I-2/6. RIVAL;

3 0 0
                                    

"Kerasukan setan apa dia?" Dalu keheranan.

Seyogyanya pemuda yang tengah mengamuk itu juga merupakan murid Padepokan Silat Taring Harimau.

"Tunggu! Biarin aja dulu," ucap Goelma. Tangannya menahan Dalu yang ingin beranjak turun dari motor. "Gua juga pengen tau, apa sih maunya Madda?"
____________________________________

Bagian 2. RIVAL;
____________________________________
|| Jago-Jago Silat

Pertarungan timpang jumlah itu masih berlangsung. Pemuda bernama Madda tersebut memperlihatkan kemampuan pencak silatnya yang mumpuni bahkan terbilang lihai. Separuh anggota geng Kumbang bersenjatakan pemukul telah ia jatuhkan hanya bermodal tinju dan kakinya.

Elak, tangkis dan serang, langkah-langkahnya sederhana, tapi sangat cepat dan terarah. Ketenangannya mampu membaca setiap pergerakan lawan. Kepandaiannya membuat para Ke-Kumbang seakan-akan hanya bocah ingusan yang baru belajar memegang pentungan.

"Bede-bah!" Alang sudah tak tahan melihat orang-orangnya bertumbangan. Darah telah tumpah dari bibir dan hidung mereka, ia dan Algha akan ikut turun tangan.

||20.15 WIB.

Kekacauan di halaman warung Rinji Ramen masih jadi tontonan khalayak sekitar. Mereka kembali berkerumun menyaksikan hal yang jarang ada di kawasan Tanah Lotek tersebut.

"Siapa orang itu?" Slamet takjub dengan aksinya Madda.

"Entah, yang pastinya dia jago," sahut Mat Ali.

Mata pria itu bagai tak ingin berkedip. Dari bibirnya yang melebarkan senyum, tersirat kepuasan baginya menyaksikan para perusuh tersebut dibuat babak belur oleh Madda.

"Hajar terus, biar tahu rasa mereka!" teriaknya.

Seruannya bersambut sorak-sorai para warga dan pengunjung yang kini justru terlihat menikmati jalannya pertarungan.

Namun, tak sedikit pula yang masih khawatir. Salah satunya Kiagus Abdullah, sang lurah. Dia takut kalau-kalau ulah pemuda itu malah akan membuat persoalan kian berbuntut panjang.

Senada dengannya, Wan Ahmad pun berpikir demikian. Sedikit-banyaknya dia pun tahu bahwa ada kelompok besar nan berbahaya berdiri di belakang para pemuda tanggung pembuat onar tersebut.

"Sebaiknya, anda segera lapor polisi, Pak," ucapnya memberi saran, "akan lebih bijak jika pihak berwajib saja yang menangani ini."

Kiagus Abdullah mengiyakannya, lalu berjalan ke tepi ruangan yang lebih tenang untuk menelpon polisi seperti yang diusulkan.

_____________________________________
|| Itikad

WHUUSSS ...

Madda melayangkan tinju menyasar wajah seorang Ke-Kumbang yang telah ia kunci pergerakannya, tapi Alang menyambar pukulan itu.

"Hentikan!"

Algha pun ikut gerak cepat menarik orangnya dari cengkeraman pemuda berambut cepak tersebut.

"Apa lu udah gila, Madda? Kenapa malah berbalik menyerang kami?"

"Kenapa?" Madda melebarkan matanya. Tangan Alang ditepis, lalu menatap dingin pada mereka. "Kalian yang kenapa? Bikin onar di sini, siapa suruh, ha?!"

"Ha?!" Algha pasang badan, membusungkan dadanya. "Kami ke sini untuk membantu ..."

"Membantu? Ngebantu siapa, gua?" Pemuda itu menegakkan kepala, menatap benci pada Dalu lewat sorot matanya.

"Jangan campuri urusan gua," tegasnya.

Dalu membalasnya sejenak, kemudian beralih pandang ke arah warung mie ramen tersebut.

TIKAI1 - Hutan Hantu Jepang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang