Margarin Bang

93 25 46
                                    

Inget? Cerita ini dimulai dari sudut pandang Niena (re: part Sedikit Tentang Keluarga) so endingnya dari sudut pandang Niena juga.




  ໋᳝݊ᬹᬵᭂ.    ໋᳝݊ᬹᬵᭂ.    ໋᳝݊ᬹᬵᭂ.




Dengan memiliki papa super keren, super kaya, super baik, gue bisa dapetin apa yang gue mau. Of course without making hard effort, dari dulu pun kayak gitu.

Katakanlah gue manja, untuk sekadar mengerti arti kehilangan pun terlambat. Ahh.. ternyata rindu itu terlalu kompleks ya? Bahkan papa yang selalu bisa ngasih apapun yang gue minta pun gak berkutik pas tiap-tiap dari anaknya menyampaikan rindu dalam bentuk yang berbeda.

Kami rindu mama. Apa gak bisa berjumpa barang sebentaaar saja? Untuk mengatakan jika sehari tanpanya itu begitu menyiksa.




  ໋᳝݊ᬹᬵᭂ.    ໋᳝݊ᬹᬵᭂ.    ໋᳝݊ᬹᬵᭂ.



Sore itu Jake pulang dengan digendong Rhino turun dari motor. Yamaha Lexi milik Felix menyusul tak lama setelahnya, suara mesinnya yang dimatikan di dekat Rhino mau tak mau menghentikan langkah lelaki itu.

Felix panik. Ia berjalan tergesa kemudian menyentuh punggung Jake. "Hey, mate! what's happened to you?"

Jake menggeleng pelan. Pipinya yang gembil karena beberapa bulan terakhir hanya disuruh makan tanpa beraktivitas berat itu masih menempel dengan nyaman di atas punggung Rhino. "Naur.. I'm good," serunya lucu. Tapi Felix terlalu cemas untuk mengusilinya.

Pandangan Felix beralih pada Rhino. "Maaf, a. Gua pulang dari kampus langsung ke toko, gak sempet ngecek HP."

Rhino mengangguk, memaklumi. "Enggak apa-apa, Lix. Yang penting adek lu sekarang udah balik."

Keduanya kini mulai berjalan memasuki rumah. Suara cempreng Niena membahana begitu mereka sampai di ruang keluarga, dia menangis kencang seraya memeluk Jake yang berusaha diturunkan Rhino dari gendongannya.

"Na, minggir dulu elah. Awas! Pinggang gua encok nih, bentar dulu!" Rhino mengeluh namun Niena justru semakin menjadi-jadi.

"Gue pikir lo bunuh diri tahu gak!"

Perkataan Niena barusan mendapatkan pelototan dari Jake sekaligus geplakan sayang dari Felix. "Watch your mouth, sistah!"

Niena menatap Jake kemudian memeluknya lagi. "Maaf. Gue cuma khawatir," ucapnya seraya mengusap lembut bagian belakang kepala Jake. "Jangan ngelakuin hal aneh lagi, Jake. Lo udah janji bakal ada di samping gue terus."

Jake mengangguk. Matanya berotasi, menatap satu persatu orang yang ada di sekelilingnya. Rhino yang sedang meregangkan pinggang, Felix dengan tatapan khawatir, Hyunjin dan juga Peter yang duduk di sofa seberang. Abangnya itu tidak henti-hentinya meledek Jake karena mau-maunya digendong Rhino. Tapi entah kenapa, Jake tidak berminat untuk membalas tawa Peter. Bukan karena tidak lucu, Jake malu tentu saja, namun ia kembali teringat akan sepintas rasa ingin mati yang membawanya ke perbatasan bunuh diri yang disebut Niena.

Sentuhan Niena, Jake rindu pada mamanya. Ternyata sesulit itu menjabarkan rindu tatkala yang dituju tak bisa lagi memberikan pelukan untuk menenangkan.

Arah pandang Jake beralih, fokus semua orang berpindah begitu Chris tiba-tiba muncul dari arah depan. Pria dewasa itu nampak mengatur pola napasnya, dengan keringat bercucuran, juga pandangan yang tak lepas dari putra bungsunya.

Margarin BangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang