Prolog

11 5 0
                                    

Hosh

Hosh

Hosh

Deru nafas dengan langkah kaki kian mencepat, sekali-kali ia menengok ke belakang berharap sosok itu tak lagi mengikutinya. Di jalan yang sepi dan hanya di terangi bulan membuat ia beberapa kali tersandung. Langkahnya memelan mendapati sosok itu tak lagi mengejarnya.

"Hai manis!" seruan itu membuat ia terloncak kaget.

Pria berperawakan tinggi dengan kulit putih pucat, rambut hitam, serta kedua mata merah menyala di kegelapan dan jangan lupakan taring yang siap menggigitnya.

"Ja-jangan mendekat," si gadis berjalan mundur dengan kedua tangan terulur ke depan. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya, ketakutan akan mati dibunuh oleh sosok didepan.

"Hei jangan takut! Aku tidak akan melakukan apapun. Aku hanya ingin darahmu saja," lanjutnya menyeringai.

"TIDAK! TOLONG!! TOLONG AKU!!!" ia berbalik berlari menjauh.

Namun, ia kalah cepat dengan sosok itu yang kini menghadang jalannya.

"Eits jangan lari sayang, kita belum bersenang-senang! Hahahaha!"

"Kumohon, jangan, jangan bunuh aku hiks...hiks,"

"Jangan menangis, karena itu tidak akan membuat tekadku goyah untuk menghisap darahmu." Dengan cepat  ia memegang tekuknya, menyibak rambut pirang lalu menggigit pada leher itu dengan hisapan kuat membuatnya lemas karena darah yang terus disedot tanpa henti.

Ia ambruk, dengan detak jantung tak berdetak lagi pertanda bahwa gadis itu sudah mati. Sementara si penghisap darah menjilati bibirnya yang masih terdapat sisa cairan merah segar dari si gadis.

"Darah manusia akan slalu terasa enak," ucapnya dengan kedua mata memancarkan rasa puas.

TBC

WolfgangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang