(3) A Deal

15 6 0
                                    

Kedua netra gelap lelaki itu menelisik, mengagumi interior apartemen berukuran sedang namun tertata amat rapi dan cantik milik seorang gadis yang setengah jam lalu baru saja dikenalnya.

"Jadi, apa yang harus kita bicarakan?"

Gadis itu meletakkan tiga cangkir kopi yang masih mengepul mengeluarkan uap panas di hadapan kedua lelaki yang kini bertamu di apartemennya itu.

Gadis itu. Son Naeun namanya.

Naeun tersenyum kecil memandang wajah gugup Jimin, juga wajah datar Yoongi yang kini beradu pandang dengannya tanpa berkedip. Setelah adegan hujan-hujanan, Naeun mengajak keduanya ke apartemen untuk sekedar mengeringkan pakaian dan mandi. Anehnya, bahkan kedua lelaki itu tak menolak dan mengangguk mengikutinya.

Wajah polos dan rambut setengah basah gadis itu menarik perhatian Yoongi. Benar. Bahkan ia tak bisa mengalihkan pandangan.

Senyum gadis itu tampak normal. Tingkahnya juga hangat seperti gadis pada umumnya. Namun, terasa ada yang berbeda kala Yoongi mencoba menghujam netra teduhnya lebih jauh.

Gadis itu kesepian. Gadis itu seperti duplikat dirinya sendiri.

"Hyung! Jangan melamun!"

Jimin mendesah panjang. Menyenggol lengan Yoongi yang masih setia menghujani tatapan tajam pada Naeun.

Lagi, Jimin mendesah. Kali ini lebih panjang dan berat.

Hatinya berdenyut ngilu. Sejenak melempar tatapan nanar penuh arti pada Naeun, namun segera berpaling saat gadis itu hendak membalas tatapannya.

Ini sungguh sesak dan menyiksa.

Mengapa ia harus menyaksikan semua ini?

"Sepertinya kalian perlu berbicara berdua. Kalau begitu aku akan menunggu di luar," pamit Jimin segera beranjak.

Jimin hanya mengangguk dan tersenyum kecil kala Yoongi hampir menghujani tatapan tajam andalannya, yang tentu saja bermaksud mencegah tingkah Jimin. Namun, Jimin tak akan sanggup berlama-lama berada dalam situasi menyesakkan ini.

Senyum itu lagi.

Entah sudah berapa kali gadis itu mengulas senyum manisnya. Yoongi sampai hampir gila dibuatnya.

"Min Yoongi, benar?" Naeun kembali melontarkan pertanyaan, yang tentu saja segera ditanggapi anggukan oleh sang empunya nama.

"Belum terlambat jika ingin menarik kembali ucapanmu tadi sore, kalau saja tadi kau salah ucap."

Naeun tertawa renyah. Bisa saja kan tadi Yoongi hanya salah melontarkan pertanyaan? Atau bisa saja Naeun tadi salah dengar.

"Tidak. Aku serius dengan ucapanku." Yoongi berucap tegas, menatap lurus kedua netra Naeun, hampir saja memenjarakannya.

"Huh? Tapi kenapa? Aku masih tak mengerti." Naeun tersenyum kecil, walau hatinya kini mulai tak karuan. "Kita orang asing dan tak pernah saling mengenal," lanjutnya.

"Lalu, kenapa tadi kau mau menerima ajakanku?"

Naeun terkesiap. Merutuk dalam hati ketika teringat tingkahnya sendiri. Benar juga. Ia bahkan lebih gila karena menerima ajakan lelaki itu.

Ia gila.

Min Yoongi gila.

Dunia juga sudah gila.

Naeun tak mengerti. Apakah kini ia sudah berada dalam titik jenuh kehidupannya? Karena, bagaimana bisa ia dengan gampangnya menerima ajakan menikah dari orang asing.

Hening kini menyelimuti mereka. Masih dengan tatapan tajam Min Yoongi yang setia mengawasi setiap gerak kecil Naeun.

"Baiklah, aku akan jujur saja." Yoongi kembali membuka pembicaraan. Ia mengambil napas panjang beberapa kali sebelum melanjutkan ucapannya.

"Ayahku menyuruhku menikah. Namun, aku tak pernah dekat dengan gadis manapun."

Kedua alis Son Naeun terangkat tinggi mendengar penjelasan singkat itu. Benar-benar singkat dan tentu saja ... tak jelas.

Sangat tidak masuk akal!

"Lalu kenapa aku?"

Lontaran pertanyaan itu membuat Min Yoongi tergugu sesaat. Benar juga. Kenapa harus gadis itu?

"Karena kau gadis pertama yang memikat pandanganku."

Tidak.

Tidak mungkin Yoongi akan menjawab seperti itu, kan?

Sungguh itu picisan sekali! Sama sekali bukan tipikal Min Yoongi.

"Karena kau gadis aneh pertama yang kutemui hari ini."

Huh?

Naeun tak salah dengar, bukan?

Kedua alis gadis itu kini saling bertaut. Memikirkan keras maksud ucapan lelaki itu yang sepertinya kian melantur. Naeun menghempaskan napas panjang, namun setelahnya mengukir senyum manisnya kembali.

"Baiklah. Bagaimana kalau kita buat kesepakatan saja?"

"Kesepakatan?"

Naeun mengangguk. Memutar-putar ujung jari telunjuknya pada sisi cangkirnya pelan. Kedua netranya kembali menyambangi wajah tampan Yoongi dengan intens.

Lagi dan lagi, Son Naeun tersenyum.

"Ayo kita coba berkencan dulu tiga kali. Setelah itu baru kau bisa memutuskan apakah mau melanjutkan rencana pernikahan ini atau tidak. Bagaimana?"

Senyum miring terulas begitu saja di wajah Yoongi begitu mendengar tawaran Naeun. Bukan hal yang buruk juga. Tentu saja tak ada alasan baginya untuk menolak.

Min Yoongi mengulurkan tangannya dan langsung disambut hangat oleh Naeun.

"Okay, deal!"

"Mari saling bekerja sama nona Son!"



















Halo!

I'm so sorry for a very very late update (walau gak tau adakah yg mengikuti cerita ini atau enggak hehe)
But, I hope you all enjoy this story!^^

Kritik dan saran juga dukungannya sangat aku hargai❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marry A StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang