BROTHER

154 30 5
                                    

Park Jimin. Seorang anak SMA tingkat akhir yang kini sedang disibukkan dengan persiapan ujian masuk universitas. Ya, seandainya ia hanya sibuk untuk belajar sebagaimana siswa lainnya. Namun itu hanyalah mimpi bagi pemuda berbibir tebal itu. Jimin tidak terlalu sibuk untuk belajar, ia hanya sangat sibuk untuk menghindari orang-orang di sekolahnya.

Entah bagaimana cara kerjanya, siswa lain yang berpapasan dengannya pasti akan melakukan hal-hal yang tidak pernah Jimin bayangkan sebelumnya. Mulai dari menggeret paksa dan menguncinya di kamar mandi, memaksanya memakan sampah bekas makan mereka, hingga menaburkan bubuk cabai pada tubuhnya.

Gila memang. Jelas saja itu gila.
Awalnya Jimin bersekolah dengan baik dan cukup berprestasi. Hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang siswa lain bernama Jeon Jungkook yang mengubah semua kehidupan sekolahnya.

Sejak dirinya dan Jungkook bertemu sebagai teman sebangku, sejak saat itulah Jimin menaruh hati pada pemuda tampan itu. Namun dengan bodohnya Jimin ketahuan oleh siswi lain saat akan memberikan hadiah pada teman sebangkunya itu. Sayangnya siswi itu adalah Yeji yang merupakan pengagum Jungkook dan terkenal dengan si cantik tukang bully.

Mulanya hanya sekedar diledek dan dicemooh, namun semakin lama perbuatan Yeji dan kawan-kawannya semakin parah. Karena itu pulalah akhirnya Jimin pun pindah ke bangku paling belakang untuk menghindar. Jungkook yang tak tau apapun bingung dengan sikap Jimin yang tiba-tiba menjauh darinya tanpa mengetahui perundungan yang menimpa Jimin.

Siswa lain tak ada yang berani mengusiknya saat Jungkook berada di sekitarnya, namun saat Jungkook pergi kekejaman para siswa pun langsung tertumpahkan pada Jimin.
Sayangnya Jimin orang yang teramat baik sama seperti kakaknya. Ia tak mau mempermasalahkan perundungan ini dan membiarkan dirinya bertahan setidaknya sampai ia lulus. Jimin hanya butuh ijazah kelulusan dan masuk universitas dengan beasiswa demi untuk kakaknya. Selama bertahun-tahun ini kakaknya telah susah payah menghidupi dirinya. Jadi beberapa bulan dalam keadaaan seperti ini bukanlah apa-apa baginya.

Lagi, mata tajam itu menatap Jimin dengan awas. Entah apa yang pemuda tampan itu pikirkan tentang Jimin hingga melihatnya dengan tatapan yang sulit dimengerti. Jimin berusaha tak ambil pusing dan kembali menggeluti soal-soal miliknya. Tapi ternyata tatapan itu sangatlah terasa hingga membuatnya tak bisa konsentrasi. Akhirnya ia memilih mengerjakan soal-soalnya di perpustakaan.

“Heiii cupu mau kemana? Sok-sokan belajar mau apa? Biar pinter dan jadi dokter gitu?” wanita dengan rok kekurangan bahan atau panggil saja Lia mengambil buku soal milik Jimin dan merobek lembar demi lembar buku itu.

Seakan tak puas Yeji dan Yuna pun mendorong Jimin dengan kencang dan menendang kakinya hingga Jimin jatuh ke tanah. Hanya bisu yang Jimin berikan untuk ketiga siswi ganjen yang sekarang sedang merisaknya. Karena respon Jimin yang diam, Yeji menjambak rambut Jimin dan menyeretnya ke arah kolam tempat ikan-ikan dipelihara. Secara sengaja mengayunkan kepala Jimin ke sisi pinggir kolam hingga membuat kepala Jimin terluka.

Suara tawa yang terdengar seperti penyihir itu menutup kegiatan ketiga siswi itu. Meninggalkan Jimin dengan darah yang mengucur pada dahinya. Mau tak mau Jimin harus menggunakan seragam lain untuk pulang ke rumah agar kakaknya tidak khawatir.

“Hei kau! Ayo ke unit kesehatan sekarang. Luka di kepalamu itu harus segera dijahit jika tidak ingin kehabisan darah dan akhirnya kau mati. Ayo!!”

Jimin tak yakin dengan lelaki yang kini menarik tangannya ke arah unit kesehatan ini karena ia merasa asing dengan wajahnya. Siswa itu dengan begitu perhatian menunggu Jimin selesai diperiksa da dijahit lukanya. Ia juga menemani Jimin beristirahat di ranjang.

“Namamu Park Jimin, kan? Nama yang bagus tapi orangnya lebih bagus, hehehe” lelaki itu cengengesan sendiri dengan berbagai lelucon dan perkataan yang ia lemparkan sendiri.

Lama siswa itu berbicara dan memperkenal dirinya pada Jimin. Tak banyak informasi yang bisa Jimin serap karena kepalanya yang pusing membuat perkataan murid itu hanya mengambang di udara tanpa bisa masuk ke pikirannya. Yang Jimin tau lelaki itu bernama Kim Taehyung, seorang siswa pindahan di kelasnya dan selebihnya Jimin tak tau dan tak mau tau karena kepalanya benar-benar pusing sekarang. Ia sangat butuh untuk menyumpal mulut Taehyung dan pergi tidur.

“Bisa tidak kau diam atau kau lebih memilih untuk memperlebar mulutmu dengan pisau ini?” suara lelaki lain masuk ke dalam telinga Jimin.

Seorang siswa lelaki lain yang mengancam Taehyung dengan sebuah pisau bedah di tangannya. Tanpa membuka mata pun Jimin tau itu suara milik Jeon Jungkook. Setidaknya ia berterima kasih pada Jungkook karena akhirnya ia bisa tidur nyenyak tanpa ocehan Taehyung.

To be continued…..

F E I G NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang