11. Bertemu Lagi

2.1K 242 0
                                        

Selamat membaca lembar kehidupan Juan. I hope you like and keep support this story.



Jay dan Juna adalah sepasang adik kakak yang terpaut dua Tahun. Jika Jay sembilan belas tahun, maka Juna tujuh belas tahun. Mereka layaknya adik-kakak pada umumnya, kadang akur dan kadang juga bertengkar.

Seperti saat ini, Jay sedang mengomel karena Juna kekeuh ingin ke sekolah. Jay yang memang kadang sangat protektif tidak memberi izin dengan alasan bahwa Juna masih harus istirahat untuk pemulihan.

Juna yang sudah sangat bosan di rumah, tetap pada keinginannya untuk ke sekolah. Lagipula ia sudah baik-baik saja, tinggal beberapa lebam yang belum hilang sepenuhnya. Luka di keningnya juga sudah tidak apa-apa.

"Gue nggak papa, Bang. Sumpah!" katanya berusaha meyakinkan.

"Masih lebam itu, Jun," ujar Jay.

"Nggak usah lebay lo, Bang. Mending anterin gue ke sekolah, motor gue lagi disita sama Ayah," kata Juna kesal. Ia kesal mengingat jika motornya disita sang ayah.

Pada akhirnya Jay mengizinkan sang adik untuk sekolah. Ia juga mengantar adiknya itu ke sekolah sesuai permintaan remaja itu.

"Jun, menurut lo kalau kita punya adik lagi gimana?" tanya Jay ditengah hening dalam mobil.

Juna yang sedang memainkan ponselnya, menatap bingung sang kakak. "Bunda hamil lagi?"

Jay berdecak. "Kagak, tolol! Gue cuma nanya gimana kalau misal kita punya adik lagi? Gue nggak bilang kalau Bunda hamil," katanya kesal.

"Nggak usah ngegas, bego. Lo kan nanya gimana kalau kita punya adik lagi, ya gue langsung mikir kalau Bunda hamil lagi lah. Emang lo pikir kita dapat adik baru dari siapa kalau bukan Bunda?"

"Selingkuhan Ayah, Jun," batin Jay.

Kemarin ia tanpa sengaja mendengar ayah-bundanya bertengkar dan membahas tentang anak haram sang anak. Saat itu Jay benar-benar kecewa saat tahu sang ayah menghianati sang bunda, parahnya sampai sang ayah memilik anak.

Jay benar-benar kecewa, tapi setelah mendengar sang ayah mengatakan tak akan pernah menganggap kehadiran anak itu, ia sedikit lega.

"Tinggal jawab, Jun. Nggak usah ngegas balik."

Juna tampak berfikir. Ia sedang memikirkan apakah enak mempunyai adik? Karena selama ini ia jadi bungsu. "Emm.. gimana, ya. Nggak tau, deh. Emang enak punya adek, Bang?"

"Nggak enak kalau adeknya modelan kayak lo," ujarnya meledek.

"Lo pasti punya alasan kenapa nyanya kayak gitu, kan, Bang."

Mendengar itu, Jay mendadak terdiam. Bingung antara harus mengatakan yang sebenarnya, atau tetap menyembunyikan untuk menjaga perasaan sang adik. Ia tidak ingin adiknya ikut kecewa.

"Bukan apa-apa. Cuma nanya aja."

"Lo takut kalau Ayah punya anak dari wanita lain, kan?" tebak Juna.

"Misal anak dari selingkuhan Ayah atau anak hasil ketidak sengajaan yang sayangnya hidup sampai sekarang dan Ayah nyembunyiin itu semua dari kita," lanjutnya santai.

"Lo—"

"Gue denger apa yang lo dengar, Bang, jadi jangan coba-coba boongin gue."

Jay menatap tak percaya sang adik, jadi adiknya tahu tapi masih bisa bersikap biasa-biasa saja?

"Jadi, apa lo bakalan nerima anak Ayah atau nggak?"

"Lo sendiri?" Juna balik bertanya.

"Nggak, nggak akan pernah," kata Jay tegas.

Juan [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang