Chapter 2

12 5 2
                                    

Ngomong-ngomong, dimana ini? Seperti di gua, tetapi terasa berbeda.

Aku ingat perasaan ini ketika waktu aku masih seorang manusia.

Kau tahu, di dunia ini ada sebuah dungeon. Tempat itu berisikan para monster dan sering dijadikan sebagai tempat untuk meningkatkan level.

Aku pernah beberapa kali pergi ke dungeon, tetapi tidak pernah secara langsung bertukar pukulan dengan monster.

Aku hanyalah petani dari desa. Jika ada sesuatu yang harus aku lakukan di dungeon, tentu saja sebagai pembawa barang.

Aku harus mengumpulkan uang dan profesi ini sangat cocok untukku.
Para petualang sering mempekerjakan orang dan aku ikut. Bayarannya lumayan.

Berbicara tentang level, bagaimana statusku terlihat sekarang? Kurasa tidak ada pilihan lain selain mengeceknya dengan mataku sendiri.... Walaupun aku ragu aku memiliki mata.

[Nama: Tidak ada

Ras/Spesies: Ghost

Class: Tidak ada

Title: Tidak ada

Skill aktif: Absorbing Soul Lv.1

Skill pasif: Penetrating physical objects Lv.1, Night vision Lv.1, Flying Lv.1

Strength: 10

Agility: 10

Stamina: 10/10

Vitality: 10

Intelligence: 15

HP: 100/100

MP: 75/75

Level: 1]

Aku mengerti.

Jadi, aku benar-benar bereinkarnasi menjadi ras hantu dan memulai dari awal lagi.

Situasi konyol macam apa ini?!

Maksudku, seharusnya setelah mati, aku akan dikirim ke surga, bukan? Sesuai kata pendeta yang singgah sesekali di desa.

Tetapi tampaknya dia berbohong. Tidak ada surga.

Aku perlu mengucapkan selamat tinggal kepada kehidupanku yang lalu dan selamat datang di kehidupan yang kedua!

Baiklah, sekarang bagaimana?

Tampaknya tempat ini adalah dungeon dan aku perlu hati-hati. Aku masih berada di level 1.

Aku hanyalah santapan bagi yang lain.

Teman-teman hantuku yang lainnya tetap diam. Sejak awal tatapan mereka selalu fokus pada satu hal.

Aku tidak memperhatikannya dari tadi karena aku sibuk menata pikiranku kembali.

Sosok yang mereka pandangi adalah manusia tengkorak dengan jubahnya yang hitam. Dia duduk di kursinya yang terlihat seperti kursi boss dungeon.

Dungeon memiliki boss dan dia diakui sebagai pemilik dungeon itu sendiri. Bisa dikatakan bahwa dungeon itu miliknya.

Aku mendengarnya dari seorang petualang veteran yang pernah menaklukkan dungeon. Ketika boss dikalahkan, kursi itu akan kosong selama beberapa waktu dan ketika ada kandidat di dalam dungeon yang cocok memegang gelarnya, dia akan menjadi boss itu.

Sekarang jika aku benar, maka tengkorak, tidak, undead itu adalah boss-nya.

Undead adalah monster tipe mayat hidup, seperti zombi, tetapi strukturnya hanya berisikan tulang.

Namun, dia sangat berbeda dengan undead yang biasa orang hadapi.
Dia memegang tongkat penyihir di tangan kanannya dan semacam buku mantra di tangan lainnya.

Jubahnya hanya sedikit menutup wajahnya. Tulangnya menonjol bagiku.

Aku ingat dalam beberapa catatan perpustakaan di kota, undead yang bisa memakai sihir dan membangkitkan jiwa yang mati, dia adalah Lich.

Ba-bagaimana ini?! Apakah aku akan dibunuh sekarang juga?!

Dia salah satu makhluk legendaris yang diceritakan di buku-buku dan dia tepat berada di depanku!

Haruskah aku kabur sekarang juga? Tidak! Meskipun aku melakukan itu, dengan sihirnya yang luar biasa, dia akan membunuhku dalam sekejap!

Setelah aku memperhatikannya lebih saksama lagi, tubuhnya dirantai. Warnanya hitam dan menyatu dalam kegelapan ini.

Pantas saja aku tidak melihatnya tadi. Jika bukan karena skill Night Vision, aku tidak akan pernah menyadarinya. Kepalanya bergerak, meskipun tidak memiliki mata, aku tahu dia menatap ke arahku.

Oh, sial! Apakah ini akhirnya?! Apakah aku akan mati sekarang juga?!

Aku hidup kembali hanya untuk dibunuh!

Tetapi tidak seperti yang aku kira, Lich itu bertanya.

"Apakah kau memiliki akal?" Itulah kalimat pertama yang dia ucapkan. Suaranya menggema di tempat luas ini.

Bagaimana aku harus menjawabnya? Dia kelihatannya murni bertanya tanpa ada niat lain, dan yang paling penting, dia tidak membunuhku!

Kurasa aku harus bersyukur.
Tetapi aku mempunyai masalah lain, seperti yang kau tahu, aku tidak bisa berbicara.

Apakah dia akan marah? Tolong jangan!

"Maaf, salahku. Seharusnya aku menyadarinya dari tadi. Kau tidak bisa berbicara, bukan? Maka jawablah dengan anggukan jika itu benar, mengerti?"

Oh, dia sangat baik sekali.

Aku menganggukkan kepalaku ke atas ke bawah. Menurutinya.

Atas tindakanku, dia sangat tertarik.

"Kukuku....!"

Dia tertawa dan terdengar sangat mengerikan bagiku. Aku bisa bilang dia akrab dengan sebutan penjahat dalam cerita-cerita yang aku baca dulu.

"Begitu, ternyata aku tidak sia-sia memakai sihir pemanggilan untuk menghidupkan roh pendendam."

Roh pendendam? Aku tidak begitu mengerti apa yang dia maksud.

"Hmm? Sepertinya kau tertarik dengan asal-usulmu."

Aku mengangguk.

"Baiklah, akan kuceritakan. Sebenarnya, jiwa yang bisa aku panggil adalah jiwa yang malang, yang dihantui dengan kehidupan masa lalunya. kenangan yang sangat melekat tentunya banyak dan yang paling sering aku temui adalah jiwa dengan kenangan yang dipenuhi oleh dendam. Aku sebut roh pendendam."

Begitu, jadi semua hantu yang ada di tempat ini memiliki kenangan yang tidak biasa. Di antaranya mungkin ada yang sepertiku, mendendam orang sampai terserap ke jiwa mereka sendiri.

Lalu, bagaimana dengan orang yang dibunuh di desa sama sepertiku, keluargaku dan yang lain? Apakah mereka memiliki dendam? Tentu saja, aku bisa yakin.

Tetapi mungkin tidak separah yang aku alami. Mereka dendam, tetapi tidak cukup kuat untuk sampai dipanggil oleh sihir Lich itu.
Berarti aku benar-benar pendendam gigih? Yah, apapun itu, selama aku bisa membalas mereka, aku akan puas.

Aku beruntung hidup kembali meski kehidupan ini sangat berbeda dari yang aku kenal.

"Namun, dari semua jiwa yang aku panggil, aku belum pernah menemukan jiwa yang memiliki kesadaran, layaknya dirimu. Apakah level skillku berkembang? Sepertinya tidak, dan skill pemanggilan jiwaku sudah berada di level maksimal. Bagaimana bisa?"

Uh-oh, sepertinya dia terlihat bingung.

Aku Hantu, Oke?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang