Sudah dua hari ini aku cuma tidur-tiduran di rumah menghabiskan waktu liburan semester. Aku anggap ini sebagai self-reward atau lebih seperti balas dendam sih, karena selama di asrama aku tidak bisa benar-benar beristirahat. Selalu disibukkan kegiatan kampus yang padat. Sebenernya tidak hanya kegiatan kuliah tapi juga karena budaya asrama disini para senior mesum yang suka menarget maba. Oh ya kampusku ada di pinggir taman nasional yang jauh dari peradaban. Kampus mewajibkan mahasiswanya tinggal di asrama.
Saat aku tengah bersantai tiba-tiba terdengar suara di lantai bawah, aku awalnya cuek aja. Sampai aku ingat kalau aku ternyata sendirian di rumah, mama tadi pamit pergi, katanya mau jemput keluarga di bandara. Aku bangkit dari tempat tidur, melangkah keluar kamar dengan perlahan. Aku bersembunyi di balik tembok sebelah tangga. Jelas aku rasakan ada kehadiran seseorang dibawah & aku pastikan itu bukan mama.
Dari balik dinding aku berusaha melongok ke bawah tangga, tapi tiba-tiba aku melihat bayangan seseorang yang mau menaiki tangga. Aku segera memalingkan badan & kembali bersembunyi. Suara langkah kaki mulai menaiki tangga, sepertinya dia membawa sesuatu. Aku berkeringat terpaku menempel pada dinding. Aku menggapai buku tebal di meja tak jauh dari situ. Dari suaranya aku bisa mendengar kalau orang itu melangkah semakin dekat hampir mencapai lantai dua. Aku menggenggam buku itu kuat-kuat.
Ketika aku lihat bayangannya, buku itu langsung ku ayunkan & mendarat di wajah orang itu. Sialnya orang itu spontan menarik tanganku. Membuatku ikut terjatuh meluncur berguling di tangga sampai jatuh ke bawah bersamanya. Badanku sakit semua, terlebih saat ini aku tergeletak di lantai tertimpa badan pria itu. Dia mulai mengangkat kepalanya & pelan-pelan aku perhatikan wajahnya. Ternyata itu wajah orang yang ku kenali. Tiba-tiba muncul mama yang berlari panik menghampiri kami berdua ditemani oleh tante Maya dibelakangnya.
Cowok yang ku kira pembobol rumah tadi ternyata Rasya. Terakhir kali aku bertemu dia beberapa tahun lalu ketika SMA. Saat itu mama ditinggal papa karena papa ku nikah dengan perempuan lain. Papa ninggalin kami tanpa apapun. Mama juga belum bisa bekerja karena baru keguguran. Untung tante Maya menelepon & mengajak kami buat tinggal bareng mereka, sampai mama bisa dapat pekerjaan tetap. Disitulah aku & Rasya mulai kenal dekat, sering main & hangout bareng. Mamanya selalu pesan ke dia untuk melindungi & menjagaku seperti adik sendiri. Tante Maya ini adalah istri dari adik Papa kandungku. Tante Maya juga sudah bercerai. Jadi wajar tante Maya simpati dengan kami. Tapi ga perlu waktu lama bagi tante Maya buat dapetin pengganti, saat kami pindah dia sudah menikah lagi dengan seorang pria asal Turki.
Mama & tante Maya membantu kami bangun. Mereka panik menanyakan apakah kami baik-baik saja & kenapa bisa sampai jatuh sambil, memeriksa apakah ada luka. Aku hanya mengalami sedikit sakit pada pergelangan kaki & memastikan ke mereka bahwa bukan apa-apa agar mereka berhenti khawatir. Aku bangkit mau kembali ke kamar. Ketika menginjak satu anak tangga ternyata sakitnya luar biasa, aku pun terjatuh lagi. Semua orang menghampiriku khawatir. Rasya menawarkan bantuan, tapi aku menolaknya. Aku mengatakan ga perlu aku bisa sendiri, tinggal pegangan pada tangga aja untuk naik ke atas. Aku mencobanya ternyata tidak berhasil. Aku berhenti & meringis kesakitan.
Tanpa aba-aba Rasya mengangkat kakiku & melingkarkan tangannya pada tubuhku. Dia menggendongku berusaha untuk membantu. Aku menolak keras "No no no aku bisa". Tante Maya menyela "Aih sayang, gapapa biar Rasya yang bantu, kamu barusan jatuh & ketimpa Rasya, badannya memang nampak kurus tapi dia tinggi banget loh jadi badannya berat. Pasti sakit kan". "Iya, udah jangan bandel nurut aja. Kebiasaan udah sakit masih aja ga dengerin orangtua, ayo Rasya ke kamar!" Mama menimpali.
Sampai di kamar, Rasya meletakkan badanku perlahan di tempat tidur. Mama & tante Maya keluar untuk menjemput dokter. Rasanya aneh bertemu lagi dengan Rasya & berada di satu ruangan bersama dengannya. Mengingat apa yang terjadi beberapa tahun lalu cukup memalukan bagiku. Rasya melakukan segalanya termasuk harus menjerumuskan dirinya pada permainan dua mahasiswa psycho demi melindungiku. Dia rela disakiti orang lain demi menyelamatkan ku, tapi yang aku lakukan ke dia seperti tidak tau terima kasih.
Aku memperhatikan kening Rasya ternyata berdarah sedikit. Ekspresi dia juga sama kagetnya denganku. Tadi dibawah kami tidak melihat ada luka sama sekali, tapi sekarang berdarah. Aku bergegas mengambil betadine & kapas di tasku. Dia menolak dengan memalingkan kepalanya.
"Ok gitu, aku udah mukul sampe jatuh dari tangga trus dibantu ngangkat sampai kamar, sekarang giliran aku mau nawarin untuk bantuan malah ga boleh? Mau buat aku ngerasa yang paling bersalah disini?"
"Ok, ok. Uhm cuma khawatir aja emangnya kamu bisa?"
"Yaelah, aku ini mahasiswa kedokteran sekarang, sini liat lukanya"
"Oh iya lupa hehe, dalam pikiranku, kamu masih kayak adik kecil, brondong SMA kawaii hehe. Tapi liat sekarang udah gede udah jadi mahasiswa" Sambil mencubit pipi kanan ku.Syukurnya itu cuma memar tidak perlu di jahit. Cuma butuh diperban. Meskipun canggung ketemu dia lagi, ga mungkin aku biarin dia luka tanpa ngelakuin apa-apa.
Penyebab rasa bersalah & canggungku adalah kejadian beberapa tahun lalu. Saat itu tante Maya ngasih perintah ke Rasya buat menjagaku, aku bisa paham itu karena tante Maya mungkin sangat khawatir terkait tubuhku yg mungil rentan. Serta baru saja melampaui masa yang buruk dengan perceraian orang tuaku & kekerasan yang tak jarang aku terima dari papa yang tukang mabuk & suka memukuli ku, terlebih pasti mama juga udah cerita ke tante Maya bahwa aku pernah hampir jadi korban pemerkosaan saat nunggu jemputan di sekolah yang udah sepi. Jadi dia ngasih tugas anaknya, si Rasya untuk jadi sosok pria yang bisa melindungi & menjagaku dengan baik.
Rasya melakukan tugasnya dengan sangat baik. Saking terlalu baiknya dia jadi sangat over-protective. Kemana-mana aku harus bersamanya. Aku jadi sedikit terkekang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Circumcision Game (Sunat-Sunatan)
Teen FictionBocah-bocah tampan disunat massal