Awal Mula Petualangan

4 0 0
                                    

Lucy sedang di rumah Nyonya Winny. Yura dan Lily segera mengendap-endap keluar rumah. Untung saja, Lily membawa sepedanya. Jadi, mereka bisa langsung berangkat.
"Tunggu, kurasa lebih baik kita mengajak Annie. Aku tidak tahu dimana letak pabrik itu kalau bukan bertanya pada orang orang. Aku takut, mereka melarang kita untuk ke sana," saran Yura. "Kalau begitu, cepat! Kita tidak punya waktu lama," Lily mengayuh sepedanya secepat mungkin.

"Kalian mau ke pabrik?" Annie yang masih mengantuk memandang kami berdua. "Serius?" Tanyanya lagi. "Kami serius Annie! Ayolah, ibumu kan sedang pergi!" Bujuk Yura tak sabar. "Okelah kalau begitu. Tapi ..." "Tapi apa?!" Serobot Lily. "Aku tidak punya sepeda. Di antara kalian harus ada yang membonceng aku," Annie tersipu. "Ya ampun! Baiklah, naik ke sepedaku cepat!" Seru Lily. Dia panik sekali karena hari hampir sore. Yura tertawa terbahak bahak. Mereka memulai perjalan mereka.

"Belok kemana selanjutnya Annie?" Tanya Yura sambil tetap memfokuskan pandangannya ke depan. "Belok kiri kalau tidak salah. Ah tidak, belok kanan kurasa," jawab Annie ragu-ragu. "Yang bener dong! Kalau sampai tersesat bagaimana?" Omel Lily. Mereka memberhentikan sepedanya untuk berpikir. "Bagaimana kalau kita berpencar? Seorang ke kiri dan dua orang ke kanan?" Usul Annie. "Jangan! Bisa bahaya kalau kita berpisah. Aku belum pernah mengunjungi tempat ini sama sekali," bantah Yura. "Terus bagaimana Yura? Tak ada cara lain. Hari sudah mau malam..." Lily memandang langit yang hampir gelap. "Tenang Lily. Masih ada cara. Pertama kita belok kanan, kalau tidak ditemukan apa-apa kita balik arah," "Apa kita bisa ingat jalan mana yang kita tempuh?" "Tentu saja bisa!" Jawab Yura.

"Teman-teman, kenapa perutku lapar sekali ya?" Annie memegang perutnya. "Kurasa, karena kita belum makan siang!" Yura tiba tiba-tiba tersadar. "Astaga! Kita sampai melewatkan makan siang kita. Jangan sampai ibuku tahu," ucap Lily. "Jangan sampai juga Lucy tahu," timpal Yura. "Kita membawa beberapa sandwich tadi. Ayo kita makan!" Yura membuka tas nya. "Untung juga ikut denganmu. Aku jadi bisa mendapatkan makanan gratis!" Ujar Annie tertawa.

**

Hari sudah gelap. Namun, ketiga teman itu masih mengayuh sepedanya secepat yang mereka bisa. "Kita salah jalan!" Seru Annie. "Seharusnya kita tadi belok kanan!" Lanjut nya. "Kalau begitu kita putar balik. Semoga saja kita bisa kembali sebelum malam larut," harap Yura.
Setelah berapa lama, mereka sampai di depan gerbang sebuah bangunan. Tidak lain dan tidak bukan, itu pabrik makanan tujuan mereka yang pertama.

"Ayo cepat turun!" Suruh Lily kasar. "Santai saja. Aku juga turun kok," gerutu Annie. "Bagaimana kita bisa membukanya? Pintunya di gembok dan terbuat dari baja." Yura berusaha mendorong pintu tersebut. Tapi tentu saja tidak bisa. "Kita pikirkan cara lain," Gumam Lily. "Tidak perlu! Satu satunya cara adalah memanjat. Ayo, aku yang pertama. Kalian, tolong bantu aku," Yura mempersiapkan posisinya untuk memanjat. Gerbang itu memang tidak terlalu tinggi dan bisa dipanjat.

"Yang bener dong! Aku takut jatuh nih..." Tiba giliran Lily yang memanjat, dia terus mengomel. "Ayo Lily! Aku tangkap kamu disini!" Seru Yura. Setelah Lily dapat melewati gerbang, gantian Annie yang memanjat. Tak perlu dibantu! Annie bisa memanjat sendiri. "Kau hebat Annie!" Puji Lily terkagum kagum. "Itulah mengapa aku sering terakhir kalau urusan seperti ini," Annie tersenyum bangga. Yura memasang muka tidak suka. Ia lebih pintar memanah daripada Annie. "Ayo, sebelum semakin malam," ajak Annie bersemangat.

Yura kemudian mengeluarkan senter yang dia bawa. Dia hanya bawa satu karena takut dimarahi Lucy. Dia selalu mengomel jika ada barang yang hilang dan itu membuat Yura sangat kesal.

"Yura, kau duluan,"

"Seperti nya tidak ada orang," gumam Lily merasa takut. Buku kuduknya berdiri. "Siapa tahu! Kita buka pintunya." Pintu ternyata tidak di kunci. "Mungkin ada orang. Tapi, mengapa lampunya tidak menyala?" Tanya Lily heran.

Di dalam sangat gelap. Lily berusaha mencari-cari saklar lampu. Penerangan hanya dari senter Yura. "Oh tidak!" Bisik Yura. Senternya mati. "Pabrik ini besar! Kita tidak bisa mengelilingi nya kalau tidak ada penerangan!" Gerutu Annie. "Aku tahu, aku tahu. Tapi bagaimana lagi?" Yura mendesah kesal. "Kau payah sekali, bawa senter yang begituan..." Annie mencibir. "Sudahlah ... Kalian ingat tujuan kita kesini kan? Ayolah," lerai Lily.

Yura mengeluarkan panah nya. "Kau mau apa Yura?!" Annie terlihat sangat panik. "Diamlah. Aku sedang konsentrasi!" Ujar Yura sedikit kesal. Panah Yura meluncur jauh.

KLANG!

"HEI SIAPA KALIAN!"

BERSAMBUNG
.
.
.
segitu dulu ya ... 🤗
Baca bab 5 nya juga dong, thanks...

LOST CHILDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang