WIRO SABLENG
Jabang Bayi Dalam Guci
Episode ke : 185
EBOOK by:ron3yboy-javachild
Wapsite:ronggomania.co.cc
Email/FS:ron3yboy@gmail.com
185 Jabang Bayi Dalam Guci 2
JABANG BAYI DALAM GUCI
Tiba-tiba satu bayangan putih berkelebat. Tahu-tahu
seorang kakek berselempang kain putih, berkumis dan
berjanggut seputih kapas telah berdiri di hadapan Ken
Parantili. Di tangan kanan orang tua Ini memegang
sebuah guci tembus pandang berisi air bening.
"Dengan izin Para Dewa, dengan lindungan kasih
sayang Yang Maha Kuasa, aku mohon masukkan
jabang bayi itu ke dalam guci ini." Berkata si orang tua.
"Resi, aku...." Ken Parantili tidak bisa meneruskan
ucapan. Perlahan-lahan tangan kanan yang memegang
jabang bayi diangkat, didekatkan ke atas guci tembus
pandang. Ketika genggaman dilepas. Jabang bayi
merah langsung masuk ke dalam guci.
185 Jabang Bayi Dalam Guci 3
MALAM sunyi dan
dingin di bantaran Kali
Gondang
tak Jauh dari desa
Kebonarum. Hampir bersamaan waktunya ketika Raja
Mataram dan rombongan meninggalkan tempat rahasia
di Sumur Api dalam perjalanan menuju Kotaraja. Hujan
turun rintik-rintik.
Bulan biru masih menggantung indah di langit
Mataram, memancarkan cahaya sejuk. Di satu tikungan
kali yang aliran airnya bergelombang deras terlihat
sebuah bangunan candi kecil, menghitam di bawah
bayang-bayang sebuah pohon besar yang tumbuh miring.
Pohon telah tumbuh lebih dari seratus tahun,
hampir sama dengan usia candi. Konon pohon itu
ditanam ketika candi mulai dibangun.
Karena letaknya yang sangat terpencil dan sulit
dicapai, sejak selesai dibangun candi itu jarang
didatangi orang. Di bagian belakang dan kiri kanan
candi terbentang kawasan berbatu-batu tinggi dan
terjal, ditutup pula oleh rimba belantara lebat. Satusatunya
jalan untuk mencapai candi adalah melalui Kali
Gondang. Tapi karena arus air kali di tikungan selalu
besar dan sangat berbahaya maka tak ada yang berani
mempertaruhkan nyawa. Menurut penduduk desa
Kebonarum beberapa kali orang-orang nekad
berusaha mendatangi candi dengan menaiki perahu