"Aaaghhh!! Sial!" Oikawa menghantam dinding dengan kepalan tangannya, suara keras itu bergema di lorong kosong. Kamu mengamatinya dari kejauhan, tapi ini bukan pertama kalinya kamu menyaksikan amarah yang meledak-ledak itu. Kamu tahu, itu bukan urusanmu. Kamu bukan tipe orang yang suka mencampuri masalah orang lain. Namun, ada sesuatu yang mendorongmu kali ini.
Dengan langkah santai, kamu berjalan menuju mesin minuman. Setelah beberapa detik, kamu kembali, membawa dua kaleng soda di tanganmu. Tanpa banyak kata, kamu menyerahkan salah satunya padanya. Sebuah tindakan yang, sejujurnya, bertolak belakang dengan prinsipmu.
Oikawa menoleh, tatapannya bertemu denganmu. "Maaf aku bersikap acuh," ucapmu, berdiri di sampingnya, mencoba mengisi kekosongan di antara kalian.
Dia menerima soda yang kamu ulurkan, diam sejenak sebelum meneguknya. "Aku juga sering mengacuhkanmu," gumamnya. Setelah jeda singkat, dia melanjutkan, "Kenapa saat aku seperti ini, selalu kamu yang melihatnya?"
Kamu mendesah pelan, lalu memilih duduk di bangku panjang tak jauh dari tempat kalian berdiri. "Jadi, bagaimana perasaanmu sekarang?" tanyamu tanpa basa-basi.
"Kacau," jawabnya singkat. Tatapannya menerawang. "Rasanya seperti aku membenci segala hal."
Kamu mendongak, menatap langit malam yang gelap namun menenangkan. "Gadis mana yang begitu memenuhi pikiranmu sampai membuatmu seperti ini?"
Oikawa terkekeh kecil, tawa sarkas menghiasi wajah tampannya. "Mana mungkin pikiranku dipenuhi oleh seorang gadis?" balasnya dengan nada ringan.
Kamu menoleh padanya, memasang ekspresi skeptis. "Eh, padahal semua gadis di sekolah ini mendambakanmu, loh."
Dia mengangkat alis, matanya menyipit sedikit, seolah sedang menilai reaksimu. "Kamu juga?"
"H-hah? Tentu saja tidak!" balasmu cepat, nada suaramu sedikit meninggi. Kamu memang tidak seperti gadis-gadis lain yang mengidolakan Oikawa, tapi pertanyaan itu tetap membuatmu salah tingkah. Berusaha mengalihkan, kamu berucap, "Kau tidak boleh terlalu menyukai satu hal saja. Kau harus membaginya dengan hal lain. Jadi, kalau kau merasa marah atau kecewa akan hal itu, kau tidak akan sampai membencinya."
Oikawa mengangguk pelan, seolah mencerna kata-katamu. "Jadi aku harus menyukai sesuatu selain bola voli?"
"Tidak harus," katamu sambil mengangkat bahu. "Hanya... coba pikirkan sesuatu yang lain."
Ia memiringkan kepala, matanya kini memandangmu dengan intens. "Kalau begitu, bagaimana kalau aku memikirkanmu?"
Kamu tertawa kecil, suara tawamu memecah keheningan. "Kau ingin menjadikanku pelampiasan? Tidak masalah. Aku setuju."
Oikawa menatapmu, seringai kecil menghiasi wajahnya. "Baiklah," katanya dengan nada ringan, "mulai sekarang, kalau aku marah, aku akan memikirkanmu."
Dan untuk pertama kalinya malam itu, kamu merasa kalimatnya bukan hanya lelucon-rayuan yang biasa ia lontarkan pada gadis-gadis lain yang mengidolakannya.
๑๑๑๑
Beberapa hari sejak kejadian itu, dan Oikawa kembali kehilangan kontrol emosinya. Kali ini ia marah karena performanya di lapangan tidak sesuai ekspektasi. Ia gagal melakukan beberapa operan dan latih tanding yang jauh dari kata memuaskan. Saat itu juga, ia memikirkanmu. Entah kenapa, wajahmu yang muncul di benaknya mampu meredam kemarahannya. Seolah ada ketenangan yang mengalir hanya dengan memikirkanmu.
Hingga suatu saat ia melihat sesuatu yang mengusik hatinya. Dari kejauhan, ia melihatmu berjalan bersama Kunimi. Percakapan santai kalian terdengar samar di telinganya, tapi cukup untuk membuat emosinya bergejolak.
![](https://img.wattpad.com/cover/312818365-288-k116367.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AU Oneshoot's Haikyuu Chara x Fem Reader🔞
FanfictionHALU RANDOM WITH HAIKYUU CHARA BUT STILL DIRTY JANGAN LUPA VOTE YA CINGTAHH BACA DOANG LU TINGGAL SEKALI KLIK AE SUSAH AMAT VOTE KOMEN JUGA GAUSAH DIFOLLOW GPP DAH EH BOONGAN, FOLLOW YA MANIEZZZ😙❤