O4. Panggilan

94 11 1
                                    

Enjoyed!

.

.

.

.

Ningning jalan dikoridor kampus ditemenin sama Renjun, katanya Ningning dapet panggilan dari si Ketua Panitia, Giselle.

"Giselle mau ngapain lagi si? Perasaan laporannya udah direvisi, masa lo dipanggil mulu, udah tiga hari semenjak pengumpulan loh, Ning. Editan aja diceknya minggu depan, Lo nggak curiga?" suara Renjun yang pas itu lagi agak kesel.

Cewek bermata kucing itu cuma ngegeleng. "Kenapa harus curiga?"

Renjun yang denger itu cuma bisa hela nafas panjang, menurutnya cewek ini polos dan terlalu nurut sama orang. Dia takut Ningning kenapa-napa.

"Kali aja Giselle punya niat buruk sama lo— Aah! Anjir! Kok malah mukul sih?!" protes Renjun setelah Ningning ngasih satu tabokan di lengannya.

Ningning cengengesan. "Suudzon gitu, nggak boleh tau, Kak! Kak Giselle itu orangnya baik, nggak mungkin lah ngejahatin aku," jelasnya.

Helaan nafas yang kedua kalinya keluar dari mulut Renjun. "Gua lebih nyuruh lo buat waspada sih, bukan curiga," Ningning ngangguk.

Langkah dua insan itu berhenti di depan ruang rapat, Ningning ngetuk pintu sampai suara seorang cewek didalam bikin tangannya tergerak but buka knop pintu.

Ningning dan Renjun masuk. "Ngapain Lo kesini? Kan gue cuma manggil Ningning," itu suara Giselle, tertuju ke Renjun.

Renjun lalu ngerespon. "Nemenin doang anjir, nggak usah sewot gitu!"

Giselle disana berdecak, tatapannya beralih ke Ningning. Hari ini cewek itu cantik banget menurutnya, cantik dan lucu.

Giselle berusaha untuk nggak ngeluarin pujian itu, karena bakal aneh aja rasanya.

"Lo," panggil Giselle ke Renjun. Terus Renjun nunjuk dirinya sendiri buat mastiin. "Iya lo, siapa lagi?"

Sekarang giliran Renjun yang berdecak. "Lo tunggu di luar, gue ada perlu sama Ningning,"

"tentang laporan kerja?" Tanya Renjun kepo.

Giselle rotasiin bola matanya. "Nggak usah kepo, cepetan keluar!"

Nggak mah berdebat panjang sama Giselle, Renjun cepat-cepat keluar dari ruangan itu. Ninggalin Ningning dan Giselle berdua.

Tatapan Giselle yang asalnya ke arah pintu sekarang beralih ke Ningning. "Ada apa, Kak?" Tanya Ningning.

"Lo cantik," kata Giselle samar-samar. Tapi Ningning nyatanya kurang denger Giselle ngomong apaan. "Hah?"

"Kak Giselle tadi ngomong apa?"

"Hah? E-enggak ngomong apa-apa kok, Lo Salah denger kayaknya," ujar Giselle terbata-bata.

Sampai situasi hening sebentar, Giselle mulai ngalihin topik. "Soal tiga hari lalu, gue minjem duit ke Lo, gue lupa buat ngembaliin, jadi—"

"Nggak usah, Kak! Lagian cuma segitu, nggak usah digantiin," tukas Ningning cepat.

Giselle nggak enak sama Ningning, dia berpikir buat balas budi yang mungkin nilainya lebih besar. "Harus, gue mau ajak Lo jalan sore ini,"

Jujur Ningning kaget, ini bukan Giselle yang dia temuin dimasa-masa sulit tempo hari. Giselle yang ini lebih ramah.

"eum, tapi Kak—"

Sebelum Ningning ngolontarin kalimat tolakan, Giselle lebih dulu nyimpen telunjuknya di bibir Ningning. "Nggak ada penolakan,"

Deg..

"gue tunggu lo disini," katanya sembari ngelepas tautan jari di bibir Ningning.

Sementara Ningning cuma ngangguk kaku. Dia pergi dari ruangan itu dalam keadaan jantungnya yang masih berdetak kencang.

Astaga, padahal digituinnya sama cewek, kenapa jadi dag dig dug gini, batin Ningning meringis.

Gimana sama Giselle? Liat aja.

Giselle nggak bisa berhenti senyum nginget komuk Ningning yang menurutnya lucu banget. Pipinya merah merona.

Udah dipastiin kalo cewek imut itu salting.

Dia pikir lain kali bukan telunjuk yang nempel, tapi bibir. Asu Giselle, asu! Cewek pervert, lesbian lo anying!!, gerutunya dalem hati.

Terdengar gila tapi....

why not?

☆★☆







Perasaan baru kemarin aku update part 3 deh, udah seminggu lagi ajaaa :)))
lanjut? Yay or nay?

>>>>>>>

MY GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang