PULANG

32 15 6
                                    

Galatumn Present

WGAVerse Tour Journal

Event Summer and Winter WGA  @wga_academy #wgaacademy

...

Aku pernah mendengar, bahwa di desa terpencil yang sangat dingin ini memiliki sebuah ritual persembahan malam hari yang berlangsung satu kali dalam satu era.

Dimana, para Tetua desa ini akan mengambil seorang maiden—perempuan perawan yang memasuki masa pubertas awal, untuk dijadikan wadah pengorbanan itu. Dipercaya bahwa maiden ini akan menampung semua harapan agar para roh danau dengan kedalaman tak berujung kuno milik desa ini, mendengar permintaan mereka. Umumnya untuk musim panas datang lebih cepat.

Tidak ada yang tahu bagaimana nasib dari perempuan yang ditumbalkan setelah diceburkan itu. Tentu saja! Jika desa ini menggunakan logika, siapapun yang diceburkan ke danau super dingin tersebut, tentu saja akan mati kedinginan, bukan?

Nyata nya, mereka lebih percaya bahwa maiden itu diterima oleh roh danau! Mereka men-klaim bahwa setelah perempuan malang itu tidak muncul ke permukaan, keesokan harinya cahaya matahari menyinari desa mereka dengan hangat.

Itu adalah pernyataan yang cukup konyol, tapi semua kejadian hari ini menjadi semakin konyol karena entah bagaimana pada era ini aku dipilih menjadi maiden yang mereka akan korbankan!

" Sang terpilih sudah berada di atas kayu rembulan" suara berat yang berasal dari anggota inti desa ini—mereka selalu ditandai dengan memakai jubah hijau zamrud, mendorongku yang lemah ini ke ujung kayu itu.

Ya, sekarang aku lemah. Selama sebulan, aku dipingit dan sangat dijaga ketat oleh mereka. Dari kegiatanku serta pola makanku yang hanya diberi makanan laut tanpa nasi membuatku menjadi kurus dan lemah.

Aku hanya menatap pria itu dengan sengit. Aku tahu dia adalah pria tua yang menyambutku paling pertama ketika datang ke desa ini dengan ramah sebulan yang lalu.

Sebenarnya, aku sudah merasa agak curiga ketika aku dihubungi oleh desa ini kembali. Desa ini merupakan desa yang menjadi tempat penelitianku bersama tim kantor dalam pengembangan sumber daya pangan 5 tahun yang lalu selama 3 bulan.

Desa ini seperti benua antartika namun versi skala kecilnya. Musim dinginnya lebih panjang dari musim panas yang hanya muncul beberapa minggu. Makanya timku sepakat untuk meneliti di desa ini dengan harapan dapat memberikan solusi pangan lebih efektif dikala dingin.

Waktu itu yang menghubungiku adalah Tuan rumah yang bersedia menampung kami dulu. Mengatakan bahwa aku diundang oleh para tetua dan semua transportasi akan ditanggung mereka.

Hal ini untuk mempererat hubungan kami. Karena di antara timku, hanya aku yang masih berkomunikasi dengan mereka untuk sekedar mengobrol atau berdiskusi tentang sistem yang dulu timku buat di desa ini.

Aku mengutuk diriku yang bodoh itu.

Lihatlah, saat ini, Tuan rumah berambut putih itu ( dia masih terbilang muda, masih sekitar 30 tahunan pengidap albino) hanya menatapku dari jauh di belakang kumpulan orang desa ini!

Selagi aku sedang memperhatikannya, balok kayu yang disebut kayu rembulan mulai bergerak naik turun saat orang bertudung dengan peran esekutor itu menginjak-nginjak ujung kayu nya. Membuat tubuhku mulai tidak seimbang.

" Hen—hentikan!" seruku panik karena merasakan cipratan air danau itu, gila! Dingin sekali!

Tapi seperti sebelumnya, mereka tidak menghiraukan teriakanku. Malahan mereka mulai berseru selagi Tetua yang paling tua komat-kamit bersamaan dengan kayu yang semakin bergoyang itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[πήγαινε σπίτι] Pígaine Spíti - WGAVerse Tour JounalsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang