Lahir dalam peta, ingatnya akan masa lalu juga ialah mimpi yang hanya mewujud kertas lipat.
●
"Aku pernah ke laut sekali. Samudera yang megah berayat dalam hembusan. Biru. Aku dipanggilnya, untuk berlayar ke balik ombak. Barangkali, ke tempat kelahiranku."
●
Dalam tidur, ia adalah kebun. Bunga yang mekar pada tanaman rambat menyebulkan serbuk sari yang menjelma mata. Terbang ia mencari dan memilah memori yang nyata, di tengah berlembar mantra yang hanya dibisikkan berkali-kali tapi berniscaya menjadi masa kecil dan sepeda roda tiga yang ia kenang dengan berharga. Tapi memori adalah halusinasi.
●
"Aku pernah ke laut sekali. Samudera yang megah berayat dalam hembusan. Biru. Aku dipanggilnya, untuk berlayar ke balik ombak. Barangkali, ke tempat kelahiranku."
●
Pun bumi pernah bulat. Hukumnya juga masih mengadili jatuhnya batu dalam gravitasi, atau membelahnya ragi dalam roti di sini. Kisah itu nyata, dalam sejarah yang paling berantah, satu jengkal cahaya dari gapaian jemari.
●
"Aku pernah ke laut sekali. Samudera yang megah berayat dalam hembusan. Biru. Aku dipanggilnya, untuk berlayar ke balik ombak. Barangkali, ke tempat kelahiranku."
●
"Apa benar bumi dijejak di punggung kura-kura?" Ide bercucuran dari ibu-ibu yang mulai tua. Intuisi mereka bicara, ada yang kurang bulat dalam bumi yang katanya bulat. Mereka anak-anak yang mengenal kampung halamannya.
Tapi kura-kura makan apa? Bagaimana ia hidup selamanya? Kalau berjalan, bagaimana bintang bulan dan matahari harus berlari mengejar bumi? Kura-kura terpilih karena punggungnya meja, tapi bahwa pemilihan hewan lain tidak masuk akal bukankah menjadikan kura-kura tidak masuk akal juga? Apa kura-kura lokal sini akan besar dan menumbuhkan kehidupan kecil juga di karapasnya? Apa magma tidak mematangkan darahnya? Mana bencana, waktu ia tidak sedang mematung diam layaknya sesuatu yang bukan kura-kura?
Demikianlah ibu-ibu itu menyudahi bersit tanya ini, kemudian menutup mata dan tak bangun lagi.
●
Dan buku-buku yang terbakarlah yang menyembunyikan jawaban. Bayi-bayi yang lahir tanpa contekan dari leluhurnya, akan membuat lazim yang baru. Mengapung di udara, adalah jawaban yang nanti akan mendudukkan mereka di tengah hampa yang tak hingga, bahwa mereka tak bisa pulang, tidak nanti, tidak sekarang.
●
Diagram alir pengawetan planet:
1. Kepunahan planet dikalkulasi dengan model prediktif
2. Profil dan konformasi atom permukaan direkam dan dikalibrasi pada satu waktu sebelum fase eksponensial kehancuran planet
3. Bidang bulat diproyeksi pada permukaan datar
4. Informasi lokal yang secara fisik berbeda dengan realita baru replika dihapus atau disesuaikan tanpa intervensi signifikan pada karakter profil informasi planet
5. Informasi diatur untuk mencegah makhluk planet keluar/mencapai ujung replika/ memperoleh informasi mengenai kondisi luar replika
6. Data makhluk hidup dan informasi mengenai makhluk hidup pada kutub yang diproyeksi menjadi ujung replika dihapus
7. Dilakukan simulasi replika in silico
8. Ruang kerja dikarantina
9. Benda mati direplikasi dari inti planet ke permukaan
10. Benda hidup direplikasi dari kulit ke inti
11. Dilakukan enyesuaian lingkungan eksternal dan iklim replika dengan kondisi asal planet atau penyesuaian informasi lingkungan planet dengan kondisi sesuai replika
12. Replika diorbit
13. Replika dikejut untuk aktivasi
14. Dilakukan konformasi atom ulang pada replika ke T0 setiap 500 ● atau setiap deviasi dengan ■>0.073
●
Setelah satuan ribu waktu, tim kembali ke planet target untuk merekam data kepunahan planet. Planet yang kering dikoleksi untuk bahan baku replika.
●
Dan museum peradaban planet adalah aset dan harta semesta. Tanpa intervensi pada ekosistem lokalnya, pembuatan replika dilakukan tanpa pelanggaran etika. Spesimen planet pada orbit museum telah dibekukan pada peradaban terakhir planetnya secara informasi, dan evolusi diperlambat dengan menjaga kestabilan lingkungan planet serta menjalankan depopulasi manusia selaku pemicu ketidakteraturan tertinggi secara teratur. Keberjalanan planet merupakan simulasi. Tidak terjadi pelanggaran hak asasi terhadap makhluk asal planet. Baik kehancuran planet asal maupun koleksi spesimen dapat diobservasi pada penelitian antropologi, biologi, dan kimia galaksi. Bangsa kami, sungguh telah menyumbangkan kontribusi tak tergantikan pada ilmu pengetahuan semesta.
●
57 pengulangan sudah dilakukan untuk BM. Dalam 500●, makhluk dominan BM yang berumur pendek hanya mencapai paling banyak 17 generasi dalam satu siklus. Sejujurnya, menjadi pustakawan orbit akan membosankan tanpa spesimen-spesimen dengan sedikitnya tingkat kompleksitas ini. BM dan HG5 merupakan spesimen favoritku. Peradabannya warna-warni, makhluknya berperang dan menghancurkan diri. Yah, tentu saja mereka menghancurkan diri. Bagaimanapun, mereka bangsa yang secara prediktif akan mencapai kepunahan dalam waktu sangat dekat. Tanpa berbagai kalibrasi untuk mencegah perkembangan yang berarti, tak akan ada mereka bertahan barang 100●. Lagipula planet yang tidak memiliki kecenderungan semacam itu tak akan dikoleksi.
Sudah 1● setelah siklus baru dimulai. Dalam beberapa waktu ini, aku jadi terikat dengan beberapa karakter generasi pertama. Kelahiran, kematian, perjalanan dan kejadian yang sama 56 kali, pada waktu-waktu pertama. Dengan titik awal yang sama, mengasyikkan mengikuti bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka yang sebelumnya atau membuat pilihan yang berbeda di sini dan di situ, lalu mengubah sendiri hidupnya. Generasi-generasi lanjutan sudah terlalu banyak terpengaruh perubahan-perubahan kecil ini dan sulit untuk diikuti.
Mereka mengenal istilah dunia paralel, deja vu, reinkarnasi. Entah istilah ini muncul dari kehidupan mereka di planet asal atau sepanjang siklus dalam replika. Tidak tahu mereka kalau istilah-istilah itu ada benarnya. Seperti televisi, mereka hidup dalam selapis kenyataan yang pura-pura, dibungkus simulasi dan dibatasi pengetahuannya agar tak pernah menemukan kebenaran. Tapi, hei, kalau kebenaran adalah bawang, benarkah kami lapisan terluarnya? Hanya duduk di hadapan layar dan mengamati makhluk-makhluk lahir dan mati seperti ini sungguh akan membuat seseorang mempertanyakan hal.
Itu dia, lelaki tua itu tenggelam lagi.
●
"Aku pernah ke laut sekali. Samudera yang megah berayat dalam hembusan. Biru. Aku dipanggilnya, untuk berlayar ke balik ombak. Barangkali, ke tempat kelahiranku."
03/05/17
ps. untuk Dumai tahun 1994