"HILAR CEPATLAH SEDIKIT! KITA BISA TELAT KAMU TAHU?"
"IYA IYA! RANU TUNGGULAH SAHABATMU TERCINTA INI!"
Perdebatan dua orang yang katanya bersahabat itu tidak kunjung usai. Ranu berkacak pinggang di depan Hilar.
"Kamu tidak bisa berjalan lebih cepat kah? Ini sudah jam berapaaa Larr??" Ranu mulai merengek, dia lelah dan emosi. Hilar benar benar berjalan seperti siput.
"Eyy jangan menangis, mau berlari?" Tanya Hilar jahil sembari mengangkat kedua alisnya.
Ranu mengucek mata, lalu mengangguk patah.
"Bagaimana kalau kita berlomba? Yang kalah membelikan coklat payung 3 biji?" Tantang Hilar.
Ranu hanya diam sembari berusaha tetap berpikir, tangannya ia angkat di dagu sebelah kanan.
"Bagaimana? Sekarang kenapa kamu yang lama Ranuuuu, cepatlah kita bisa terlambat!" Desak Hilar.
"YASUDAH LAH." Pasrahnya.
Hilar tersenyum jahil, menatap sahabatnya yang masih saja mudah dibodohi. Sudah tidak terhitung keberapa kali Ranu terkena jebakan batman Hilar.
Pernah satu hari Ranu menangis keras saat Hilar dengan sengaja menaruh kecoa yang sudah mati kedalam tasnya. Sebenarnya Hilar membakarnya kemarin saat kecoa kecil dan menyebalkan itu masuk ke dalam kamar sempitnya.
Daripada terbuang sia sia Hilar taruh saja kedalam tas Ranu.
Tapi sepertinya itu bukan ide yang bagus, Ranu tidak mau berbicara kepada Hilar selama satu minggu. Anak itu mengunci mulutnya rapat rapat jika berpapasan dengan sahabat sejatinya yang kerap mengganggu.
Akibatnya Hilar meminta maaf terus menerus, ia mengintili kemanapun Ranu pergi. Jika Ranu kesana, Hilar juga kesana. Jika Ranu kesini, Hilar juga kesini.
Bahkan jika Ranu hanya sekadar maju satu langkah, Hilar juga ikutan maju satu langkah.
Dasar bocah.
"Ranu aku turut prihatin kepada kamu, nanti kalau ada orang yang memberikan permen jangan diambil ya?" Tutur Hilar ceria sembari menepuk bahu Ranu.
"HA?"
"BYE SAHABAT!"
Ranu membelalakan mata terkejut saat tiba tiba Hilar berlari mendahuluinya bahkan tanpa aba aba. Hei apa apa an ini? Curang! Ranu tidak suka.
"HILAR KAU MENYEBALKAN, TUNGGU AKUUU!"
Nafas Hilar tersenggal, ia berjongkok untuk menetralisir cara kerja jantungnya.
Hilar sudah didepan sekolah sederhana bertuliskan 'SD NEGERI 7 BANDUNG.'
"INI TIDAK ADIL, R-"
"RANU TIDAK SUKA!"
Hilar memasang tampang yang menyebalkan, ia sudah sangat hapal dengan kata kata yang sering dilontarkan seorang Ranu.
'Ranu tidak suka.'
Jadi apa ya kau suka Ranu? Semuanya tidak suka, semuanya tidak suka.
"ITU DIALOG KU HILAR!" Ujarnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bandung dan Kisahnya
FanfictionUntuk Damara, Bandung dan cerita. "Aku membenci Bandung, aku membenci kisah hidupku yang terkesan menyedihkan di kota ini." "Termasuk kisahmu dan kisahku?" "Itu pengecualian Ra." "Kenapa?" "Cinta."