Selamat membaca.
***
Pria itu menoleh ke belakang, mendapati seorang wanita menggenggam sebuah belati di tangannya. "Vio..."
Wanita itu tak bergeming, hanya ada tatapan yang menyiratkan rasa amarah, kebencian dan juga rasa kecewa. "Aku, membencimu."
"Maaf, maafkan aku."
"Setelah semua yang kau lakukan, kau memintaku untuk memaafkanmu? Jangan harap."
"Aku terpaksa, aku melakukan ini untuk melindungimu."
Wanita itu berkata dengan hardiknya, "omong kosong, aku sudah muak dengan segala kebohonganmu itu. Aku benci, sangat membencimu!"
Pria itu tertunduk, menyesali apa yang telah dia perbuat kepada wanita yang ada di hadapannya. Dia terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri. "Aku memang pantas dibenci olehmu. Apa yang ingin kau lakukan, maka lakukanlah sekarang."
Genggaman pada belatinya semakin erat, enggan untuk bertindak. Kenapa dia tidak bisa menodongkan belati tersebut kepada pria yang ada di hadapannya?
"Jangan ragu menggunakan belati itu. Tolong bantu aku untuk menebus rasa bersalahku."
Pria itu berjalan mendekati wanita tersebut. "Lakukanlah, Vio." Tak terduga dia berlari menghampirinya dengan cepat, dan tepat mengarah pada belati itu. Dia memeluknya, memeluk wanita yang sedari tadi ada bersamanya.
Terkejut? Tentu, wanita itu melihat bahwa belati yang ada di genggamannya tepat menusuk tubuh pria yang memeluknya. Pria itu mendekapnya dengan erat. "Maaf, aku merebut kebahagiaanmu. Dan aku, mencintaimu."
Wanita itu berteriak, melepaskan belati yang menusuk pria yang ada di hadapannya. Pria itu jatuh tersungkur, darah mengalir tak terhenti dari luka tusukan yang dia dapat. "Apa—apa yang telah ku lakukan?" Dia terus menatap darah yang ada pada tangannya. Dia terduduk dihadapan pria yang tengah menahan rasa sakit pada lukanya, pria itu tersenyum.
"Jangan pernah merasa bersalah atas apa yang kau lakukan padaku. Kau sudah melakukan hal yang benar... terima kasih." Di detik terakhir dia mengucapkan kata itu, matanya perlahan menutup. Wanita itu menatap kosong ke arah pria yang tergeletak bersimbah darah di hadapannya.
Matahari mulai kembali ke peraduan, meninggalkan semburat sinar redup di langit. Guratan jingga tergambar jelas di tapak langit, dengan ombak yang menjadi saksi bisu atas peristiwa kematiannya.
***
Jangan lupa vote, comment dan follow, yaaa! 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Hazel's Hiraeth
General FictionBagaimana jika kamu mengalami mimpi yang sama berulang kali? Mimpi yang sama di setiap tahunnya. Itulah yang dirasakan oleh Hazel Almeera Zeline, mahasiswi tingkat akhir jurusan arkeologi di Universitas Indonesia. Banyak kejadian aneh menimpa dirin...