Kejutan tak terduga

111 8 2
                                    

Happy reading!

"Mama datang, mom?" Tanya Queen ceria dan memeluk Helena.

"Yes!" Jawab Helena membalas pelukan hangat tersebut.

"Assalaamu'alaikum!" Helena berbalik dan melihat siapa yang mengucap salam, Gus Alfi dan orangtuanya.

"Wa'alaikumussalam," jawab orang-orang di sana.

"Ini Umi-Abi." Ucap Gus Alfi memperkenalkan orangtuanya. Helena menyalami tangan mertuanya itu, Umi memeluk Helena layaknya anak sendiri.

"Gimana anak Umi?" Tanya Umi Mashita.
"Banyak tingkah nggak?" Helena terkekeh mendengar pertanyaan itu dan menatap suaminya.

"Anak Umi baik dengan Helena, Helena senang jika bersama Gus Alfi." Jawab Helena dengan baku, bagaimanapun juga ia belum terlalu bisa mengucapkan bahasa Indonesia non-baku.

"Kamu emang gunain Indonesia baku, nak?" Tanya Umi, Helena mengangguk sebagai jawaban.
"Umi jadi nggak enak kalo nanggapin pakai non-baku." Lanjutnya.

"Ah nai nai Helena yang merasa tidak enak karena tidak bisa bicara santai dengan Umi, maaf!" Helena melambaikan tangannya, Gus Alfi terkekeh mendengar ucapannya yang seperti orang Belanda.

"What?" Helena mengernyit heran melihat suaminya terkekeh.

"Ah nai nai!" Gus Alfi melambaikan tangannya sama seperti yang dilakukan Helena.

"You imitate me to mock me!?" Helena memukul dada bidang Gus Alfi membuat sang empu tersenyum lebar. Umi-Abi yang melihat kedekatan anak dan menantunya itu tersenyum.
(Kamu meniru ku untuk mengejekku!?)

"Yasudah, kami masuk duluan, ya? Assalaamu'alaikum!" Pamit orang tua Gus Alfi.

"Wa'alaikumussalam," pandangan Helena mengikuti arah langkah mertuanya hingga Helena membelakangi Gus Alfi, Gus Alfi menepuk bahu kiri Helena pelan lalu wajahnya pindah ke bahu kanannya, Helena tak tertipu ia mengikuti gerakan Gus Alfi, ia menoleh pada bahu kanannya yang sudah dihinggapi oleh sang suami itu.

"Kok tahu sih?" Tanya Gus Alfi, Helena hanya tertawa pelan mendengar nada kesal Gus Alfi. Helena mencium pipi kanan Gus Alfi.

"Ekhem ekhem! Assalaamu'alaikum?" Ucap dua orang dibelakang mereka, Ummi Fatma dan Abi Hisyam.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah wa barakaatu," mereka menyalami tangan orang tua Helena.

"Ummi!" Pekik Ainun, Siska, Queen dan Rabel. Keempatnya berlarian ke arah Ummi Fatma.

"Heh!" Peringat Helena, mereka cengengesan sambil memelankan langkah ke arah Ummi Fatma lalu menyalami tangannya.

"Abi!" Mereka tanpa Ainun, menyatukan tangan didepan dada untuk menyapa Abi Hisyam, Abi pun melakukan hal yang sama.

"Wah! Ukhti-ukhti yang cantik sekarang makin cantik tertutup rapi, Ummi suka, Ummi seneng liatnya!" Mereka berempat memeluk Ummi Fatma, sedangkan Helena lebih memilih memeluk Abi-nya.

"Abi tidak ada pekerjaan!?" Tanya Helena.

"Ada, tetapi Ummi mengajak Abi, so Abi turuti saja daripada nantinya Ummi kamu tidak mau bicara dengan Abi." Helena menghela nafas berat dan menggeleng pelan mendengar ucapan sang Abi.

"Oh iya, Abi. Di Surabaya juga ada perusahaan cabang milik Abi," ucap Helena memberitahu.

"Siapa yang mendirikan?" Tanya Abi Hisyam.

"Helena, did you forget?" Tanya Helena.

"Akan Abi gunakan besok," Helena mengangguk menyetujuinya.

It's okay to be okay!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang