"Makanlah ..." Yura menyerahkan sebungkus cookies kepada Lily. "Terima kasih!. Cookies adalah makanan kesukaanku" Ujar Lily senang. Yura mengangguk. Senang melihat sahabatnya gembira.
"Jadi, kau mau bicarakan apa Yura?" Tanya Lily sambil mengunyah cookies nya perlahan lahan. "Sebenarnya, aku tadi penasaran kenapa Lucy murung sedari aku bangun," Lily mendongak tak percaya. "Lucy murung? Jadi, dia tidak memarahi mu karena bangun telat!?" Lily sedikit berteriak. "Ya. Lucy bilang, ia sedang stress karena omelan Nyonya Winny tadi pagi pagi sekali," lanjut Yura. "Kenapa? Apa karena Lucy lupa mengantarkan pai pesanannya? Aku pernah mendengar darimu kalau Nyonya Winny juga adalah pelanggan terbaik Lucy," tebak Lily. Yura dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Bukan! Bukan itu. Lucy tidak pernah telat mengantarkan kue nya kepada pelanggannya" "Lalu?" "Nyonya Winny kehilangan anaknya. Joy." Yura cepat cepat menunduk memandang sepatunya. "Joy? Dia anak Nyonya Winny? Kapan dia menghilang?" "Entahlah. Yang pasti, Joy di perintah untuk membawa susu di depan rumah. Kau tahu kan? Albert yang selalu mengantar susu. Dia selalu datang pagi pagi sekali. Jadi mungkin Joy menghilang pagi pagi sekali dan kurasa, Nyonya Winny baru menyadarinya ketika aku bangun". Jelas Yura. "Jadi, maksudmu, Joy menghilang saat membawa susu?. Kurasa, paman Albert lah yang seharusnya menjadi tersangka. Dan... Kenapa Lucy?" Lily semakin keheranan. "Lucy sedang mengantar pesanan kepada tuan Tom di lantai 2. Dan Lucy satu satunya orang yang berkeliaran di sana. Jadi, nyonya Winny langsung menyalahkannya karena tidak teliti melihat keadaan di sekitarnya," "Lucy yang malang...." Gumam Lily. Yura menyetujui perkataan sahabat nya itu.
"Tapi kurasa memang benar. Kalau rumah Nyonya Winny ada di lantai 3. Sudah pasti, pencuri itu kabur melewati tangga lantai 2 kalau misalkan tidak memakai lift. Dan seharusnya, Lucy melihat kejadian itu!" Seru Lily. "Kau benar Lily!.. sungguh tidak terpikir olehku." Puji Yura yang sedari tadi berpikir. "Ya. Kau harus tanyakan itu pada Lucy," saran Lily. "Tunggu, jangan sekarang Lily. Kalau aku langsung menyalahkan nya, ia akan mengamuk. Kita pikirkan duku baik baik sebelum bertindak," bantah Yura. "Ah, kau memang selalu benar. Kepintaran mu dalam hal begini patut di akui semua orang!" Kini giliran Lily yang memuji. Yura tersenyum.
Sudah beberapa menit mereka berdua berpikir sambil memakan cookies dari Lucy.
**
"Apa! Jadi, kau menuduhku ya? Sudah kubilang jangan membuatku kesal sekarang!" Ujar Lucy ketika Yura dan Lily menanyakan hal itu kepadanya. Setelah beberapa lama, mereka tidak menemukan jawaban apa-apa. Jadi, mereka memutuskan untuk menanyakan hal itu langsung pada Lucy. Dan benar saja, dia marah.
"Jika Nyonya Winny juga tidak tahu kapan anak nya menghilang, bagaimana kalian bisa menyalahkan ku?. Dan aku juga kadang tidak peduli waktu!" Kata Lucy. "Tenang Lucy. Kami tidak menuduh. Kami hanya bertanya. Kalau begitu, kami akan kembali ke halaman" Lily berusaha melerai. Lucy hanya mendengus lalu meninggalkan mereka berdua. "Sungguh tidak bisa di harapkan." Gumam Yura kesal. "Sudahlah.... Kita kembali ke halaman. Menyalahkan seseorang tidak membuat kita bisa menemukan Joy," ucap Lily. Tiba-tiba Yura memekik. "Ah! Kau mau mencari Joy?!" Tanya Yura bersemangat. "Aku kasihan dengan Nyonya Winny. Tapi aku juga tidak mungkin bisa mencari Joy," jawab Lily. "Lupakan! Sekarang, kita cari Joy untuk menyenangkan Nyonya Winny. Kau setuju?" Usul Yura bersemangat. "A... Aku tidak yakin," Lily terbata-bata. "Ayolah! Aku mohon... Kita bisa menemukan Joy, aku percaya," bujuk Yura. Lily nampak tak yakin.
**
"Rencananya, kita akan mengunjungi pabrik makanan di kota ini. Tidak jauh. Hanya sekitar 2 kilometer. Kita akan bersepeda ke sana. Kalau kita tidak menemukan Joy, kita akan ke peternakan susu tuan Albert. Kau ingat kan?" Saran Yura. Lily mengangguk-angguk. "Kapan kita akan pergi?" Tanya Lily sedikit bersemangat. "Sekarang! Kita siapkan bekal di jalan nanti. 10 keping sandwich sudah cukup bukan?" Yura beranjak dari duduknya. "Ya. Tapi jangan sampai Lucy tahu. Kita harus pulang sore hari. Ingat! Ibuku berpesan seperti itu. Hanya mencari Joy. Kalau tidak ada, kita kembali," pesan Lily khawatir. "Serahkan saja padaku!. Aku akan membawa beberapa anak panah dan busurku. Siapa tahu butuh kan?" Yura tampak membenahkan peralatan panahnya."Jangan seperti itu! Aku harap, kau tidak akan mengeluarkannya sampai perjalanan kita usai" harap Lily. Yura tertawa sangat keras. "Kau ada-ada saja. Ayo, kita berangkat sekarang!"
**
Bersambung
Segitu dulu ya😅 jujur, belum kepikiran gimana kejadian selanjutnya. Baca bab 4 nya sampai tamat ya..
Thanks 😋
Lop lop buat kalian!
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST CHILD
AdventureHello All! . . Karena ini cerita pertama aku, maaf kalo ada salah kata atau semacam typo yaa... Dilarang copy paste pren karena ini hasil kerja keras aku sendiri hehehe😊 moga kalian suka ama ceritanya meskipun agak ngabrut dan mungkin gak nyambun...