ulang tahun. "Mana tandanya?" seru Hasbian atau singkatnya Bian tepat saat dirinya sampai di taman samping gedung kampus.

"Bian liat, soulmarknya Saka udah muncul." Felix di sana berseru heboh kala Bian mendatangi kedua sahabatnya itu. Dapat dilihatnya sebuah tanda samar yang kini berdampingan dengan tanda di pergelangan tangan milik Saka.

Cantik pikirnya. Walaupun memang belum terlihat bentuknya akan seperti apa, tapi melihatnya saja sudah membuat dirinya berpikir itu akan menjadi soulmark yang indah.

Jemarinya terulur, menyentuh lalu mengusap soulmark milik sahabatnya yang baru saja terukir di pergelangan tangan itu. "Cantik soulmarknya Saka, ga kalah sama punya Felix," ucap Bian dengan senyuman yang terpatri. Sang pemilik soulmark yang diusappun membalas dengan anggukan lengan dengan senyuman lebar.

"Bian sabar ya, pasti bentar lagi punya Bian muncul juga kok." Kini Felix menimpali keduanya kala menyadari senyuman getir milik Bian. Soulmark milik Bian belum menunjukkan keberadaannya. Bahkan goresan tipis pun tidak ada. Padahal ini sudah lewat beberapa bulan setelah ulang tahunnya. Jujur saja ia sudah tidak terlalu berharap akan soulmarknya yang akan muncul secepatnya. Mungkin memang dia salah satu orang yang memiliki soulmark yang munculnya terlalu terlambat. Atau bagian terburuknya, ia tidak memiliki soulmark.

"Oh Saka Bian, aku duluan ya. Kak Abin udah selesai nih." Felix berpamitan kepada keduanya sebelum melesat dan punggungnya menghilang tepat di ujung taman. Ngomong-ngomong, Kak Abin itu soulmate Felix sekaligus tetangga juga, pula kakak tingkat mereka. Sahabat Bian yang satu itu memang sangat kurang peka. Sehingga, kala soulmark yang kian menampakkan ukiran di pergelangan tangannya pula dengan sengatan yang kerap dirasakan ketika bertemu dengan Abin tidak dirasakan. Hingga kala itu Bian menangkap soulmark milik keduanya yang sama saat tidak sengaja dilihatnya. Mereka sama kurang peka, pantas jadi soulmate.

Kembali pada kedua makhluk adam yang kini berada di taman. Beberapa lampu gedung kini Nampak menyala, pula dengan mentari yang kian tenggelam. Meninggalkan semburat oranye yang indah sore ini. "Bian ayo balik. Tapi mampir cari makan dulu yuk. Saka traktir nih." Netra Bian memincing mendengar penuturan sahabatnya ini. Tumben, tapi tidak mungkin kan ia tolak rezeki.

"Awas kalo kabur kamu, Ka."

Kini keduanya berjalan menyusuri lorong yang menhubungkan taman dengan tempat parkir. Candaan pula dengan pekikan kagum kala mereka melewati lapangan utama kampus yang kini tengah digunakna UKM basket terlontar dari keduanya. Hingga sebuah suara mengintrupsi keduanya.

"Saka Bian!" keduanya terhenti di ujung lapangan. Menatap pada sesorang yang memanggil mereka dengan tatapan yang berbeda. Bian dengan tatapan bingung serta Saka dengan tatapan kagum. "Kenapa,Go?"

Hugo namanya. Pemuda yang memanggil mereka tepat saat kegiatan UKM basket yang telah usai kini. Hugo teman sejurusan Bian, teman sekelas pula untuk beberapa mata kuliah.

ElinorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang