Hari ini Hoseok harus berangkat lebih awal karena ini adalah hari Jumat, jadwal hari untuk bekerja sebagai bartender. Hoseok akan bekerja sebagai bartender pada hari selain Rabu karena pada hari itu adalah jadwalnya untuk melayani kebutuhan seks kliennya.
Hari masih sore dan matahari masih cukup terang menyinari tapi Hoseok harus berangkat kerja. Tak lupa ia menyiapkan lauk dan makanan kecil untuk adiknya makan dan camilan saat belajar nanti. Hoseok menempelkan catatan berwarna hijau neon di pintu kulkas mengingatkan pada adiknya agar tidak menyisakan makanan dan menghabiskan semuanya.
Tiba di tempat kerjanya, tentu saja Hoseok disambut oleh wajah Namjoon yang terlihat agak suntuk entah karena kurang tidur atau memang begitulah wajah Namjoon. Dengan luwesnya Hoseok menata seluruh perlengkapan yang akan dibutuhkannya di meja bar, mengelap gelas dan menata hal-hal lain yang tertangkap matanya. Semua kegiatan Hoseok tak luput dari pandangan mata Namjoon.
“Kamu mau melubangi aku pake laser dari matamu itu ya? Kenapa sih Joon, ayo sini cerita.” Hoseok mendekat pada sahabatnya yang terlihat tak baik itu.
“Gapapa kok. Cuma khawatir aja ama luka kamu kemaren.”
“Lebam kecil kaya gitu doang ih, lihat nih sekarang udah gak ada sama sekali” dengan santainya Hoseok menunjukkan bagian leher dan dadanya pada Namjoon.
Namjoon tidak masalah jika hanya ia yang melihatnya, tapi di klub ini banyak orang yang berseliweran dan banyak pula yang mencuri pandang pada tubuh Hoseok. Dengan cekatan Namjoon meraih pakaian Hoseok dan membetulkannya agar rapi dan tidak terlihat auratnya.
“Udah sana kerja. Jangan bikin masalah dan kerja yang bener. Awas kamu kalo bikin masalah bakal kuhukum.” Ancam Namjoon pada sahabatnya itu.
“Mau dong dihukum Namjoon!” usil Hoseok yang membuat Namjoon sedikit salah tingkah.
“Gila emang ya kamu.” Ledek Namjoon yang sebal pada Hoseok karena berhasil membuatnya salah tingkah. Ia pun beranjak ke arah kantornya dan meninggalkan Hoseok agar ia bisa kembali bekerja.
Jam buka klub malam itu telah berjalan dan semuanya terlihat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Begitu pula dengan para pelanggan yang kebanyakan masih menikmati minuman mereka dengan santai karena hari masih sore bagi mereka. Hoseok dengan cekatannya meracik minuman yang dipesan. Tak sedikitpun tangan itu terpeleset dengan licinnya botol-botol dan peralatan bar yang mengkilat karena ia mengelapnya terlalu bersih.
Kelihaian tangan Hoseok dalam bekerja tak luput dari mata tajam nan sendu milik seorang lelaki yang duduk tak jauh dari Hoseok. Tangan pucat itu diletakkan ke atas meja bar dengan bertumpuk berusaha senatural mungkin. Hoseok tidaklah bodoh, jelas ia tau siapa lelaki berkulit pucat yang hampir setiap hari datang ke bar itu.
“Hai. Kau butuh minum tambahan?” tawar Hoseok padanya.
“Gak kok. Ini masih ada sedikit.” Katanya agak kaget karena Hoseok yang mendekatinya.
“Gapapa. Untuk yang satu ini aku traktir.”
Hoseok menyuguhkan salah satu jenis minuman yang ia sukai karena warnanya yang indah, Sunrise Mocktail.
“Makasih traktirannya.” Yoongi mengangkat gelasnya seraya berterima kasih.
“Aku Hoseok, ya kamu bisa baca nametag ini sih,” Hoseok tersenyum memperkenalkan diri.
“Aku Min Yoongi, panggil aja Yoongi.”
“Kerjaan kamu apa? Sorry nih bukan gimana, tapi aku sering banget liat kamu disini hampir kaya setiap hari. Jadi ya penasaran aja ama kerjaan kamu.” Tanya Hoseok
“Aku polisi.”
Dua kata yang Yoongi ucapkan membuat Hoseok ternganga. Jelas saja bartender manis itu tidak menyangka bahwa orang yang hampir tiap hari mampir minum di bar tempatnya bekerja ini adalah polisi.
Yoongi adalah seorang polisi yang seringkali meluangkan waktunya untuk mengisi tenaganya dengan minum beralkohol. Bukan berarti ia pecandu, hanya saja tuntutan pekerjaannya yang berat menjadi penyebabnya. Adakalanya Yoongi harus terjaga selama tiga hari penuh tanpa tidur hingga membuat kepalanya sakit sekali. Pelariannya adalah ke minuman beralkohol yang akan membuat dirinya lebih ringan dan mudah melanjutkan aktivitasnya.
Awalnya Yoongi ke klub malam yang bernama RM club karena saran dari rekan kerjanya, katanya klub milik Namjoon sangat nyaman dan minumanna enak-enak. Jelas saja sebagai penyuka minuman beralkohol Yoongi pun penasaran.
Malam itu adalah pertama kalinya Yoongi berkunjung ke klub RM, dan memang tempatnya sangat nyaman dan lengkap. Bukan hanya lengkap dengan fasilitas, klub ini juga memiliki satu hal yang sedari dulu Yoongi cari. Akhirnya Yoongi menemukannya, seseorang yang menarik matanya agar selalu melirik pada wajah indahnya, seseorang yang tak pernah Yoongi kenal namun terasa sangat akrab. Oh tidak, Yoongi sepertinya sedang kasmaran di tengah hiruk pikuknya dunia malam dan pekerjaannya yang menumpuk.
****
Prang
Suara pecahan gelas yang terdengar membuat semua orang mengalihkan atensinya. Sumbernya adalah seorang pria mabuk dengan pakaian berantakan dan wajahnya yang babak belur. Semua berjalan menjauhi pria mabuk itu karena ia memegang sebilah senjata tajam berbentuk pisau yang cukup panjang.
Disaat semua orang sedang ketakutan, Yoongi yang notabene adalah seorang polisi langsung mendekat dengan perlahan. Mencari momentum untuk menenangkan pria mabuk itu hingga tak membuat masalah.“Dimana Kim Namjoon? Brengsek sekali cecunguk itu. Berani-beraninya si bangsat itu membuat mukaku babak belur begini. Heeiii, Namjoon keluar kau bajingan.”
Teriakan pria mabuk itu membuat Namjoon keluar dari kantornya, memandang remeh pada pria paruh baya yang sebenarnya tak berdaya itu. Namjoon dengan percaya diri mendekati pria itu, tak peduli atau mungkin lupa dengan kehadiran pisau yang mengacung ke arah dirinya.
“Sebaiknya kau pulang sekarang jika tidak ingin terjadi apa-apa dengan tubuh tuamu ini.” Ancam Namjoon dengan suaranya yang rendah membuat bulu kuduk merinding saat mendengarnya.
Yoongi melihat adegan itu sebagai kesempatannya untuk bergerak lebih dekat pada si pria mabuk. Tepat saat ia berada di belakang si pria mabuk, saat itulah pria mabuk itu mengayunkan pisaunya ke arah Namjoon. Untung saja Yoongi lebih cepat dengan menarik pria mabuk itu ke belakang dan mengunci tangannya. Namjoon yang melihat Yoongi melakukan penyelamatan hanya mengangkat alis kirinya naik. Jelas Namjoon tau bahwa lelaki yang menyelamatkannya bukan orang biasa melainkan polisi.
“Kau ditangkap atas tuduhan penyerangan dan pemicu keributan di fasilitas umum.” Yoongi memborgol tangan pria itu dan menelpon temannya agar menjemputnya.
“Terima kasih, Pak Polisi. Anda sudah menyelamatkan saya.” Ucap Namjoon basa-basi karena dirinya pun tau bahwa pria mabuk itu bukan masalah besar baginya.
“Bisa anda ke kantor polisi bersama saya untuk memberikan keterangan?”
“Tentu saja.”
“Aku ikut.” Langsung saja mata Namjoon menyiratkan ketidaksetujuannya dengan Hoseok.
“Gak!” tegas Namjoon.
“Aku mau ikut pokoknya. Ini kan juga kesalahan aku, Joon.”
Hoseok dan kekeraskepalanya adalah hal yang sangat sulit untuk Namjoon hadapi. Dirinya hanya bisa pasrah saat Hoseok akhirnya naik ke mobilnya menuju kantor polisi. Untung saja pemeriksaan hanya berjalan sebentar hingga Namjoon dan Hoseok bisa cepat kembali bekerja.
Diketahui bahwa pria mabuk itu adalah orang yang sebelumnya menyewa Hoseok dan menimbulkan lebam di tubuh Hoseok. Dengan kata lain pria mabuk itu adalah orang yang Namjoon hajar pada malam sebelumnya dan pria itu membalas dendam dengan caranya yang sangat lemah dan memalukan bagi Namjoon.
Setelah Hoseok dan Namjoon pulang, Yoongi menatap ponselnya dengan ujung mulutnya yang terangkat simpul.Tertera sebuah nama kontak ‘Sunshine’ berisikan nomor ponsel Hoseok yang tadi ia curi pada berkas acara.
Dasar bucin.
To be continued…..

KAMU SEDANG MEMBACA
F E I G N
FanfictionHidup yang memaksa Hoseok harus bekerja keras lebih dari biasanya. Dengan bantuan sahabatnya, Hoseok pun mendapat pekerjaan dengan gaji yang cukup untuk dirinya dan adiknya. Namun di kemudian hari, satu per satu kenangan dari masa lalu yang tak pern...