02| Tangisan Malam

0 0 0
                                    

"Kukira akan bahagia malah makin sengsara"



Acara MOS ini benar-benar sangat menegangkan bagi Nara. Pasalnya sejak kejadian pada waktu upacara pembukaan tadi, Gibran selalu mengawasinya. Membatasi setiap gerak Nara sampai acara hari ini selesai dan mereka semua pulang ke rumah masing-masing.

Acara ini hanya dua hari tapi sudah seperti dua abad dek-dekannya. Bukan acaranya tapi Gibran yang selalu berhasil membuat semua murid merasa tegang. Besok adalah hari terakhir MOS dan Nara berharap hari esok lekas datang.

Kini Nara sudah berada di kamarnya. Membaringkan tubuhnya yang terasa sangat lelah di atas kasur empuk kesayangannya. Baru saja alam mimpi menyapanya namun urung karena teriakan Damar yang memenuhi seisi rumah. Nara berusaha mengabaikannya. Menutupi telinganya dengan bantal. Namun teriakan anak itu seakan-akan mampu menembus telinga Nara dan mengusik keberadaannya. Dengan perasaan yang sangat kesal, terpaksa Nara bangkit dari tidurnya dan menghampiri Damar di lantai bawah.

"MAMA...!!! MAKAN!!!"

"Bacot lo Damar!! Ganggu gue tidur aja"

"Mama mana? Gue laper"

"Mama jenguk tetangga yang lagi sakit. Kalau lo laper ambil aja makanan di dapur gak usah teriak-teriak"

Nara berbalik dan kembali melangkah menuju kamarnya. Memeluk boneka lumba-lumba kesayangannya sambil merangkai mimpi.

"Ambilin!! Kalau nggak gue bakal teriak terus"

Nara memutar bola mata malas "Oke" ujarnya sambil terpaksa berbalik langkah menuju dapur.

Setelah mengambilkan nasi dan lauk ia kembali menghampiri Damar diruang tamu. Emang Damar kalau makan suka disembarang tempat. Nara menaruh piring berisi makanan itu dengan sedikit kasar sampai menimbulkan bunyi karena benturan piring dengan meja.

"Santai aja kali"

"Bodoh amat"

Nara kembali berjalan menuju tangga menghampiri kamarnya dilantai atas. kaki Nara rasanya sudah tidak kuat lagi menyangga badannya sendiri. Matanya sudah tidak sanggup untuk berjaga lebih lama lagi.

Dengan tertatih ia mulai menaiki satu persatu anak tangga. Satu langkah lagi ia sudah mencapai anak tangga teratas namun Damar kembali berteriak.

"KAK NARA..!! MINUMNYA MANA"

"Astaga"keluhnya.

"Kalau lo mau minum, yah ambil sendiri. Jadi anak tuh jangan manja"

"Tapi gue maunya dilayanin"

"Tapi lo bukan raja"

"Kakak lupa? Disini omongan gue yang paling didenger. Kakak mau gue aduin ke mama biar dimarahin. Hah?"

"Oke gue ambilin"

Dengan wajah cemberut Nara berjalan menuju dapur lagi untuk mengambilkan Damar minum. Kemudian ia kembali lagi ke ruang tamu dengan membawa segelas air putih.

"Ini minumnya paduka raja"

"kok air? Gue maunya jus jeruk"

Narasi AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang