Bab 1

5 3 0
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh ✨

inilah kisah anak gadis baik hati dan pemberani
Jihan Meyra Syafira

Malam Senin, 6 Juni 2010 pukul 20.00 benturan keras terdengar hebat di pinggir jalan itu, menghempaskan semua barang yang ada di dalam gerobak tua itu. Membuat jantung ini berhenti sesaat !

"Jihaaaannnn" Kalimat itu terdengar nyaring dan jelas di setiap harinya, hingga membuat aku tak berani membukakan mata.

Ku lepas peralatan perang ku, berlari kencang ke arahnya... Dengan darah yang bercucuran dari kepalanya, tak kuasa ku melihat dan gemetar seluruh badan ini.

Pada malam itu suasana hujan deras membuat aspal menjadi licin hingga kendaraan mobil mewah itu melaju dengan cepat tanpa melihat pak tua di hadapannya sedang mendorong gerobak rongsokan menyebrang jalan.

"Aba.. Aba bangun bangun.. Tolooong"

Hingga suara habis pun tak ada yang mendengar dan penabrak itu kabur begitu saja.. Hingga akhirnya aba tewas di tempat, sejam kemudian barulah pemuda nan baik hati mengenakan jas hujan berkendara motor menolong kami dan membawa kami ke klinik terdekat. Namun sayang aba tak dapat terselamatkan. 😭😭

Sejak hari itu penyesalan ku tak kunjung usai, "jika saja aku tak marah pada aba, jika saja malam itu aku tak jalan duluan yang membuat aba mengejarku pasti aba akan terselamatkan" 

Kesedihanku, kemarahan ku pada diri sendiri tak usai hingga bertahun lamanya.. Aku menghukum Tuhan ku dan diriku atas kejadian itu, hingga aku menjadi manusia yang jauh dari agama dan tertutup dengan semua.

****

Hari demi hari telah berlalu kulalui tanpa semangat hidup namun aku harus bertahan demi emak dan adik-adik ku..

Ya kupanggil nya dengan sebutan emak, mari sejenak ku perlihatkan kehidupan dan data diri ku..

****

Perkenalkan namaku Jihan Meyra Syafira,

Aku anak sulung dari tiga bersaudara, abaku seorang pemulung, emakku seorang ibu rumah tangga. Kami hidup di rumah mungil lagi nyaman atap kami tidak terbuat dari bahan kokoh atap kami hanya asbes yang siang hari terasa membakar seisi rumah, lantai dan tembok kami tidak berbahan marmer ataupun kaca, ya.. Hanya beralaskan bumi, tempat tidurku sungguh nyaman jika aku bangun terdapat jiplakan tikar di badanku.

Sudah terbayang bukan?

Aba : Abdullah Azwar
Emak : Siti Ainun
Adik pertama : Malik Ibrahim
Bungsu : Maryam Amina

Aba wafat di usia 50 tahun ketika itu umurku 11 tahun
Saat usia itu adik-adik masih kecil Malik masih berusia 7 tahun sedangkan Maryam berusia 3 tahun

Emak dan aba memang menikah diusia tua, saat pernikahan mereka aba berusia 38 tahun dan emak berusia 34 tahun

Selepas kepergian aba ketika itu kami sangat kesulitan, aku berusaha mencari uang tambahan dengan cara memulung, menjadi ojek payung di pasar dan pekerjaan lainnya yang halal untuk makan sehari-hari aku dan adik adik ku, selepas pulang sekolah aku melakukan pekerjaan itu lalu pulang untuk menyuapi adik, membuat mereka terlelap walau seringkali harus terpaksa tidur dalam keadaan lapar.

Oh iya emak, maaf sebenarnya aku sudah tak ingin mengingat nya,,
Bukan karena aku anak durhaka, atau mungkin.... emak yang salah terhadap anak-anak nya??

Selepas kepergian aba, emak sering khilaf, emak sering pulang tak tau waktu, emak tak perdulikan kami lagi. Aba tidak ada tidak ada yang membimbingnya, mungkin ia lelah mencari nafkah sendiri dan harus mengurus anak seorang diri. Namun... Haruskah itu menjadi pilihan seorang ibu?

Ya.. Tega memang, tapi itulah emak kami. Hingga saat ini kami pun tak tahu dimana keberadaan nya. Ia pergi tanpa pamit dan tanpa kata maaf di malam hari ketika aku sedang belajar dan adik adik terlelap, emak meninggalkan ketiga buah hati yang tak bersalah.

****

Pencarian TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang