"Tau apa lo tantang gue sampai lo berani bilang gitu ke gue?"
"Jangan sembarangan nilai orang!!!"sambung Gibran tajam lalu pergi.
Nara terus menatap punggung Gibran yang mulai menjauh. Rasanya sangat kesal dengan semua tingkahnya. Salahkah jika Nara dan Milla meminta tanda tangannya? Kalau tidak mau ngasih yah tinggal tolak bukan malah dirobek seperti itu.
"Sorry Ra" kata Milla penuh rasa bersalah.
"Lo nggak salah Mil, yang salah tuh setan bin iblis itu"
"Kok ada sih manusia seperti kak Gibran itu... Nggak punya rasa kemanusiaan banget. Kayaknya dia punya dendam tersendiri deh ke gue"Lanjut Nara ngedumel.
Nara merasa putus asa dengan semua keadaan ini. Ia duduk asal di atas rumput taman sambil memandang serpihan kertas yang bersebaran diatasnya. Milla juga ikut duduk disamping Nara. Ia berusaha menengkan Nara yang tengah kesal dan kecewa. Milla sepertinya sangat merasa bersalah atas apa yang telah menimpah Nara sekarang ini.
"Sabar Ra..."
"Gue lelah banget Mil... Baru dua hari masuk sekolah tapi udah seberat ini"
Milla menarik tubuh Nara kedalam pelukannya. Ia berusaha menenangkan dan menguatkan Nara.
"Nara sahabat gue tuh kuat. Dia nggak pernah menyerah sama keadaan. Buktinya dia nggak pernah menangis didepan semua orang"ucap Milla sambil mengusap lembut bahu Nara.
"Ingat tujuan kita semangat bersekolah?"lanjut Milla diakhiri dengan senyuman khas nya.
Nara mendongak menatap Milla yang mendekap tubuhnya .
"Jadi anak pinter biar bisa jadi insinyur bikin orang lain insecure agar orang tua bersyukur" ujar mereka bersamaan.
Mereka tersenyum bersama. Mengingat kembali motivasi yang mereka buat ketika wisuda waktu SMP kemarin seakan-akan mengobarkan kembali semangat Nara dan Milla.
Nara langsung berdiri dan mengepalkan tangan ke udara sambil berteriak "SEMANGAT!!!"
Milla tersenyum dan ikut berdiri. Ia juga tak kalah semangatnya seperti Nara. Beberapa detik kemudian Nara dan Milla berjalan kembali menuju lapangan utama SMA Permata. Dalam perjalanan Milla terus meminta maaf.
"Ra... Maafin gue. Ini punya gue buat lo aja yah, ini kan salah gue" Milla menyodorkan kertasnya kepada Nara.
"Nggak mau Mil. Berapa kali sih gue harus bilang kalau ini bukan salah lo? Lo tenang aja, gue nggak papa kok nerima konsekuensinya" ujar Nara sambil mendorong perlahan kertas yang disodorkan Nara kembali ke arah Milla.
Terlihat semua peserta MOS bergiliran mengupulkan kertas yang berisi tanda tangan yang diminta tadi pada salah satu pengurus OSIS yang kalau nggak salah namanya Dodit. Sampai giliran Milla untuk menyerahkan kertasnya dan Nara masih setia disampingnya meskipun aku tidak memiliki kertas tersebut.
"Punya lo mana?" tanya Dodit pada Nara.
"Robek kak"
"Hala, alasan"gumambDodit.
"Kak, sebenarnya itu-"ucapan Milla terpotong karena Nara menginjak kakinya.
"Aauuhh" aduh Milla.
"Kenapa?"
"Nggak kak"jawab Milla sambil menahan rasa sakitnya.
"Tunggu. Lo yang kemarin dihukum sama Gibran kan?"tebak Dodit mulai mengingat Nara.
"Iyah kak"
Dodit menarik satu sudut bibirnya. "Ternyata masih belum kapok kamu. Tapi nggak papa, ini gue bukan Gibran jadi hukumannya nggak bakal berat-berat kok, cuma bersihin lapangan basket aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Narasi Aksara
General Fiction[follow akun ini yah sebagai apresiasi kepada Author] Betapa hancurnya hati ketika mengetahui bahwa kekasih yang sangat dicintai adalah kakak kandungnya sendiri. Yah, itulah yang dirasakan gadis bernama Pramudya Narasi Senja yang tanpa sadar telah...