Bab 19. Babak Selanjutnya

922 70 65
                                    

Pagi itu di Universitas Indonesia, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).

Tidak sengaja Ardhan menubruk seorang gadis berkemeja putih, rok hitam, hingga terjatuh ketika dirinya akan berbelok arah menuju lapangan, tempat dimana berkumpulnya para mahasiswa baru yang sudah diberi OSPEK sekitar lima belas menit lalu.

"Sorry, ya, sorry! Gue gak sengaja! Lo gak apa-apa, 'kan?" Ardhan tampak kesal pada diri sendiri karena telah menubruk gadis itu di saat dia sudah terlambat mengikuti OSPEK.

Gadis yang sedang membersihkan debu pada rok, tidak menjawab. Rambutnya terurai menutupi wajah sehingga Ardhan tidak bisa mengenali. Setelah dia menyimpirkan rambut ke belakang telinga, barulah Ardhan mengenali.

"Sharon?!" Ardhan terkejut tanpa tersenyum. Dia tidak menyangka bisa bertemu lagi dengan Sharon. "Lo kuliah di sini juga?" tanya Ardhan sambil mengulurkan tangan pada Sharon. "Sini, gue bantu!"

Sharon pun menyambut uluran tangan Ardhan kemudian berdiri. Dia tersenyum lebar menatap Ardhan yang tetap terlihat cool dengan wajah yang sudah dicoret spidol hitam membentuk muka kucing, memakai topi kerucut, mengalungkan tas yang terbuat dari karung beras di leher, dan kaos kaki beda warna.

"Gak, gue di FIB ... ambil sastra. Gue ke sini cuma untuk bawain berkas sepupu gue. Ck! Kita tubrukan lagi, tapi parahnya gue yang tumbang," sindir Sharon.

"Sorry!" Ardhan tertawa.

Dari kejauhan, Megan yang melihat kejadian itu berlari menghampiri Ardhan. "Buruan!" Megan langsung menarik pergelangan tangan kiri Ardhan, membawanya pergi. Bahkan, Ardhan sampai tidak sempat berpamitan pada Sharon.

Di lapangan, Megan dan Ardhan harus menyelip di antara para calon mahasiswa baru lainnya sambil mencari-cari Carlo dan Nathan. Ternyata, Carlo dan Nathan berdiri paling pojok.

Nathan menyambut Megan dan Ardhan dengan sebuah bisikan, tetapi masih sambil memantau para senior yang sedang berdiskusi di depan. "Lo berdua dari mana aja sih? Untung gak ada senior yang lihat. Kalo iya, lo berdua pasti udah dihukum lari keliling kampus atau yang lebih parahnya lagi disuruh nyebur ke kolam kodok!"

"Gue telat bangun," jawab Ardhan. "Semua ini karena si Megan yang minta gue untuk nemenin dia main PS sampai jam 3 pagi," tambahnya menatap kesal pada Megan.

Carlo menggeleng, sedangkan Megan hanya bisa menyembunyikan tawa menatap wajah kesal Ardhan.

"WOE, LO BEREMPAT!"

Dari sebuah pengeras suara berwarna putih, senior cowok memanggil tegas pada Megan, Ardhan, Carlo, dan Nathan. Cowok yang mengenakan jas almamater berwarna kuning--ciri khas Universitas Indonesia--harus berpisah dari kumpulannya, berdiri di tengah, berhadapan dengan para calon mahasiswa baru. Raut kesal terpampang nyata pada wajahnya. Matanya juga sangat sinis.

"KE SINI!"

Megan, Ardhan, Carlo, dan Nathan pun keluar dari barisan, melangkah maju mendekati senior tersebut tanpa ada rasa takut akan dihukum. Lagipula, mereka sudah siap bila itu terjadi.

Senior cowok lain mulai bergabung dengan temannya yang saat itu tengah memandang Megan, Ardhan, Carlo, dan Nathan secara bergiliran. "YANG LAIN PADA DIAM, LO BEREMPAT MALAH ASIK MENGOBROL. MERASA JAGO?"

Tidak ada yang berani menjawab, walau sekedar untuk membela diri. Apalagi, di hadapan mereka sudah berdiri empat senior cowok dengan tatapan sangar.

Salah seorang senior melipat tangan di depan dada, menatap cuek. "Raka, daripada lo mikir hukuman apa yang harus dikasih ke mereka, mending langsung ceburin ke kolam kodok aja deh! Mumpung kodok-kodok pada lagi kawin, 'kan? Biar mereka yang jadi saksinya!"

SECRET LOVE (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang