01. Sangkar

2.5K 262 13
                                    

"Jonghyuk... Apa aku boleh pergi ke taman belakang?"

"Tidak."

"Bagaimana dengan ruang tengah?"

"Diam saja di dalam kamar."

"Kalau begitu balkon pasti tidak apa-apa kan?..."

"Tidak ada kepastian apakah kau akan kabur atau tidak."

"Kamu tau ini, dengan kondisiku, kabur adalah hal yang sangat mustahil."

"..."

"Apa itu artinya aku boleh pergi ke balkon?"

"Diam dan tunggu aku. Aku sudah dalam perjalanan pulang."

"...Baiklah. Hati-hati di jalan."

"..."

•••

Dengan helaan nafas yang tersiratkan kekecewaan, Kim Dokja menjauhkan ponsel dari telinganya dan bergegas menyimpannya kembali. Sejujurnya ia tidak berekspetasi apapun lagi dari Yoo Joonghyuk. Tapi tetap saja, ditolak seperti itu menimbulkan rasa berat hati.

'Yah, itu terjadi tidak sekali dua kali.' Batinnya.

Kembali ke kesibukan, ah tidak, kesehariannya, jemari lentik Kim Dokja menyusuri barisan tulang buku yang tersusun rapi dalam rak tinggi yang nyaris menyentuh langit-langit ketika suara kunci terdengar kemudian di ikuti suara ketukan beberapa kali.

"Masuk," responnya.

Netra kelam Kim Dokja bergulir, menatap pria kekar yang barusan masuk dari pintu. Di tangannya terdapat nampan dengan makanan di atasnya.

"Master berkata agar anda menyelesaikan makan malam sebelum beliau tiba di rumah."

"Jadi sekarang sudah malam."

Kali terakhirnya keluar adalah dua bulan lalu yang entah sebenarnya itu benar atau tidak karena selama ini Kim Dokja telah kehilangan penanda waktu. Gorden berwarna gelap ditutup rapat dengan lampu yang menyala setiap saat, tidak ada jam dan ponsel juga disetel hanya untuk melakukan panggilan pada satu nomor tanpa ada fitur lainnya.

Namun Kim Dokja hanya tersenyum tipis pada Lee Hyunsung, sang tangan kanan dari Yoo Jonghyuk, seseorang yang telah mengklaim dirinya sebagai kepunyaannya.

Menyadari kekosongan dalam tatapan Kim Dokja, Lee Hyunsung cepat-cepat mengambil langkah maju. 'Tuan--"

"Aku tidak apa-apa. Letakan saja di atas meja," Pria bertubuh ramping itu tersentak sekilas lalu kembali fokus pada deretan buku baru sambil melanjutkan kalimat dengan suara rapuh. "Jangan merasa bersalah Hyunsung, semua yang aku terima masih kurang untuk membayar seluruh keselamatan yang Jonghyuk berikan padaku."

Lee Hyunsung hanya memasang telinga dan berusaha tidak membuat suara sedikitpun ketika meletakkan barang bawaannya. Dia tau bagaimana asal semuanya terjadi. Tapi meskipun begitu, dia tak punya keberanian untuk ikut campur di antara keduanya.

"Kadang aku bersikap bodoh, padahal perlakuan seperti ini harusnya sudah lebih dari cukup bagiku," Menoleh, Kim Dokja menatap gorden yang masih tertutup. Dihirupnya udara yang telah menemaninya selama lebih dari empat tahun, "karena sampai saat ini dia masih membiarkanku untuk hidup."

Hampir setiap saat Lee Hyunsung menyalahkan dirinya sendiri ketika mendengar Kim Dokja berbicara seperti itu. Dia ingin membantu tapi lawannya adalah Yoo Jonghyuk. Sang Master yang berdarah dingin dan tak punya ketakutan pada apapun. Seseorang yang bahkan tidak berkedip setelah mengurung seseorang yang tak bersalah di dalam sebuah ruangan selama lebih dari empat tahun lamanya.

Consequences  [JONGDOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang