"Emmmm, mana ya bukunya ...."
Perpustakaan lenggang. Hanya ada bunyi kipas angin di ujung ruangan yang berputar searah jarum jam.
Silau. Aku yang sedang berjalan menyusuri tiap rak untuk mencari novel sastra mengernyit. Jendela-jendela raksasa di sekelilingku tidak ditutup gorden. Makanya, sinar matahari dengan mudah menerobos masuk dan membuat mataku menangkap terlalu banyak cahaya, tetapi tidak masalah. Dengan sabar, kularikan jemari lentikku di atas buku-buku berdebu untuk menemukan salah satu buku yang kucari.
Belum sampai menemukannya, sebuah suara dari balik lemari di depanku membuatku tak bisa berkutik barang sedetik.
Aku hafal betul suara siapa itu. Mendengarnya saja membuat detak jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Bahkan, telapak tanganku sampai berkeringat, keringat dingin.
"Udah dapet bukunya, Kar?"
Suara itu ....
"Belum, Sa. Coba ke rak belakang ini."
"Oh di sini? Kucoba ya. Tunggu sini."
Aku menelan ludah kasar. Sebelum dia menemukanku, aku segera berjalan keluar. Kukencangkan pegangan pada tali sling bag, menurunkan pandang pada lantai pualam, dan berdoa—semoga dia tidak melihatku.
Jangan sampai melihatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
After (✔)
Short Story[L e n g k a p] Katanya, saat usiamu tujuh belas tahun, kamu akan bertemu dengan seseorang yang bisa membuatmu jatuh bangun menyukainya. Tujuh belas tahun, usia emas untuk merasakan cinta. Usia emas untuk melihat mimpimu di depan sana. Kata...