Chap I -
Katanya, saat kita berdoa Iblis pun turut mengamini.
┉
Seoul City, sekarang...
Jimin memelankan langkahnya, buru-buru menghampiri wanita ditengah ruangan. Keributan yang awalnya terdengar dari dalam seketika meredup tatkala kaki Jimin memasuki ruangan. Rasanya ruangan ini tidak lagi seperti dulu meski wanita berambut pendek juga berada ditempat yang sama dengannya. Ia mengedarkan pandangan berusaha meraba keadaan, memperhatikan tatapan orang-orang yang berkumpul mengerubungi mereka. Setiap langkah yang dia ambil terasa berat tatkala wanita berambut pendek didepannya menggerakan jari telunjuk mengarah padanya.
"kau menjijikan". Ujarnya wanita itu pelan.
Hanya dengan mendengar dua kalimat itu tapi badan Jimin sudah bisa dibuat remuk, hatinya apalagi. Deru napasnya seakan terputus, ia terhenti dari langkahnya, mengerjap tak percaya dengan ucapan wanita berambut pendek. "Minjeongie, a-apa yang baru saja kau katakan?". Dia berujar sembari berusaha menggapai tangan wanita berambut pendek.
"Jangan mendekat, ku mohon jangan mendekat!". Isaknya, air mata yang awalnya dia tahan akhirnya meluncur memandangi wanita berambut panjang yang baru saja dia hancurkan hatinya. "Aku tidak menginginkan ini"
Jimin segera memahami situasi, matanya melihat satu persatu orang-orang yang berada didalam ruangan, tatapan mereka menyengat hati dan harga dirinya. Seakan mengutuknya dalam pikiran mereka masing-masing, beberapa orang mulai memecah kerumunan dan memeluk Minjeong berusaha melindungi wanita berambut pendek dan menenangkannya.
Dia memegang kepalanya, yang seketika terasa sangat pusing.
"Yah! Yoo Jimin!! aku tidak menyangka". Salah satu pria bertubuh tambun berjalan keluar dari kerumunan, mendekatinya dan mendorong bahunya kasar. "Haruskah sampai sejauh ini? Tsk.. sejak awal kau memang aneh".
"Menjijikan". salah satu dari kerumunan lain mulai bersuara lebih lantang, memicu kemarahan yang lainnya. Mereka seakan setuju dengan pernyataan itu.
Namun entah mengapa kalimat itu lebih terasa membakar dirinya saat Minjeong yang mengucapkannya. Terasa ribuan belati tajam menghunus tubuhnya.
Bisikan yang sengaja mereka utarakan, sumpah serapah yang keluar dari bibir mereka dan tatapan menghardik itu membuat Jimin mundur perlahan, ia menutup matanya berharap ini salah satu mimpi buruk yang terasa nyata, namun tamparan keras di pipi kirinya membuyarkan lamunannya.
"Kau masih tidak pergi dari sini?".
Detik itu juga tubuhnya diapit oleh dua wanita lain, menyeret paksa dirinya keluar dari ruangan itu. Dia tidak bisa berpikir jernih, tenaganya seakan dikuras habis-habisan. Ia bahkan tidak diberi kesempatan untuk bertanya apa yang sebenarnya telah terjadi kepada wanita berambut pendek, hal terakhir yang dia lihat hanyalah guratan dan tatapan sedih Minjeong yang ditujukan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
pétillant
Romance"Minjeong sudah tiada....". Kalau bisa diubah, apakah aku mau mengubahnya? setiap hal yang membuatku menyesali hidup." Seandainya bisa di ubah? "Ya, aku berharap bisa mengubahnya" Dalam sekejap Yoo Jimin mendapati dirinya kembali ke-enam tahun lalu...