DoppleGanger

1.7K 136 23
                                    

Aku menyusuri jalanan gelap ini dengan sumpah serampah yang tidak bisa berhenti keluar dari bibirku. Jam hampir menunjukkan tengah malam, dan aku masih saja berjalan di bawah remang-remang cahaya bulan yang menggantung di langit. Ini salah satu jalan menuju rumah Hanbin yang terdekat. Anak itu benar-benar menyebalkan menyuruhku datang malam-malam begini. Hanya karena aku harus mengembalikan buku novel karangan J.K. Rowling ini-guruku memberiku tugas membuat kesimpulan buku ini. Maksudku, ayolah, tak bisakah aku mengembalikan buku ini besok? Sehingga aku tidak perlu berjalan di lorong menyeramkan seperti ini.

Aku tahu, Hanbin memang melarangku untuk pergi ke rumahnya lewat lorong ini. Tapi, aku adalah orang yang skeptis. Sedangkan dia bukan seperti orang yang hidup di abad ke-20. Ia masih saja percaya takhayul dan hal-hal aneh seperti itu. Dan ia sangat lemas jika ia mendengar cerita-cerita konyol tentang makhluk halus, roh, dan hal-hal konyol lainnya. Tak ada yang harus ditakuti kalau kau masih mengikuti jalan Tuhan, bukan?

Dan sekarang entah kenapa rasanya bulu romaku melompat.

Srek...

Aku bisa mendengar suara langkah diseret dibelakangku. Refleks, aku menengok untuk melihat siapa yang berjalan dibelakangku. Aku bergeming saat menyadari bahwa aku benar-benar berjalan di lorong menyeramkan ini sendirian.

Aku menelan salivaku perlahan. Kuharap itu hanya kucing liar atau tikus atau hewan pengerat lainnya. Bukan perampok atau penjahat lainnya yang sudah merajarela di kota ini.

Sreek...

Aku menghiraukannya. Entah kenapa aku merasa lorong ini panjang sekali.

Sreek...

Sreek...

Untuk pertama kalinya, hatiku agak gentar dalam keadaan seperti ini. Perlahan aku menengok.

"Hanbin!" teriakku kesal. Hanbin disana dengan sebuah cengiran lebar. Seakan tak ada rasa bersalah. "Sialan kau, sejak kapan kau disana?"

Hanbin menggaruk tengkuknya. "Dari tadi aku menyelinap dibelakangmu, Hyung. Kau takut?"

"Tentu saja aku takut! Kukira ada orang yang hendak melakukan yang tidak-tidak padaku," aku sangat kesal. "Lalu, apa maksudmu menyuruhku kerumahmu malam-malam begini demi buku?"

"He...maafkan aku, Hyung. Tapi, Hanbyul ingin membaca buku itu."

Itu alasan yang tidak masuk akal.

"Hanbyul? Adikmu?" tanyaku agak kesal. Ah, tidak,aku memang kesal. Apalagi saat melihat Hanbin dengan polosnya menganggukan kepalanya. "Adikmu 'kan baru berusia lima tahun!"

"Iya, aku menggunakan buku itu untuk mengajari Hanbyul membaca, agar ia menjadi yang terpintar di taman kanak-kanak," jelasnya tampa melepas senyuman tampa dosa itu dari wajahnya.

"Terserah," aku melempar buku itu kepadanya. Dengan sigap ia menangkap buku itu. "Lain kali jangan menyuruhku pergi malam-malam begini."

"Tak akan terjadi lagi, Hyung."

Aku tersenyum tak iklas dan meninggalkannya begitu saja. Beginilah aku jika sudah kesal. Aku akan meninggalkannya begitu saja tampa salam.

"Hati-hati, Hyung! Jangan sampai ada permen karet yang terinjak sehingga terus menempel di sepatumu."

Dasar tidak bisa membaca situasi.

...

Aku bersyukur hari ini adalah hari Sabtu. Aku bisa menghabiskan waktu di kamar dan memainkan playstation tampa ada yang melarang. Dan itulah yang kulakukan hari ini. Yah, mungkin Seiyeon-nuna atau Ibuku akan menyuruhku turun dan makan siang atau sebagainya.

Dopple Ganger (iKON Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang